Nata menemui Raka seperti yang telah mereka bicarakan. Raka menemui Nata di cafe Dream yang berada tepat didepan sekolah. Tanpa membuang waktu Nata langsung menghampiri Raka saat sudah memasuki cafe. Tidak susah bagi Nata karna dari semua pengunjung hanya sosok Raka yang asing. Dengan setelan suit berwarna hitam.
"Ren, ngapain duduk sini. sono tuh" Kata Nata saat melihat Naren berhenti dan duduk di kursi yang sedikit jauh dari Raka.
"Gue tunggu disini"
"Ih kenapa sih"
"Raka urusannya sama lo, gue gak mau ikut campur. kalo misal aneh lo bisa lambaiin tangan aja biar gue langsung sikat si Raka"
"Yakin lo disini aja."
"Hm, lo selesaiin aja"
"Sorry ya"
"Ngapain sorry, udah sana keburu sore"
Raka yang menunggu kedatangan Nata disibukkan dengan dokumen dokumen yang ia bawa, karna ada waktu ia tidak membuang nya dengan percuma.
"Permisi?" Sapa Nata
"Duduk"
"Lama ya?" Tanya Nata
"No, pacar lo mana?" Raka memastikan karna Nata saat ini sendirian.
"Sorry, tapi bisa langsung ke intinya? dan Naren bukan pacar gue. Dia temen gue tuh dia" Kata Nata yang menunjukkan dimana Naren berada.
"Oke jadi pertama gue mau minta maaf. Sorry kalo kesannya gue maksa banget mau ngomong sama lo"
Nata hanya mengangguk dan masih mendengarkan, sebenarnya apa yang akan di bicarakan oleh Raka. Nata tau pasti akan ada sangkut pautnya dengan sang Ayah. Karena Raka lah yang memulai.
"Gue mau bicara layaknya temen oke, biar santai. dan gue bakalan langsung pada intinya"
"Hm, silahkan"
"Gue Raka"
"Udah tau kali"
"Hahahaha Oke" Kata Raka yang tertawa tidak jelas bagi Nata, karena tidak ada yang lucu.
"Ayah lo, dia masih hidup"
"Terus?" Nata hanya berbicara seadanya. Nata tidak menunjukkan keterkejutannya sama sekali mengenai hal yang baru saja Raka ucapkan. Karena Nata yakin, jika ayahnya sudah meninggal Mama nya tidak akan seperti ini, yang kesan nya selalu menutupi siapa ayah nya. Jika memang Nata anak yatim setidaknya dia tau dimana ayahnya di kebumikan. Tapi nyatanya selama ini Nata benar benar merasa abu-abu tentang Ayahnya.
"Lo gak kaget?" Raka kebingungan
"Enggak"
"Kok bisa, eh maksudnya lo udah tau gitu?"
"Enggak juga, sebenernya udah gue duga juga. Kalo misal udah meninggal mama gak bakalan sembunyiin Ayah gue ampe gini"
"Ah oke"
"Terus? udah itu tujuan lo?"
"Bukan, lo harus tau aja kalo bokap lo gak ninggalin lo" Nata tidak merespon dengan ucapan Raka. Nata akan mendengar sampai tuntas apa yang akan Raka bicarakan.
"Dia mantau lo, dia selalu ada buat lo"
"Selalu ada?, gak salah denger kan gue?"
"No, nanti lo bakalan ngerti"
"Buat apa? bodo amat juga gue" Nata akui jika ia membenci hal ini. Bukan kah sudah cukup baginya tidak tau tentang Ayahnya selama ini. Jadi untuk apa membicarakan lebih tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS / on going
Fanfiction"Udah terlambat Ren" - Nata "Penyesalan gue cuma satu nat, gue gak tau kalo lo lebih sakit" - Narendra "Karna luka pada fisik, tak akan sesakit luka pada Hati"