"Charcoal―um... itu benar namamu, kan? Ivesia dan Corylus yang memperkenalkanmu kemarin." Solis menggaruk belakang kepalanya, tepat di pangkal tanduk. Baru kali ini ia bicara dengan seekor kuda. "Ini mungkin terdengar merepotkan, tapi bolehkah aku minta sedikit tenagamu? Sebentar saja."
Roh perak kuda besar di hadapan Solis itu mendengus tajam, seakan berkata, "Aku tahu apa maksudmu. Jangan salahkan aku kalau lukamu kambuh lagi." Kaki depan si kuda mengentak ke lantai Clag an Latha dua kali, tapi tidak ada suara yang keluar.
"Aku sudah cukup istirahat, kok. Lukaku juga sudah jauh membaik. Aku sudah minum ramuan." Solis tidak yakin apakah Charcoal tahu soal lukanya, tapi tetap berasumsi kalau si kuda memang tahu. Untunglah anggota keluarga Emery yang lain tidak ada di kapal; tidak ada anggota baru yang mendengar kecuali si kuda.
Gadis itu menghela napas, merenung, "Aiden mungkin akan khawatir, tapi Farrier sudah memaklumi, dan biasanya Alev tidak akan berkomentar." Tidak apa-apa, Alev akan mengerti. Mungkin ia malah berkata kalau aku kurang keras berlatih atau kurang terampil memanfaatkan sihir dan senjataku.
Pikiran terakhir membuat Solis terkekeh sedikit. Rasanya aneh; dengan membayangkan Alev mengomeli atau menjelaskan tiap kelemahan sang Dracaenus cahaya, hatinya sedikit lebih tenang. Apa yang selama ini Alev utarakan padanya hanyalah kritikan hangat setelah sedikit pujian, atau gestur-gestur kecil―itu lebih baik daripada tidak ada komentar sama sekali.
Ah, tapi mungkin Alev tidak akan berkomentar, seperti biasa...
Tetap saja, segundah apapun suasana hatinya, Solis melakukan apa yang ingin ia lakukan. Charcoal melemparkan tatapan curiga saat sang Dracaenus cahaya menempelkan tangan kanan ke meja kemudi dan memejamkan mata. Dencing-dencing logam di sisi kiri kapal menandakan satu hal: sebuah ruang berlatih sebesar dua kali kandang kuda mulai terbentuk, menempel tepat di samping kapal seperti sebuah kesalahan arsitektural. Solis menekan tuas kecil di meja kemudi, menanti sebentuk pintu membuka ke atas seperti lubang perangkap, lalu memasuki ruang buatannya dan memperhatikan hingga pintu tertutup.
Di luar kapal, kubah transparan yang dibentangkan sebagai pengaman di sekitar pulau menampakkan semburat merah padam. Horizon yang terbentang luas terasa seperti nostalgia―mereka pernah berada di pulau ini, membentangkan tabir yang sama, dan berlatih lebih keras dari sekarang. Usia Solis tidak lebih dari enam sampai sepuluh tahun saat itu. Dulu, tidak ada yang menghalangi Solis untuk menjadi lebih kuat demi menyelamatkan dunia―selain rasa lelahnya sendiri, mungkin. Sekarang, sejak insiden itu, semua berubah.
Andai saja luka menyebalkan ini bisa langsung sembuh...
Tidak ada keindahan senja yang tertangkap dalam hati sang gadis kecil, apa yang terasa dalam hatinya adalah kecemasan. Mereka baru dua hari di pulau, tapi rasanya seperti bertahun-tahun. Di luar sana, Ebherseir pasti telah memperluas daerah rampasan. Merah dan kelabu di langit tampak seperti api neraka yang melalap separuh dunia. Nyeri dalam dada Solis, baik fisik maupun mental, merekah seperti lahar yang meletup-letup di bawah kerak gunung berapi. Ia menarik napas; nyeri fisiknya hilang, tapi tidak dengan nyeri mental. Ia menelan ludah, merasakan pahit di lidahnya yang kasar.
Bodoh, sungguh bodoh. Menantang Ebherseir sebelum siap, betapa bodohnya diriku.
Rasa bersalah itulah yang menuntunnya untuk berdiri siaga di hadapan puluhan Taibhse berbekal zirah Logam Vaechny sekarang.
Bukan Taibhse sungguhan, hanya mekanisme rancangan Farrier―apa yang mengepung Solis hanyalah bayangan-bayangan bergerak menyerupai Taibhse asli, dan bisa dibuyarkan dengan penghancuran atau pemenanggalan kepala seperti Taibhse asli. Dulu, mereka tampak samar, seperti fatamorgana. Sekarang, berkat bantuan jiwa Charcoal yang juga ditinggal tuannya berlatih, mereka benar-benar terlihat seperti makhluk-makhluk gelap yang menjajah kota-kota di luar. Aiden dan Alev masih di hutan bersama anggota-anggota baru. Farrier menjemput mereka untuk makan malam. Solis bisa berlatih sekitar lima belas menit, sendirian. Di dalam ruangan ini, Solis tak perlu cemas sihirnya akan terasa dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Little Sun Strikes
Fantasia[Cerita medieval fantasy pertama] [WARNING! R18. NSFW CONTENT, DON'T LIKE DON'T READ.] [Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote dan komentar, kritik saran diperlukan] "Berhati-hatilah dengan matahari. Sinarnya menerangi segala bayangan, menidurk...