BAB 5

28 3 0
                                    

□□□□□□

Seperti kebanyakan keluarga bangsawan di Jepang, yang punya pengaruh, hingga dianggap suci, saat mereka memiliki garis langsung dari dewa-dewi, tidak terkecuali keluarga Uzumaki. Pengaruh mereka bukan secara finansial saja untuk negara maju seperti Jepang, tapi mereka mempunyai wilayah otonomi sendiri.

Keluarga mereka diatur secara tradisi turun-temurun, mewajibkan untuk terus memercayai sesuatu yang kadang kala disebut sebagai takhayul bagi manusia-manusia modern yang mulai meninggalkan upacara-upcara suci dan sakral. Bahkan tak terelakkan bagi Naruto sendiri. Ia tak seperti pendahulunya yang punya sikap hormat dan patuh untuk memuliakan Tsukuyomi-no-Mikoto yang menjadi simbol kemakmuran keluarganya.

Setelah pertemuannya dengan Toneri secara garis besar keturunan langsung dari tetua biksu—garis keturunan langsung dari para biksu yang melayani setiap upacara pemberkatan bagi mereka, juga upacara pernikahan, hingga pengadopsian anak laki-laki untuk dijadikan penerus tradisi—Naruto mengingat setiap ucapan pria itu melebihi siapa pun, dan seharusnya memang begitu, dan secara terlambat dia menaruh hormat padanya.

"Dia mengatakan ramalan anak laki-laki jika aku melakukan pernikahan dengan gadis itu, menurut kalian apakah itu masuk akal?"

"Kenapa kamu tiba-tiba mendiskusikan hal ini bersama kami?" tanya Sasuke, dia meneliti wajah Naruto yang terlihat terus berpikir dan agak tegang. Padahal selama ini temannya itu jarang menunjukkan ekspresi tersebut—jarang, bukan berarti tidak pernah. "Aku kira kamu tidak terlalu suka membahas masalah sakral itu bersama kami, apa ini karena kamu tidak pernah memikirkan soal pernikahan atau memiliki seorang gadis? Apa yang bisa kami bantu? Meyakinkan dia harus menikah denganmu?"

"Ampun, lah, jangan bahas yang itu dulu, aku hanya kaget saja mendapatkan ramalan seperti itu."

"Kaget karena akhirnya kamu harus menikahinya demi kemakmuran keluargamu?"

"Sebenarnya kita sedang membicarakan apa? Mana dari kedua itu yang paling kamu khawatirkan kalau begitu?" Sakura bertanya sembari memperhatikan Sasuke dan Naruto secara bergantian. "Apa aku juga punya kesempatan untuk memberikan keputusan?"

"Aku belum siap dengan kemunculan orang asing di rumah ini, terutama menjadi Nyonya Uzumaki selanjutnya."

"Belum siap?" Sakura meringis, merasa aneh dengan kalimat itu. "Tapi kamu sendiri yang membawa gadis itu pulang. Itu artinya kamu sendiri yang memilihnya."

"Ya maaf, karena aku bersikap impulsif waktu itu, aku tidak memikirkan kalau tradisi keluargaku akan memengaruhi hari-hariku—setidaknya kedatangan gadis itu seperti sebuah ramalan dari kitab suci."

"Tidak ada waktu untuk penyesalan," kata Sasuke dengan penuh penekanan. "Kalau kamu melepaskan gadis itu, menunda tradisi tersebut, aku tidak yakin kamu akan menemukan perempuan yang layak seperti gadis itu."

"Benar yang dikatakan oleh Sasuke. Naruto, kamu akan punya anak laki-laki jika kamu menikahi Hinata, kamu tidak perlu pusing lagi nanti, bukankah kamu malas untuk terus mendengar omelan Albert? Dia akan pulang dari Prancis, dan kamu yakin mampu mendengarnya?"

"Albert adalah orang paling tunduk dalam tradisi keluarga ini—dan satu-satunya orang yang paling patuh dari siapa pun untuk meneruskan tradisi. Kamu tidak akan punya kesempatan untuk menghindar, dan sebelum itu terjadi, kamu harus melakukannya."

Sakura benar, dia tidak akan dapat menghindari Albert jika pria berambut perak itu mendarat ke Jepang, dan mulai bekerja di sini kembali.

Albert akan jadi masalah utama setelah ini kalau pria itu akhirnya kembali ke rumah ini ketika mungkin saja kediaman pribadi Uzumaki di Prancis tidak butuh lagi diurus secara kritis oleh pria itu. "Ada banyak tikus-tikus di sini sekarang, aku tidak yakin Albert akan bertahan di Prancis dengan waktu yang sangat lama. Dia pasti akan pulang dalam waktu dekat, tetapi aku tidak tahu kapan."

TALKING To The MoonWhere stories live. Discover now