Aku yang kembali

86 10 5
                                    


Pada akhirnya aku kembali ke Kota ini, untuk studiku dan cita-citaku. Aku tak pernah lupa, tak pernah sedikitpun berpaling. Sejak awal mimpiku hanya satu, menjadi seoarang bintang. Aku telah berjuang sejak lebih dari separuh usiaku, aku disaat balita menurut saja saat diseret ibuku untuk mengikuti kelas balet, menyenangkan... menggerakkan tubuhku mengikuti irama yang syahdu. Jiwaku memang disana, dalam hentakan musik, dalam irama lagu dan gerakan tubuh yang harmonis. Namun setelah 3 tahun aku menekuni balet aku sadar, aku ingin lebih... atau tepatnya aku yakin tubuhku mampu lebih dari ini. Musik yang syahdu memang menygarkan, namun irama yang kuat lebih menggairahkan.

Saat aku baru memulai sekolah dasar aku mengikuti kelas boxing, temanku dikelas itu hampir semua laki-laki. Mereka sering memicingkan mata saat kami sparring. aku suka sensasi itu...sensasi dianggap remeh dan perlahan ada semacam kekuatan yang muncul dalam diriku setiap kali aku diremehkan, perlahan aku tumbuh, melebihi apa yang mereka pikir batasku bahkan kadang aku sendiri tak menyangka bahwa aku mampu untuk itu.

tepat satu bulan setelah pesta ulang tahunku yang kedelapan, ah...aku ingat betul ulangtahun itu, ulang tahun terakhir aku mengenakan gaun yang dipersiapkan ibuku, bahkan dia menata rambutku yang masih panjang. Karena satu bulan kemudian aku mulai keras hati, usai berdebat panjang aku akhirnya diizinkan untuk keluar dari rumah, pergi seorang diri dengan kereta api selama 5 jam perjalanan menuju sekolah seni dasar.

Ibuku adalah pemain opera dimasa mudanya, seni tradisonal sangat dikuasainya, oleh sebab itu mudah saja mendapat izin darinya, ayahku adalah seoarang yang berpikiran modern, tidak mengekang batasan untuk bakat anaknya, lalu apa yang kami perdebatkan? aku memangkas rambutku, seperti anak laki-laki menurut ibuku...menurutku tidak ada aturan bahwa anak perempuan harus berambut panjang, toh aku sering melihat dijalanan laki-laki berambut panjang. apa salahnya dengan memangkas habis rambutku, aku nyaman dengan itu.

disekolah seni dasar kami dibebaskan memilih jurusan sesuai minat kami sendiri. walaupun semua dasar tetap harus dikuasai. kami belajar bernyanyi, bermain alat musik, tarian tradisonal dan modern, serta drama. namun kami juga dapat memilih pelajaran tambahan sesuai minat dan bakat kami.

aku memilih street dance, breaking dan hiphop, disanalah basicku ditempa habis-habisan. temanku dijurusan itu semua laki-laki, gurupun juga begitu, aku perempuan sendiri. kadang aku diperlakukan istimewa oleh teman dan guruku, saat kami melakukan kesalahan, maka hukumanku paling ringan, namun aku menolak semua itu. Bagiku, aku lebih bahagia dapat menjalankan apa yang teman-temanku lakukan dan rasakan. walau kadang guruku jadi menangis usai memukul telapak tanganku dengan mistar kayu.

dijurusan ini, aku belajar popping, breaking, jazz, locking, dan lainnya. Orang yang palig menjagaku disana adalah seorang guru popping bernama Lin Meng dan seniorku bernama vannes, saat itu vanness adalah siswa senior high school of art, artinya dia jauh diatasku yang masih elementary, namun dia sangat baik padaku. saat ini aku tau dia telah menjadi seorang bintang, entah masih mengenalku atau tidak.

selama 5 tahun aku bersekolah disana aku sering dikirim untuk mengikuti perlombaan, aku selalu juara pertama namun aku tidak beruntung untuk dapat langsung debut. setelah kemenangan itu, tidak ada panggung untukku. aku kembali kesekolah dan berlatih diruangan kaca ini lagi.

namun dua tahun yang lalu aku memenangkan sebuah ajang internasional yang membuat aku debut dengan 6 orang lainnya dan kami dikirim ke Korea. aku kira akhirnya perjalananku akan mulus setelahnya, bagaimana tidak...aku dikirim ke luar negri, kiblat dunia hiphop dan pop modern. namun semua hanya mulus di tahun awal saja. setelahnya kami mendapat banyak kritikan tajam, terutama soal penampilaku yang tidak biasa.

satu persatu temanku melepas diri dari grup, tersisa aku dan kayuan sebagai dancer dan penyanyi utama, apa artinya grup yang hanya tersisa dua orang, sementara studi kami mulai terabaikan. kayuan 2 tahun diatasku, dia sudah harus memikirkan kuliahnya, kami berdua akhirnya kembali, setelah berjuang untuk bertahan namun kami gagal.

X QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang