Episode 26 Percaya Padaku, 24 Jam Saja!

2K 496 33
                                    

Pernah menjadi pramugari teladan membuat Sea terbiasa siap dalam setiap situasi. Dia bisa merencanakan busana apa yang dibawa saat hendak terbang berhari-hari ke luar negeri. Sea bisa menyesuaikan diri sesuai situasi walau jadwal terbangnya sering berubah mendadak. Dia bahkan bisa memikirkan upaya evakuasi saat pesawat sedang berguncang hebat. Intinya, Sea selalu tenang menghadapi banyak situasi mendebarkan.

Termasuk saat ini, Gavin tidak memberitahunya perihal tujuan keberangkatan, tapi Sea telah siap dengan berbagai jenis baju. Pertama, dia tidak suka salah kostum. Kedua, dia tak mau bergantung apa pun pada Gavin. Meski statusnya Gavin adalah penjaga tubuh yang sedang didiaminya saat ini.

Oleh karenanya, dia memilah baju-baju cantik Hana di lemari hampir setengah jam. Sea memilih baju hangat dan baju santai di antara baju-baju feminim milik Hana. Perempuan itu berdecak heran karena Hana memakai baju mentereng sebagai baju rumahan. Gaun berenda hanya untuk sekedar memasak, itu aneh pikir Sea.

Hana yang selalu salah kostum, komentar Sea miris.

"Pakai ini saja!" gumamnya sembari mengeluarkan sebuah jaket rajut tebal putih dari tas besar. Gegas dia berjalan ke kamar mandi kecil untuk bertukar pakaian setelah mandi air hangat.

Sea pikir kamping itu berarti tidur di tenda dengan alas seadanya. Ternyata definisi kamping di keluarga Gavin Supadio adalah tidur di sebuah kamar canggih di tengah hutan pinus. Tidak ada alas seadanya, air terbatas, dan makanan biasa-biasa. Semua serba praktis dan mewah.

Di sebuah kabin di tengah hutan pinus, perempuan cantik itu sibuk sendiri. Tadinya dia sibuk mengagumi kecanggihan teknologi kamar kecil itu, lalu sekarang sibuk merias diri untuk makan malam bersama keluarga. Kalau ada kamping, maka pasti ada api unggun. Mereka akan makan malam di depan api unggun yang hangat.

Sebuah pesta api unggun di depan kabin di bawah pinus-pinus tinggi berteman udara dingin dipilih keluarga Supadio. Mereka akan membakar daging, sosis, jagung, dan marshmallow. Gavin menyebut tentang pesta BBQ, makan dan bertukar cerita. Mungkin akan berakhir dengan menonton film lawas dari layar proyektor dan layar tancap.

Maka kali ini Sea membuat tubuh Hana tidak salah baju. Di udara pegunungan yang dingin, Sea membalut tubuh yang didiaminya dengan sweater bulu warna putih dan celana jins dongker. Celana yang susah ditemukan di antara tumpukan rok tutu berenda di lemari Hana. Sea juga tidak membuat wajah Hana menor dengan riasan.

"Sudahlah, ini hanya makan-makan," gumam Sea malas di depan kaca kecil kabin itu. Dia menatap wajah Hana yang selalu cantik seolah sudah terbiasa dengan wajah itu.

Tak mengulur waktu, Sea menyambar syal dan ponsel di atas nakas lalu keluar dari kabin. Pintu itu otomatis terkunci jika ditutup dari luar, teknologi yang tadi dikagumi Sea untuk beberapa menit. Namun, kali ini dia hanya memandangnya dalam senyum sampai sebuah suara membuatnya membeku.

"Tumben kamu pakai celana ketat gitu, Sayang?" Gavin memandang sang istri heran. Lelaki yang bajunya setema dengan Hana itu terlihat mengamati dari atas ke bawah.

Wanita itu cemberut. "Sudah lupa kalau siapa?"

"Oh ya, maaf," ucap pendek Gavin sambil menunduk. "Mbak Sea ...?" panggil ragu lelaki itu kemudian.

"Sea, gitu aja kok susah sih, Pak!" omel Sea memakai mulut Hana.

"Aku nggak percaya akan melakukan ini!" batin Gavin menggila. Setiap detik dia berusaha meyakinkan diri bahwa perempuan di depannya ini bukan Hana, meski wajahnya Hana.

"Memangnya kenapa kalau aku pakai celana gini? Ya masa hawa dingin aku harus pakai rok cantik tipis menerawang. Masuk angin yang ada!" celoteh Sea memunggungi Gavin, menuruni anak tangga kabin yang tinggi.

Hai, Sea! (End/Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang