15. Side Of Alva
Banyak hal yang Alva sukai dari sosok Papa. Terutama bagaimana cara pria itu memperlakukan Vera. Namun tidak jarang Alva merasa kecewa atau marah pada sosoknya. Terkadang hanya karena satu permasalahan tentang robohnya mainan yang susah payah Alva susun akibat ulah jahil Papa, atau karena Papanya yang terlalu sering menggoda dirinya yang gampang marah.
Tapi itu dulu. Dulu sekali. Saat Alva masih sangat kecil untuk dapat mengerti apa maksud dari balik sikap Papa yang demikian.
Sampai satu ketika ada kejadian di mana Alva masih berumur 8 tahun. Saat itu terjadi pertengkaran hebat dari orang tuanya. Alva yang semula bermain dengan Bibi, langsung teralihkan fokusnya menjadi memperhatikan perdebatan orang tuanya.
Saat itu Alva masih belum tahu apa-apa. Dia hanya menguping dengan sembunyi-sembunyi. Sampai bocah itu menyimpulkan bahwa ada anak lain selain dirinya juga Nava, si adik.
Amarah langsung meluap. Alva kecil lekas mendobrak pintu kamar orang tuanya lalu membahas topik yang sempat dua orang tua itu bahas, tadi.
"Aku nggak suka ada anak lainnya selain aku sama adek!"
Vera yang masih sesenggukan, mencoba untuk menenangkan putranya.
"Sayang, kamu ngomong apa, nak? Tidak ada anak lain selain Alva sama Nava. Jangan ngomong gitu, ya."
"Enggak. Tadi Alva denger sendiri kalau Mama bilang ke Papa. Bahas anak, anak itu. Pokoknya aku nggak suka. Papa buang aja dia."
Seusai itu tidak ada lagi yang diperdebatkan sebab Alva perlahan diam lalu tertidur pulas. Tapi tidak bertahan lama, saat pukul 1 dini hari, Alva kecil yang semula tidur ditemani Vera yang masih terjaga, tiba-tiba bangun. Dia memeluk daksa Vera begitu eratnya. Seakan memberi Sang Mama kekuatan. Serta meyakinkannya bahwa masih ada dirinya yang bisa diandalkan selain Papa.
"Mama, ada Alva di sini sama Mama. Alva juga benci kok, sama anak itu. Alva nggak mau ketemu dia. Alva pokoknya nggak akan pernah sudi kalau harus ditemukan sama dia."
"Bahkan kalau emang Alva itu ketemu, Alva janji Alva nggak akan mau sapa dia. Kalau perlu Alva bunuh dia."
"Sssttt, Sayang ..., siapa yang ngajarin Alva ngomong kayak gitu, hem?" Vera coba memberi tahu putranya dengan lemah lembut. Kalau tidak atau bahkan kalau dengan cara kasar, justru akan semakin membuat Alva murka. "Nggak boleh sayang, ngomong bunuh-bunuh begitu. Alva masih kecil, nak. Membunuh orang itu dosa. Allah nggak suka. Alva mau ada satu sifat dalam diri Alva yang Allah nggak suka, heum?"
Alva menggeleng pelan.
"Nah, makanya nggak boleh ngomong seperti itu ya, nak. Ngomong yang baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara dan Laranya
Fiksi Remaja┌──────────────────────────┐ rismarsf ᵕ̈ Bumantara memiliki makna yaitu langit atau bisa juga angkasa. Melalui makna namanya, Melvin jadi memperluas pemahaman bahwa jika ia mencintai langit, ia juga harus menerima segala cuacanya; cerah, terik...