17.

183 10 9
                                    

"Halo, selamat pagi, Mas," sapa Jeehan.

"Jeehan, kamu kok udah bangun?"

Angga terlihat sempoyongan, terlebih saat memanggil nama nya.

"Aku buatin sarapan buat kamu. Aku tau pasti kamu semalem capek banget kan?"

Jeehan memberi tempat duduk untuk Angga dan membantu mencopot sepatunya.

"Aku taruh sepatu di rak dulu."

Angga masih benar-benar pusing. Menyetir mobil saja karena terpaksa, padahal dia tau itu membahayakan dirinya.

"Mas, ayo duduk di kursi makan. Masa kamu mau duduk di meja?" Jeehan terlihat menahan tawanya.

Jeehan membantu Angga untuk duduk di tempatnya.

"Kamu minum berapa gelas, Mas? Kok kayanya mabuk banget?"

Jeehan mengatakan itu sambil tersenyum, walaupun hati nya merasakan sakit.

"Hah? Apa sih! Aku gak minum, kamu jangan nuduh aku." Angga terlihat sedikit emosi.

"Duh, Mas, maafin aku. Aku gak bermaksud nuduh kamu," ucap Jeehan.

"Aku mau makan dulu."

Angga mengunyah makanan itu secara cepat, tak biasanya dia mengunyah secepat itu.

"Mas, bukannya seorang dokter itu gak boleh mabuk, ya?"

Perkataan Jeehan membuat Angga memuncak emosinya.

"Jeehan, sudah berapa kali aku bilang bahwa aku gak mabuk! Jadi males sarapan sama kamu."

Angga pergi begitu saja meninggalkan Jeehan sendiri di ruang makan.

Jeehan menghela nafasnya, menutup wajahnya menggunakan tangannya.

"Sabar ya, sayang. Kamu bakal lahir dengan adanya papa kok."

***

"Mas, aku mau USG," ajak Jeehan.

"Aku hari ini kerja," ketus Angga.

Jeehan memegang tangan kanan Angga. "Mas, kamu kenapa? Aku ada salah sama kamu? Ini anak kita loh, mas."

"Iya aku tau. Tapi, itu kan bukan anak aku, haha."

Jeehan mengeluarkan air matanya, menatap mata Angga yang terlihat jujur.

"Mas, kamu gak salah bicara?" Jeehan masih ingin meyakinkan.

"Aku mau tidur, dadah, Jessica."

Angga langsung merebahkan tubuhnya di kasur begitu saja.

"Mas, Jessica siapa? Mas, jawab aku, mas!" Jeehan menarik-narik pakaian Angga. Tapi, Angga tidak mau bangun karena sudah ngantuk berat.

Jeehan terduduk lesu di lantai, menahan agar air matanya tak jatuh. Namun, air mata itu tetap turun.

"Mas, kamu jahat banget sama aku." Jeehan memeluk lututnya.

Menangis sekencang mungkin, dada nya terasa sesak saat mendengar nama wanita lain dari bibir suami nya.

Jeehan mengambil ponselnya.

"Emil, aku butuh kamu. Lagi."

***

"Jeehan, kamu kenapa? Mata kamu sembab?" Emilio terlihat panik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang