Ummm hehe Minggu besok mau Hiatus soalnya
Jadi aku banyak up Minggu ini
Happy reading!WARNING⚠️ TYPO BERTEBARAN!
"Uwon dimana?"
Jungwon mencoba bangun dan meringis saat bahu dan pergelangan kakinya terasa sangat nyeri.
Beberapa saat Jungwon terdiam dan mencoba mengingat kejadian yang membuat dirinya tidak sadarkan diri dengan banyak luka ditubuhnya.
Air mata Jungwon kembali mengalir saat mengingat semuanya. Laki laki itu menatap kearah langit langit ruangan.
Dia masih tidak menyangka jika dirinya akan benar benar mati dirumah misterius ini. Jungwon merasa salah karna telah meremehkan rumah ini.
Jungwon mengedarkan pandangannya. Gelap. Ruangan ini sangat gelap. Pencahayaan ruangan ini sangat minim.
Bermodal sinar bulan yang masuk lewat jendela besar yang terbuka lebar. Membuat ruangan ini terlihat agak suram.
"Ini kamar? Kamar siapa?" Gumam Jungwon saat sadar ruangan itu adalah sebuah kamar.
Jungwon mencoba kembali bangun, meringis sakit dengan air mata yang mengalir saat bahu dan pergelangan kakinya terasa sangat sakit dan nyeri.
Bahkan Jungwon bisa merasakan kalau darah kembali merembes keluar dari lukanya.
Kalau terus terusan begini jungwon bisa mati dengan cara kehabisan darah.
Jungwon mendecih. Kenapa orang itu tidak langsung membunuh Jungwon?! Kenapa dia menyiksa jungwon seperti ini?!
Apakah orang itu lebih suka jika Jungwon mati dengan perlahan? Contohnya seperti sekarang. Dia membiarkan jungwon terluka sampai kehabisan darah.
Jungwon menatap sendu kearah jendela. Kalau seandainya dia dirumah sekarang, pasti Jungwon sedang mengganggu kakak sulungnya mengerjakan skripsi kuliah.
Tetapi itu semua hanyalah sebuah penyesalan.
Bahkan Jungwok sendiri tidak tau apakah dia akan benar benar mati dan tidak bisa bertemu keluarga juga orang orang yang disayanginya atau tidak.
Jungwon menatap nanar kearah pergelangan kakinya yang terus mengeluarkan banyak darah.
Tiba tiba dia teringat omongan roh yang dia temui saat mencoba keluar dari rumah ini.
"Bunuh diri..."
Jungwon menegakkan tubuhnya dan tersenyum menatap kearah jendela yang terbuka lebar. Mungkin memang ini cara yang benar.
Jungwon mencoba berdiri dengan berpegangan pada meja sebelah tempat tidur.
Sesekali jungwon terbaik saat merasakan dadanya sangat sesak.
Kaki kurus itu mulai melangkah mendekat kearah jendela. Tangan kanan jungwon memegang dinding sebagai tumpuan dan tangan kirinya memegangi bahunya yang terasa sangat sakit.
Wussshhh
Jungwon berdiri tepat didepan jendela itu. Matanya menatap sendu kearah langit. Dia masih tidak percaya kalau akan mati di usia semuda ini.
Bahkan Jungwon tersenyum miris saat impiannya mungkin tidak akan bisa dia tepati. Membangun sebuah panti asuhan.
Jungwon memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Pusing mulai menjalar dikepalanya dan itu sangat menyiksa.
"M-maafin jungwon ya semua...Ayah...Bunda...Jay Hyung...Kak Sunoo...Haruto...Kak Doyoung...Niki...Junghwan Jeongwoo." Jungwon tersenyum perih saat mengingat dirinya tidak bisa berpamitan terlebih dahulu kepada orang orang yang dia sebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood and My Life
FanfictionAwalnya Jungwon iseng memasuki rumah mewah yang dibicarakan orang orang tentang si pemilik rumah yang terkesan sangat misterius. Dan tanpa dia tahu, keisengannya malah membuat malapetaka besar dan menyebabkan hidupnya tidak tenang. kenapa? "M-maafk...