"Kau merasakannya, Solis?" Farrier bertanya cemas. Matanya memperhatikan jemari Solis yang gemetar di roda setir. Rapatnya batang cemara terbentang di depan mereka, seakan-akan mereka sedang di luar alih-alih di dalam ruang kemudi "Rumah Bergerak".
"Ya..." Solis mengangguk dua kali. Ia selalu merasakan sihir kegelapan Ebherseir―tidak begitu kuat, hanya menghantarkan sedikit sengatan di permukaan kulitnya. Sihir, seperti sidik jari, cukup mudah untuk dikenali. Taibhse barusan hanya potongan kecil dari kekuatan Ebherseir, begitu juga dengan Alev sendiri. Tapi kali ini gelombang kegelisahan menghantamnya, seakan-akan ada tangan tak terlihat bersiap mencengkeram dan menyeretnya ke dunia hampa. "Ebherseir pasti merasakan Aiden juga. Wujud Alev sekarang adalah hasil eksperimen sihir kegelapan, dan kekuatannya terhubung dengan Ebherseir. Sekarang Ebherseir tahu tentang keberadaan kita." Tidak hanya tahu, tapi merasa murka akibat hal ini.
"Apa kau menyesal?" Farrier kembali bertanya, suaranya lebih lembut daripada sebelumnya. "Maksudku, kau yang memperbolehkan Aiden dan Alev mengeluarkan sihir."
"Sedikit." Sangat, sangat menyesal, kalau Solis boleh jujur. Bertahun-tahun persiapan untuk melawan balik, ia masih belum merasa siap menghadapi kegelapan. "Aku harus melakukannya, bukan? Memancing Ebherseir keluar dan menghancurkannya."
"Kalau soal itu, tanyakan pada hatimu sendiri." Farrier mengelus rambut Solis. Helaian kering berwarna pirang pucat mencuat dari balik jemari sang Velent. Kehangatan yang tersalurkan ke kulit kepala Solis membuat gadis itu tenang.
Tanyakan pada hatiku, batin Solis mengulang. Belum sempat ia merenung lebih lama, sebuah ledakan terdengar dari luar hutan, disusul beberapa ledakan lain. Tanah berguncang, beberapa hewan berlarian dan menabrak bagian depan "Rumah Berjalan". "Musuh?" Tubuh Solis tersentak.
"Oke, tenang, kita tidak boleh panik, tidak―ow!" Sekali lagi, rentetan kalimat gelisah Farrier diputus oleh tepukan keras di bahu dari Solis.
"Hatiku berkata, kita harus membantu Aiden." Senyuman Solis terkembang. "Farrier, terima kasih atas sarannya tadi. Sekarang saatnya kita terbang tanpa ketahuan. Aktifkan lapisan pemantul cahaya dan anti-sihir, juga meriam kecil di badan 'Rumah'. Setelah itu..." Ia mengangkat Logam Vaechny dari meja kemudi, dan sekejap saja tongkat logam itu membentuk pedang. Hulu pedang itu membuka dan melapisi tangan sang Dracaenus cilik dengan lempengan besi, membentuk pelindung tangan, yang kemudian naik menjadi pelindung bahu, dada, paha, tangan satu lagi, dan terakhir helm dengan pelindung wajah, "...kita tunjukkan hasil latihanku."
Farrier meringis, antara kesakitan dan bangga. Dengan sigap, ia mengambil alih kemudi dan menyerukan nama asli "Rumah Bergerak". "Clag an Latha, siap lepas landas!"
***
"Lepaskan aku! Kubilang lepaskan aku!" Evander berontak dalam rangkulan keras Aiden, berusaha menyentak crossbow-nya lepas dari tahanan tangan sang Dracaenus muda. Percuma saja, tubuh atas Aiden kini dikendalikan Alev. Suara Evander pecah menjadi lengkingan semakin banyak ia berteriak, "Ivy butuh pertolongan! Biar kulubangi muka bajingan itu seperti sarang tikus!"
"Diamlah, bocah!" Suara Alev menggema. "Kau hanya akan mengganggu nanti."
"Mengganggu?" Evander memuntahkan amarahnya. "Kau... kalian berdua... tahu kalau kakakku tengah disakiti. Setidaknya lakukan sesuatu! Kita tidak bisa diam dan mengambang di udara seperti seekor lalat dungu! Ivy―Ivesia... Kakak..." Suara Evander tersendat. Mungkin benar―ia hanya akan menjadi pengganggu kalau berusaha untuk "menolong", dan akan lebih banyak korban yang jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Little Sun Strikes
Fantasy[Cerita medieval fantasy pertama] [WARNING! R18. NSFW CONTENT, DON'T LIKE DON'T READ.] [Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote dan komentar, kritik saran diperlukan] "Berhati-hatilah dengan matahari. Sinarnya menerangi segala bayangan, menidurk...