Chapter 6

99 10 16
                                    

Evander tidak peduli siapa lelaki di depan sang kakak, tapi ia terlihat seperti ancaman—lagipula, orang waras mana yang membawa orang lain terbang dengan rantai seperti binatang peliharaan aneh? Crossbow barunya lurus ke kepala target, siap menarik pelatuk kalau ia macam-macam.

Lelaki asing itu tidak bergerak, pandangan matanya nanar, seakan-akan berniat menyambut panah yang akan diluncurkan Evander. Mata sang pemanah memindai sosok lelaki itu dari kepala hingga kaki, membakar lekat-lekat figur itu dalam kepalanya―kalau lelaki itu adalah buronan, ia bisa langsung melapor ke penjaga wilayah hanya bermodalkan ingatan.

Dracaenus, Evander mengingat―makhluk setengah naga, biasanya tinggal di pusat kota, bukan berkeliaran seperti ini. Dracaenus di depannya kira-kira lima atau enam tahun lebih tua daripada Ivesia, dengan sisik ungu gelap dan tanduk hitam yang patah. Itu bukan hal yang paling aneh—Evander lebih mempertanyakan kenapa ada gumpalan tar melayang-layang dari luka kecil di leher si lelaki. Tidak hanya melayang, tapi juga berubah bentuk terus-menerus, dan berbicara layaknya manusia.

Apapun bisa terjadi di dunia mereka, tapi baru kali ini Evander merasa kalau ia keracunan jamur roti dari pasar kota.

"Hei, bocah." Gumpalan hitam itu tak memiliki mata, tapi Evander merasa sedang dipelototi. Suara yang keluar dari bentuk abstrak itu meremangkan bulu kuduknya—terasa seperti mendengar gaungan dari dalam gua gelap, dan kegelapan dalam gua itulah yang bicara. "Turunkan senjatamu."

"Tidak." Evander bertahan. Bidik dan tembak, bidik dan tembak, hatinya merapalkan frasa singkat warisan Eiche, berusaha meredakan kegelisahannya. "Sebelum aku tahu siapa dan apa mau kalian, serta apa yang kalian lakukan pada Ivy, takkan kulepaskan kau."

"Ia tidak melakukan apapun." Alih-alih mendengar jawaban lelaki itu, Ivesia yang bersuara. Pemanah dewasa itu kini berdiri di sebelah Evander seakan tak terjadi apa-apa. Lengan tunik dan celananya sobek di beberapa bagian, tapi tubuhnya tidak terlukai segores pun. "Malah, ia menyembuhkanku. Aku sudah tidak apa-apa sekarang." Ia menyenderkan lengan ke bahu sang adik. Ada getaran rasa lega dalam hati Evander, tapi ia belum menurunkan bidikannya.

"Aku melihatnya menerbangkan Ivy dengan rantai," kata Evander tajam.

"Aku yang merantainya. Ingat waktu kubilang ingin menanyakan sesuatu?" Ivesia terkekeh singkat.

Evander berusaha keras menahan keinginannya untuk tertawa masam―harusnya ia tahu sifat sang kakak sulung. "Oke, aku percaya," katanya sembari menurunkan crossbow. Matanya masih lurus ke si orang asing. "Sekarang katakan siapa kau—kalian berdua, kalau cairan hitam aneh itu dihitung—dan kenapa makhluk-makhluk tadi punya senjata yang sama dengan kalian."

Lelaki di depan Emery bersaudara membuka mulut. Suaranya―syukurlah―terdengar normal, bahkan termasuk halus untuk ukuran pria. "Kau mempercayaiku?" lirih sang lelaki. Evander melihat sederetan taring mengintip dari balik bibirnya yang kering.

"Untuk saat ini," kata Evander. Rasa takutnya dihapuskan oleh kelegaan. "Kalau kalian menipu kami, akan kami bawa serta penduduk wilayah ini untuk memburu kalian."

"Aku mengerti." Lelaki itu mengangguk kecil. "Kau bisa memanggilku Aiden, dan―" Kata-katanya diputus, tubuhnya setengah berlutut dan condong ke depan dengan tegang seperti orang yang mengambil ancang-ancang untuk lari. "Oh, tidak. Ia datang."

"Siapa?" Evander kembali menodongkan crossbow. Kalau lelaki bernama Aiden itu ingin kabur, ia harus membayar dengan lututnya.

Belum sempat Evander bereaksi, dunia memburam dalam garis-garis yang bergerak cepat. Kepalanya seakan disentak oleh tekanan tak terlihat―sekon berikutnya, ia menyadari kalau lelaki Dracaenus itu membawanya dan Ivesia menyingkir dari tempat mereka. Tubuh Evander berguling di rerumputan, pinggulnya terantuk sisi busur crossbow baru, membuatnya meringis akibat sengatan rasa nyeri yang menyerang tubuh bawahnya. Di dekat situ, Aiden dan Ivesia sudah siaga dengan senjata perak masing-masing.

When the Little Sun StrikesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang