Suasana makan malam di rumah Naren benar benar hangat bagi Nata. Jujur ia tak pernah merasakan hal seperti ini. Ingin rasanya Nata selalu begini tapi tak bisa dan tak akan pernah bisa pikir nya.
"Nata gimana sekolahnya nak" Tanya Catur Ayah Naren.
"Baik baik aja om, hehe"
"Masih ikut basket ?"
"Masih om, bakal ada turnamen makanya masih lanjut"
"Wah semangat ya, nanti jangan lupa undang om buat nonton"
"Hehe siap om, nanti Nata kasih vip buat om"
"Gue di ajak juga gak" Jeffran bertanya
"Pasti dong, kak jeff harus datang. Gak datang aku marah"
Nata benar benar seperti keluarga saat berbincang bincang dengan mereka semua. Tak ada kesedihan, ia melupakan pahitnya kehidupan dirinya setiap hari.
"Bun, Nata pamit ya. Makasih buat hari ini. Nata seneng banget" Kata Nata setelah ia akan pulang karna sudah malam.
"Sering sering kesini ya Nat, cuma di depan rumah loh"
"Hehe iya bun, kalo nata gak sibuk nata ke sini" Jawbanya setelah berpamitan dengan Yumi, Catur dan Jeffran. Kini Naren mengantarkan Nata meskipun rumah Nata cuma di sebrang, mengantarnya tidak menjadi masalah.
"Makasih ya ren" Sambung Nata lagi setelah berada di halaman rumahnya. Seharian ini Nata benar benar merasa hidupnya berwarna dengan hal sederhana.
Naren mengangguk dan tersenyum "Jangan tidur kerjain tugas lo"
"Dih gini gini gue rajin Ren" Sombong nya karna meskipun tak pernah menjadi juara kelas ia tak pernah lupa dengan tugasnya, dan selalu mengerjakan nya.
"Ya udah sana" Naren pun membalikkan badan lebih dulu dan meninggalkan Nata halaman rumah Nata.
"Good night Ren" Naren hanya membalas dengan lambaian tangan dan masuk ke rumahnya.
Nata masuk dan masih tak ada tanda sang mama datang dari kantornya. Nata tak ambil pusing dan langsung menuju kamarnya.
Di hidupkan nya lampu kecil di meja kamarnya. Nata ingin segera tidur jadi ia tak menyalakan lampu utama nya.
Nata membaringkan tubuhnya dan melihat bingkai foto kecil di mejanya, foto saat Nata masih bayi di gendong sang mama, dan foto dirinya saat ini.
Tiba tiba nata memandang setiap frame foto yang tertempel di kamarnya. Yang hanya tertempel foto dirinya sendiri. tanpa ada foto dirinya dengan keluarga nya, kecuali foto di meja.
"Ma, Kapan Mama liat Nata?" Nata bermonolog saat sedang merebahkan tubuhnya di kasur.
"Liat Nata sebagai putri mama" Nata berdiam memejamkan matanya, kini membayangkan bagaimana serunya jika ia dengan sang Mama layaknya ibu dan anak.
"Kapan tanyain Nata udah makan belum, udah belajar belum, gimana harinya"
"Ma, Nata punya salah ya ?, Selama ini Nata gak pernah tau gimana rasanya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya"
"Nata pengen kayak Naren ma, yang selalu di tanyain setiap yang dilakukan nya, bahkan hal kecil pun di tanyain"
"Mama sama Nata bahkan kayak kutub magnet yang berlawanan" Nata terus bermonolog, karna Nata seringkali berfikir untuk apa ia hidup jika hanya begini saja. Ia seperti hidup sendiri dalam kesunyian. Setiap harinya di penuhi dengan aktivitas yang di ulang ulang. Bahkan di rumah nya seperti tidak ada kehidupan. bagi Nata rumahnya hanya sekedar tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS / on going
Fanfiction"Udah terlambat Ren" - Nata "Penyesalan gue cuma satu nat, gue gak tau kalo lo lebih sakit" - Narendra "Karna luka pada fisik, tak akan sesakit luka pada Hati"