21 | He Knows ✔️

1.2K 120 6
                                    

21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21. He knows

Jam digital yang terletak di atas meja kerja Rivaldi menunjuk angka sembilan. Membuat pria itu sadar jikalau ia telah menghabiskan satu jam hanya untuk berdiam diri sembari menatap fotonya dengan perempuan yang tak lain ialah Devina. Mantan kekasihnya, sekaligus Ibu kandung Melvin.

Sorot mata pria itu menyaratkan luka. Ia yang pandai mengendalikan emosional dalam bentuk apapun, baru sekarang merasa payah menghadapi satu masalah. Hatinya tak tenang, serta perasaannya gundah. Padahal baru saja, tadi pagi, ia mengutarakan salah satu fakta dari rahasia yang disimpan oleh semua orang. Kepada Melvin.

Tetapi alih-alih merasa tenang dan lega sebab ia telah memberitahu satu-persatu--menyicil, Rivaldi justru semakin dibuat bimbang atas itu. Ia baru berpikir, apakah keputusannya membuka rahasia itu sudah tepat? Ataukah itu justru menjadi boomerang untuknya?

Rivaldi tak mengerti. Ia merasa bodoh dalam hal ini.

Ponsel puluhan juta miliknya bergetar di atas meja. Si pemilik mengambilnya dan melirik sekilas siapa yang menghubunginya. Nama Tio, yang menjabat ketua dari anak buahnya, langsung menyapanya dan menyihir Rivaldi untuk segera mengangkat panggilan saat itu juga.

"Ada apa? Melvin aman 'kan?"

"Aman, Tuan. Saya hanya ingin memberi tahu kalau Melvin sekarang sedang ingin duduk sendirian di kafe lantai satu."

Seusai Tio menjelaskan maksud mengapa ia menghubungi Rivaldi, di saat yang sama ada sebuah foto yang baru saja dikirim oleh Tio. Langsung saja Rivaldi lihat. Di sana, ia dapat memastikan bahwa Melvin baik-baik saja meski hanya terlihat dari luar. Rivaldi tahu dalam benak Melvin pasti tidak ada yang baik-baik saja. Apalagi setelah adanya perbincangan pagi tadi yang menyinggung perihal seseorang yang Melvin cari selama ini.

"Laporan dari kamu saya terima. Bagus. Itu yang saya harapkan dan tujuan saya memintamu mengawasi Melvin. Ingat, kalau terjadi apa-apa atau ke mana pun Melvin pergi, kabari saya selalu!"

"Baik, Tuan. Saya akan dengan senang hati menjalankannya."

Rivaldi memutus sambungan telepon. Selepas itu, ia beranjak dan mengambil jas kerja-nya yang semula tersampir di sandaran kursi. Kemudian pria itu melangkah keluar dari ruangan tanpa memikirkan pekerjaan yang masih menumpuk itu di meja.

Persetan dengan itu. Ia bisa menyuruh bawahannya menyelesaikan itu jika ia tak sempat walau sekadar melirik isinya.

Bukan maksud menyepelekan pekerjaan. Tetapi kali ini ada yang masih perlu Rivaldi selesaikan. Salah Rivaldi yang membawa Melvin pulang ke rumah-nya tanpa seizin Vera atau bahkan memberi tahu wanita itu. Mungkin karena hal itu, Vera tak henti-hentinya mengirim pesan spam pada Rivaldi sejak pagi tadi. Sialnya, Rivaldi tidak dapat mengabaikannya atau menganggap remeh setiap isi pesan tersebut.

Bumantara dan LaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang