GAREIN - 34

31.8K 5.3K 1K
                                    

"Bunda ada, kok. Mungkin lagi di rumah, soalnya pas aku lahiran, Mama gak sempet kabarin Bunda," jawab Reina sedikit gagu. Jujur saja, susah rasanya ia mengatakan kebohongan ini kepada suaminya. Tapi akan lebih susah baginya jika ia menjawab dengan kebenaran.

Reina menatap sendu ke arah Galang. Sesekali ia tersenyum tipis agar Galang tak mencurigainya.

Galang tersenyum, lalu mengangguk. "Aku adzanin anak kita dulu, ya," ucap Galang. Reina mengangguk dengan senyuman manisnya.

Galang berdiri sembari menggendong anak perempuannya. Suami yang berstatus menjadi bapak itu sekarang mendekatkan bibirnya ke telinga sang anak.

"Allahuakbar, Allah ... Hu akbar." Galang melantunkan adzan dengan suara yang bagus dan nada yang tepat.

Reina terenyuh mendengarkan suara Galang.

Galang melantunkan adzan hingga selesai. Kemudian ia memberikan anak perempuannya ke gendongan Reina, lalu ia menggendong anak laki-lakinya.

Galang kembali melantunkan adzan untuk anak keduanya.

Suara pintu terbuka ketika Galang sudah selesai mengadzani anaknya.

Pria yang membuka pintu itu mendelik kaget ketika melihat orang yang ia tabrak itu menggendong anak temannya.

"Loh, Mas Reno ngapain ngikutin saya ke sini?" tanya Galang kaget melihat Reno tiba-tiba membuka ruang bersalin istrinya.

"Reina, teman saya yang saya maksud mau melahirkan itu. Kamu siapanya, Reina?" tanya Reno balik.

Reina menggenggam tangan Galang sembari mengeluarkan ekspresi bahagianya. "Galang ini suami saya. Suami saya tercinta," jelas Reina dengan bangga. Ia ingin memamerkan kepada Reno, bahwa suaminya itu masih hidup dan berada di sampingnya saat ini.

Reno cengo di tempat. "Jadi, suami yang kamu bilang meninggal karena tsunami itu, Galang?" tanya Reno lagi. Ia benar-benar tak percaya, bahwa orang yang ia tabrak itu adalah suami dari teman yang akan ia gebet.

Reina mengangguk. "Iya."

Reno senyum terpaksa, lalu mengangguk. "Selamat untuk kalian berdua," ucap Reno, kemudian menutup pintu ruang bersalin itu kembali.

Galang kembali menatap Reina. "Kamu kenal di mana sama dia?" tanya Galang sembari memicingkan mata mencurigai Reina.

Ibu anak dua itu meletakkan telunjuknya di dagu seraya menggoda Galang. "Em ... Kenal di mana, ya?"

Galang mencebikkan bibirnya. "Kenal di mana, Rein?" tanya Galang dengan nada ditekan sedikit.

"Nanti aku cerita. Dia itu nggak penting Galang, yang penting sekarang itu kondisi kamu sama Garein Kembar." Galang mengangguk paham.

Mereka berdua saling melempar senyuman seperti anak remaja yang baru saja jatuh cinta.

***

Reina dan Galang sudah pulang ke rumah mereka. Reina memaksa Galang untuk pulang malam ini juga, padahal kondisi tubuhnya belum pulih. Tetapi, ibu beranak dua itu tetap memaksa suaminya.

"Mama tidur duluan aja nggak papa, aku bisa kok, ngurusin Garein Kembar," ucap Reina yang mencoba tuk meyakinkan sang ibu.

"Yakin? Kalo nggak bisa panggil Mama ya, jangan sembarangan, anak kamu itu masih belom satu hari umurnya," jawab Jasmine.

Reina mengangguk patuh. "Iya, kalo aku nggak bisa aku langsung panggil Mama, kok," ujar Reina.

Jasmine bergegas ke kamar tamu. Ia akui, bahwa dirinya kelelahan. Tapi ia bersyukur atas kembalinya sang menantu dan lahirnya dua cucu kembarnya.

GAREIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang