Bab 24 Dan... Apakah Ini Akhir?

27 2 2
                                    

Pukul 12.00 

Bima dan Mikka sudah sampai di parkiran, tadinya Mikka ingin langsung di drop di lobby bandara. Namun Bima memaksa Mikka untuk terus bersama-sama, Bima takut saat Mikka sendirian dia panik dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Setelah sampai parkiran Mikka dan Bima segera menuju lobby bandara, tidak henti-hentinya Bima memegang tangan Mikka yang dingin dan berkeringat. Suasana bandara menjadi lebih ramai dari biasanya. Kantor Customer Service dan kantor Indonesian Air penuh dengan orang-orang. Mikka mulai panik dan menghampiri kantor maskapai terlebih dahulu. 

Mikka melihat sekelilingnya penuh dengan orang-orang yang menangis dan berteriak-teriak. Rasanya pusing sekali melihat mereka semua, Mikka langsung menghampiri pegawai maskapai yang terlihat sedang menelepon.

"Mas saya mau informasi penerbangan Ambon ke Bandung yang tadi saya lihat di tv Mas. Ibu dan Ayah saya naik pesawat itu." ujar Mikka kepada pegawai maskapai tersebut. Petugas tersebut menutup teleponnya dan langsung menjawab Mikka.

"Mohon maaf mba, untuk saat ini informasi yang kami terima sinyal pesawat masih hilang. Belum ada kabar lebih lanjut apa pesawat mendarat darurat atau jatuh. Kita tunggu berita lebih lanjut ya." ujar pegawai maskapai Indonesian Air sambil memberikan minuman kepada Mikka.'

"Mba minum dan duduk dulu di ruang tunggu ya, kami akan memberikan informasi lebih lanjut lagi nanti." pegawai tersebut menunjukan tempat duduk yang kosong di ruang tunggu.

Dengan langkah lemas Mikka duduk di tempat yang kosong, Bima masih berdiri dan memperhatikan sekitarnya.

"Sayang HP mu biar aku yang pegang, kayanya banyak yang telp dari tadi kesitu. Biar Mas yang jawab semuanya."ucap Bima, dan tanpa pikir panjang Mikka langsung memberikan Hp nya kepada Bima.

Pikiran Mikka masih kalut, tatapan matanya kosong dan bingung. Airmata masih menetes terus menerus dari matanya. Kertas sambutan pun sudah digenggam dengan erat sampai terkoyak-koyak dan mulai hancur. Mikka merasa ini semua seperti mimpi, kenapa dia ditingggalkan tanpa kabar seperti ini. 

----

pukul 14.00

Pesawat Orangtua Mikka belum mendarat dan bandara mulai ramai didatangi keluarga penumpang pesawat. Mikka bersandar duduk disamping Bima, tangan bimapun sudah basah okeh genangan airmata Mikka. 

"Harusnya Ibu dan Ayah sudah sampai Bandara Mas... " ujar Mikka lirih. Bima hanya bisa memeluk Mikka dan terus memegangi tangan Mikka yang dingin. Seluruh keluarga dekat Mikka sudah menelepon Mikka dan bertanya tentang kebenaran berita yang didengarnya. Semua telepon sudah dijawab oleh Bima dan semua keluarga akan menunggu berita kabar selanjutnya. 

Pukul 16.00

Telp Mikka kembali berdering dan kali ini dari Geon. Bima pun mengangkat telp tersebut.

"Halo.." Bima menjawab telepon tersebut.

"Eh, Halo mas. Saya Geon, saya lihat di berita ada nama Ibu dan Ayah Mikka di list penerbangan. Apa benar beritanya mas?" tanya Geon kepada Bima.

"Benar beritanya.. Kami masih di bandara untuk menunggu kabar." jawab Bima singkat.

"Wah sudah feeling saya pas lihat nama Ayah dan Ibu, Oh iya Mas kalau saya dan Anna kesana boleh? Saya bawakan makanan dari rumah... " tanya Geon kepada Bima.

"Hmmm. bentar saya tanya dulu Mikka ya, harusnya sih boleh saja. " jawab Bima.

"Oke nanti wa saya aja ya kalau boleh. Makasih Mas..." ujar Geon lalu menutup teleponnya. 

Sebelumnya Bima sudah berkoordinasi dengan Clara dan Tante Sinta adik dari Ibu Mikka untuk stay di rumah Mikka. Sepertinya Mikka belum mau pulang kerumah, dia dengan hati yang kalut terus menunggu Ayah dan Ibu bisa sampai ke bandara.

GAME OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang