2.

272 15 0
                                    

26 Oktober 2019

Sudah beberapa hari ini, Jeehan terus merasakan pusing, mual, dan lemas sehingga harus izin sekolah selama 5 hari.

"Aku harus minum obat apa lagi?"

Jeehan terdiam sejenak. Ia tampak memikirkan sesuatu yang membuatnya panik.

"Aku harus ke Apotek."

Sesampainya di Apotek, Jeehan lamgsung membeli barang yang diinginkan nya.

Jeehan langsung ke kamar nya untuk mencoba alat tersebut.

15 menit berada di kamar mandi, keluar dengan pipi yang basah.

"Gimana ini ...."

Jeehan terus mengeluarkan air mata nya. Mondar-mandir seperti orang linglung.

Ia bergegas mengambil ponsel nya untuk menghubungi Emilio.

"Emil angkat ...."

Panggilan berkali-kali di tolak, ntah apa yang sedang dilakukan kekasihnya.

Jeehan terduduk lemas di pinggiran kasur, meremat sprei dengan kencang untuk menahan tangis nya.

Jeehan segera menoleh ke meja saat ponsel nya bergetar menampakkan nama "Baby<3" di ponsel nya.

"Emil, kita harus ketemu."

"Gak bisa, kita putus. Aku mau pergi."

"Maksud kamu? Kamu tinggalin aku?."

"Iya, kenapa sih? Lebay banget."

Tangis Jeehan kembali pecah.

"Aku hamil, emil!"

"Bukan anak aku. Paling kamu udah pernah ngelakuin sama orang lain." Emil langsung memutus panggilannya.

Maudy, ibu jeehan. Mendengar suara tangisan dari kamar anak nya pun segera mengecek keadaan.

"Jee, kamu kenapa?" tanya Maudy, menghampiri dan memeluk Jeehan.

"Ma, jangan marah, ya?"

"Hah? Apa?"

Jeehan menarik nafas panjang sebelum berbicara. "Aku hamil."

Maudy membelalakkan matanya, terkejut dengan fakta yang diberi tahu anak nya.

"Dengan siapa? Jawab!" Maudy terlihat emosi dengan mukanya yang merah.

"Emil, ma."

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Jeehan.

"Sudah pernah mama ajarkan bahwa kamu harus menjaga diri, jeehan! Kalau begini caranya, kamu mau aborsi? Anak itu tak bersalah," teriak Maudy.

Jeehan berlutut pada Maudy, berusaha meminta maaf atas perbuatan nya.

"Ayah tahu, habis kamu."

Maudy pergi meninggalkan kamar dan mendobrak pintu nya.

Tak lama, Gibran datang dengan sapu lidi di tangannya.

"Jeehan!!"

Gibran datang dengan memukul sapu lidi ke arah Maudy.

"Ampun, ayah!" Jeehan menangis dengan keras. Ia terus meminta ampun kepada ayahnya yang sudah emosi.

"Keluar kamu dari rumah ini! Jangan pernah memijakkan kaki lagi." Gibran melempar sapu lidi itu ke kasur Maudy.

Jeehan memeluk lututnya, menenggelamkan kepalanya dan menangis terisak.

"Emil, kamu jahat."

>>>

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang