13.

93 10 0
                                    

Angga membuka mata nya setelah tertidur nyenyak, dengan Jeehan di sebelahnya.

"Halo, pagi." Suara serak Angga membuat Jeehan terbangun.

"Kok udah bangun?" Jeehan masih menutup matanya.

"Ayo olahraga pagi, masa bumil rebahan mulu?" ledek Angga.

"Haikal dimana?" Jeehan masih belum membuka matanya.

"Biasalah, udah ayo bangun."

Angga menarik selimut, dan mendudukkan Jeehan.

"Aku mau ke kamar, mau mandi dulu." Jeehan turun dari kasur dan pergi ke kamarnya, begitupula Angga yang berjalan menuju kamar mandi.

Seusai mandi, mereka memakai pakaian olahraga dan keluar dari rumah.

"Aku gapapa kalo lari?" tanya Jeehan.

"Kamu jalan aja, aku lari kecil," ucap Angga.

Angga mulai berlari, sedangkan Jeehan berjalan mengikuti Angga.

"Nanti beli persiapan bayi, yuk. Tapi, kita desain pakaian nikah dulu," ajak Angga.

Jeehan mengangguk setuju.

Setelah cukup berolahraga, mereka kembali kerumah.

"Mau sarapan apa?" tanya Jeehan.

"Aku mau kamu." Jeehan memukul kecil pundak Angga.

"Aku mau nasi goreng buatan kamu aja."

Jeehan memasak 2 porsi nasi goreng, 1 gelas kopi untuk Angga, dan 1 gelas susu untuk Jeehan.

"Enak bwanget bwuatan kwamu." Angga sedikit belepotan, karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Habisin dulu, baru bicara."

Setelah sarapan, Angga meminta Jeehan untuk bersiap-siap menuju butik yang sudah di pesan.

Angga menyalakan mobilnya dan segera melaju.

"Kamu udah siapin semuanya?" tanya Jeehan.

"Kalo gedung udah, tinggal makanan aja sih. Kamu mau makanan kaya gimana?" tanya Angga, sedikit meminta saran.

"Makanan western tapi ada indonesia juga, dan aku mau pernikahan sederhana," balas Jeehan.

"Aku mau buat pernikahan ini adalah pernikahan terbaik, sekaligus pertama dan terakhir. Dan, yang aku undang temen dekat sama keluarga aja gapapa kan?"

"Gapapa, Angga. Kalo banyak-banyak nanti kamu diomongin lagi." Jeehan menunduk.

"Hei, kamu ini bicara apa? Aku menikah sama kamu karena aku sayang kamu dan anak di dalam perut kamu ... mulai sekarang kita harus bisa menerima satu sama lain dan keadaan. Okay?"

Jeehan kembali tersenyum. "Makasih, ga."

Sesampainya di butik, mereka langsung menemui desainer terbaik yang sudah dipilih matang-matang oleh Angga.

"Selamat pagi, apakah bisa langsung dibicarakan saja?"

Desainer itu mengangguk dan memberi tempat duduk ternyaman.

"Perkenalkan, saya Camilla yang akan membantu membuat wedding dress untuk kakak."

"Saya Angga, dan ini calon istri saya Jeehan."

Jeehan mengangguk sebagai tanda perkenalan.

"Langsung saja?" tanya Camilla.

"Untuk kak Jeehan, karena sedang mengandung, saya rasa kak Jeehan lebih cocok dengan Gaun model A-line karena akan membuat kesan perut yang tidak cukup terlihat, dengan pemilihan korset," ujar Camilla.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang