3

408 64 1
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul setengah 9 malam. Dan Nata merasa suntuk setelah mama nya marah lagi tanpa alasan yang jelas. Nata keluar dari kamar nya untuk sekedar melihat ke bawah apakah mamanya sedah kembali ke kamar nya atau masih disana. Tapi yang dilihat ternyata hanya laptop dan berkas saja. Sang mama entah kemana. Nata akhirnya memutuskan keluar rumah sebentar untuk ke supermarket depan komplek sekedar menghirup udara karna suntuk.

"Udah bersih" Kata Nata setelah melihat pecahan gelas sudah tak lagi ada di lantai. Nata mau meminta izin untuk keluar, tapi ia mendengar suara mamanya sedang melakukan telfon di kamarnya. Jadi Nata tidak melanjutkan niatnya.

Nata berhati hati membuka gerbangnya karna tak mau mama nya mendengar, sebenarnya mama nya juga tak akan keberatan jika Nata kemana mana asal berpamitan.

Drrt Drrtt

Suara getaran handphone Nata menghentikan langkahnya yang kini masih didepan rumahnya. Melihat siapa yang menelfonnya spontan Nata menolah ke arah rumah yang berada di depan rumahnya. Ternyata Naren, kini berada di balkon kamarnya yang berada di lantai dua, dan Naren sedang menatap ke arah luar.

Nata melihatnya sedikit bingung, akhirnya Naren mengisyaratkan agar Nata mengangkat telfonnya.

"Mau kemana?" Suara Naren di sebrang telfon

"Supermarket"

"Udah malem Nat" Kata Naren bingung, kenapa Nata jam segini masih keluar rumah.

"Depan komplek doang" Nata sembari berjalan perlahan dengan telfon yang masih tersambung.

"Stop" Kata Naren yang sontak membuat Nata juga berhenti karna ucapannya.

"Ha?"

"Tungguin gue, gue keluar bentar" Akhirnya Naren menutup telfonnya dan setelah Nata menoleh Naren sudah tak ada di balkon nya.

Setelah menurut apa yang di ucapkan Naren. ternyata benar, Naren keluar rumah dengan hoodie kesayangannya.

"Ngapain?" Nata bertanya

"Ikut"

"Dih bocah" Kata Nata, kini mereka berjalan santai.

"Butuh sesuatu?" Naren bertanya.

"Enggak sih, lagi suntuk aja pengen nyemil"

Selama berjalan banyak percakapan yang mereka lontarkan. Bahkan di selingi dengan sedikit tawa.
Selama di supermarket Nata hanya membeli beberapa camilan dan susu kotak kesukaannya. Dan Naren tidak membeli apapun, karna tujuan nya hanya menemani Nata.

"Mama lo masih kerja Nat?" Naren membuka pembicaraan setelah mereka duduk di depan indoapril.

"Biasalah, Bunda lo udah tidur?" Nata kembali bertanya.

"Enggak, tadi lagi bikin kue tadi"

"Ih seru banget, pengen lihat"

"Besok aja"

"Bener yaa" Nata kegirangan karna di janjikan melihat bunda nya membuat kue. Karna menurut Nata bunda Naren sangat cantik saat membuat kue, Dan kue nya juga sangat cantik cantik.

"Hm"

"Kak Jeff?"

"Di luar kota, besok pulang" sambungnya.

"Pantes jarang liat, kangen banget gue"

"Dih" Kini Naren berdiri karna sudah malam dan mengajak Nata untuk pulang, meskipun hanya di depan kompleknya tetap saja ini sudah malam.

"Ren, kalo Kak Jeff pulang panggil gue juga dong, pengen ketemu"

"hmm" Naren tak keberatan.

"Yes" Nata kegirangan. Tak bisa di pungkiri, saat Nata bersama keluarga Naren ia merasa bahagia seperti memiliki keluarga sesungguhnya. Keluarga Naren juga sangat baik kepadanya jadi tak heran Nata sangat nyaman bersama mereka.

Cuma butuh waktu 10 menit dari supermarket ke rumah mereka, dan kini Nata sudah berpamitan dengan Naren, begitupun Naren yang sudah memasuki rumahnya.

"Udah pulang dek" Suara bunda Naren yang ternyata belum tidur.

"Belum selesai, Bun?" Tanya Naren karna bundanya masih bergelut dengan kue kue di hadapannya.

"Belum"

"Mau Naren bantu?" Karna yang dilihat cuma membungkus kue, Naren pikir ia bisa sedikit membantu agar cepat selesai.

"Boleh sini" Bundanya dengan senang hati menerima niat baik sang putra.

"Tadi abis dari mana?" Tanya Yumi sang bunda.

"Nemenin Nata Bun, ke depan doang" Bunda nya langsung paham jika yang di maksud depan adalah supermarket dekat kompleknya.

"Tumben kesana malem"

"Suntuk katanya"

"Sering sering jagain Nata ya dek" Kata bundanya tiba tiba membuat Naren bingung.

"Kenapa bun?"

"Ya jagain aja, dia kan cewek. Anak tunggal kesepian pasti" Kata bundanya.

"Iya Bun, Nata juga kan temen Naren. Pasti lah"

"Pinter, ya udah sana balik ke kamar"

"Tanggung bentar lagi, Bun"

"Gak papa sana, Bunda lanjutin sendiri. Nanti adek capek"

"Bunda juga jangan capek"

"Iya sayang"

"Naren keatas ya bun"

cup

Satu kecupan mendarat di pipi Yumi dari Naren. Naren masih sangat suka mencium bunda nya. meskipun sudah besar menurut nya hal seperti ini wajar. 

"Jangan begadang dek"

"Iya" Naren kini sudah berjalan menuju kamar nya untuk istirahat seperti kata bunda nya.

.* :☆゚. ───

sekian

HURTS / on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang