10. Sepai
Siang itu, kala matahari tengah berada tepat di atas kepala, ada satu dari sekian banyaknya manusia sedang berbahagia. Sampai tak henti mengucap kata syukur berkali-kali.
Dia adalah Melvin Bumantara. Insan bumi yang sudah sekian lama muaknya tinggal di rumah sakit, sampai akhirnya dia bisa benar-benar bernapas lega. Sebab dokter telah memperbolehkannya untuk pulang. Juga sedang diusahakan kalau ia tak akan kembali ke sana lagi.
Memang tidak ke sana, karena bukan rumah sakit yang biasa dia datangi untuk mengecek kesehatannya yang selalu menurun itu. Namun tak apa. Karena dia telah mengenal Ajeng yang dengan senang hati menyebut diri sebagai Ibu.
"Vin, yakin nggak mau pulang ke rumah gue aja?" Alva bertanya hal yang serupa dari sejak mereka masih di kamar. Hingga saat ini mereka sudah menaiki taksi, Alva masih juga bertanya demikian.
"Serius. Gue udah kangen banget sama Oma, soalnya."
Alva menghela napas. Lagi-lagi ia gagal membujuk Melvin untuk pulang ke rumah-nya saja. Ini pasti karena alasan di mana Melvin tahu perubahan sikap Vera padanya, sehingga ia merasa sungkan untuk pulang ke sana.
"Ya udah."
Lama mereka diam sebab sama-sama menikmati perjalanan, sampai tak terasa taksi yang ditumpangi oleh mereka telah berhenti tepat di depan gerbang rumah Alva yang terbuka lebar. Sehingga tampak mobil milik Vera terparkir apik di garasi. Melihat itu membuat Melvin kembali diam.
Sadar kalau Melvin melamun, Alva menjentikkan jari di depan wajah Melvin. Hingga membuat cowok itu terjingkat. "Jangan keseringan ngelamun. Entar ada huntu yang suka, trus lo ditempelin. Mau?"
Melvin berdecak. Ia mengganti obrolan dengan menunjuk rumah Alva sambil bilang, "tuh, dah nyampe. Makasih ya, udah nemenin gue selama di rumah sakit. Padahal lo sendiri habis kecelakaan."
Alva membalas dengan segaris senyum. "Santai, kali. Kayak sama siapa aja," katanya diiringi kekehan. "Kalau mau ke sini, bisa kabarin gue dulu atau langsung dateng aja, oke?"
Melvin diam sejenak untuk berpikir. Apa mungkin dia akan datang ke sana lagi setelah tahu Vera tak lagi sama seperti dulu?
Dari pada membuat Alva merasa ada yang tak beres atau menggantungnya dengan keterdiaman, Melvin membalas dengan singkat. "Iya, gampang."
"Pak, hati-hati ya! Tolong anterin adik saya dengan selamat sampe tujuan."
Pak supir yang merasa terpanggil, langsung menoleh ke belakang. Kepalanya mengangguk pasti. Sembari mengacungkan jari jempol. Gaya andalan bapak-bapak dan kita semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara dan Laranya
Novela Juvenil┌──────────────────────────┐ rismarsf ᵕ̈ Bumantara memiliki makna yaitu langit atau bisa juga angkasa. Melalui makna namanya, Melvin jadi memperluas pemahaman bahwa jika ia mencintai langit, ia juga harus menerima segala cuacanya; cerah, terik...