Bab 10 Mengulang Masa Lalu

33 3 0
                                    

Hening terasa saat Mikka berjalan kelobby, jari kirinya masih senat senut karena melepuh. Seusai diberikan salep pereda luka bakar, lumayan sudah bisa digunakan walaupun agak nyeri.

Dari belakang muncul sosok Geon yang muncul sambil membawa tas laptopnya. 

"Ayok pulang bareng" saut Geon sambil langsung mengangkat tas Mikka dan berjalan ke basement.

"Oh God, kenapa sama anak ini" gumam Mikka.

Mikka pun masuk ke mobil Geon, saat ingin memakai seat belt Mikka merasa nyeri di tangannya. 

"Aw" ujar Mikka.

"Sini biar aku yang pasang" ujar Geon sambil memasangkan seat belt di kursi Mikka.

Setelah itu Geon menyentuh tangan kiri Mikka dengan mendekatkan badannya ke Mikka. 

"Masih sakit?" Geon bertanya.

"Ga kok, sa santai aa aja." Jawab Mikka terbata-bata.

Geon pun mengendarai mobilnya keluar parkiran. Sepanjang jalan Geon menatap terus kedepan tanpa berbicara apa-apa. Mikka pun hanya bisa terdiam menandingi kebisuan Geon.

"Makan sama aku ya jangan nolak. Sebagai permintaan maafku" ujar Geon memecah keheningan.

"Ya... " ujar Mikka pelan. Dia tidak sanggup menolak Geon yang sedang puasa ngomong itu. Entah karena merasa bersalah, atau emang mereka sudah tidak satu frekuensi lagi sehingga Geon malas berbicara dengan Mikka. Entahlah Mikka hanya terlihat heran dan terdiam.

Dalam diam Mikka menuliskan chat kepada Bima, bahwa dia makan diluar dengan teman kantornya. Tidak berbohong, namun sedikit menyembunyikan dengan siapa dia makan malam ini.

Geon menepi disebuah restaurant yang tampaknya tidak terlalu ramai dan tidak jauh dari tempat tinggal Mikka. Ya ini adalah restaurant ayam kesukaan Mikka dan mereka berdua sangat sering kesini. Sampai mereka punya meja favorit untuk ditempati.

"Makan disini ya, aku gatau kamu mau makan dimana. " ujar Geon. 

"...... " Mikka hanya terdiam heran. Geon yang aneh bertanya pun tidak kepada Mikka, Geon memang tipe yang begitu. Keras dan kalau punya keinginan pasti dia akan berusaha untuk mendapatkannya.

"Kamu duduk aja, aku yang pesankan. Menu yang biasa kan?"tanya Geon memastikan.

"Oke apa aja." jawab Mikka singkat. Mikka pun duduk di kursi dan meja langganan dia dahulu dengan Geon, Setelah putus dengan Geon sekalipun Mikka tidak pernah makan lagi di restaurant Ayam ini. Entahlah dia juga heran nafsu makannya hilang kalau mau makan di restaurant ini. Sempat Mikka take away beberapa kali di restaurant ini namun menggunakan aplikasi pemesanan makan online. 

Selang 10 menit Geon datang membawakan makanan untuk mereka. Mikka pun pergi mencuci tangannya dan kembali duduk di kursinya. 

"Kenapa makan disini?" tanya Mikka penasaran.

"Emang suka aja makan disini, kamu ga suka ya ?" ujar Geon balik bertanya pada Mikka. 

"Hahahha, gatau deh aku udah ga pernah makan disini lagi semenjak.... Semenjak itu deh." jawab Mikka panik.

"Kamu takut ngeliat aku disini ya? Aku memang suka nunggu kamu disini. Setiap malam minggu pasti nyempetin duduk disini sambil makan pesanan favorit kita."ujar Geon sambil menatap ayamnya.

"Pantes ga ketemu." ujar Mikka singkat.

"Kamu bener niat lupain aku ya? " tanya Geon spontan.

"hmmm, niat banget ya engga. Cuma memang aku berusaha keras supaya bisa lupain." jawab Mikka.

"Sorry ya Geon, aku ga bisa ketemu langsung sama kamu pas bilang putus. Karena sudah pasti aku bakalan luluh. Semua keputusan ini sudah aku sampaikan juga ke orangtuaku. Mereka menyetujui keputusankku karena memang itu yang terbaik bagi kita" ujar Mikka.

"Kita tidak bisa membagi hati kita dengan Tuhan yang kita percayai Ge." ujar Mikka lirih.

Tak terasa air mata Geon menetes seiring perkataan Mikka. Itu memang berat dan Geon pun memahaminya. Sehingga saat putuspun Geon tidak memaksa Mikka untuk kembali, atau kerumah Mikka untuk memaksa bertemu dengannya. Geon hanya menunggu Mikka di tempat favorit mereka, dengan harapan suatu saat mereka bisa bertemu kembali secara natural. 

Selesai makan Geon mengantarkan Mikka pulang, saat mobil terparkir di depan gerbang Mikka. Geon dengan tiba-tiba memegang bahu Mikka agar tidak beranjak dari jok mobil. 

Geon mendekati wajah Mikka dan mengelus pipi Mikka. Tangan Geon mengarahkan wajah Mikka dengan wajahnya. Geon dengan cekatan mencium bibir Mikka dengan lembut. Sangat lembut sampai Mikka tidak menolaknya dan hanya mencengkram pergelangan tangan Geon dengan kuat. 

Geon pintar dalam mengekspresikan ciuman dengan Mikka. Ciuman lembut, ciuman bahagia, ciuman bernafsu atau ciuman yang mencerminkan kesedihan. 

Saat ini Geon memberikan ciuman kesedihan kepada Mikka, lembut namun bergetar. Seperti ciuman perpisahan dan tidak akan bertemu lagi.

"Ge... mmmh... udah" bisik Mikka.

Mendengarkan itu Geon malah mencium Mikka semakin dalam sampai terdengar bunyi telp Mikka berdering. Akhirnya Mikka bisa melepas ciumannya dengan Geon. 

Ternyata Ibu menelepon.

"Iya bu sebentar sudah didepan kok." jawab Mikka singkat. Mikka lalu menutup telp nya.

"Jangan gitu Ge, berat buat akunya. Semoga kejadian ini ga berulang lagi." ujar Mikka sambil membuka pintu mobil. Geon pun langsung ikut keluar dan menghampiri Mikka. 

"Maaf Mikka, aku terbawa emosi. Tapi tadi aku tulus sama kamu. Bahkan aku belum terpikirkan menggantikanmu dengan yang lain." ujar Geon.

"Maaf Geon, tapi aku beda. Aku sudah memutuskan untuk dengan yang lain. Tolong hargai. " ujar Mikka sambil pergi masuk ke rumahnya.


Bersambung gaes....


jangan lupa di vote.... follow author ya. :D



GAME OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang