1.

413 64 32
                                    

𝙃𝙖𝙡𝙤 𝙬𝙚𝙡𝙘𝙤𝙢𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙩𝙤 𝙢𝙮 𝙨𝙩𝙤𝙧𝙮!! 𝙎𝙚𝙢𝙤𝙜𝙖 𝙨𝙪𝙠𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙝𝙞𝙗𝙪𝙧 ❤







“Ran, lo nggak capek punya doi kaya Pak Abi?.” Adis sahabatku menanyakan hubungan gue dengan Mas Abi. Lelaki yang sudah menyandang sebagai pacarku selama setengah tahun ini. Gue memutar mata jengah.

“Kenapa Tiba-tiba nanya gini ke gue? Menurut lo gimana?.” tanya gue ke Adis balik. Jujur gue capek dengan semua sikap posesifnya.

“Kalo gue jadi lo, kayaknya udah putus dari dulu sih, nggak betah gue.” terang Adis. Sebenarnya gue juga udah nggak betah sama Mas Abi, tapi karena ibu Mas Abi pernah berpesan padaku untuk selalu bersabar dengan sifatnya. Ya gue berusaha sabar.

"HP lo bunyi Ran." Peringat Adis. Ah sudah bisa gue tebak siapa lagi kalo bukan orang yang sedang gue dan Adis omongin. Sebelum gue angkat telpon, tarik nafas dulu.

Klik..

"Halo, kok lama angkat telponnya, kamu lagi ngapain?." Tanya Mas Abi panjang.

"Lagi ngerjain tugas Mas." Jawab gue bohong. Kalo gue jujur ngomong lagi nongki yang ada diceramahin terus di suruh pulang.

Diam, nggak ada jawaban dari Mas Abi.
"Udah makan?." Gue bukan anak kecil kalo nggak disuruh makan nggak makan ya, please deh Mas Abi!!! Batinku kesal. Tetapi sebisa mungkin aku tahan.

"Udah Mas, kamu udah makan?." Tanyaku balik, kalo nanti nggak di tanya balik Mas Abi bakalan marah bilang nggak perhatianlah cueklah, ribet nanti urusannya.

"Ini saya abis makan, sama telur balado."

"Ya udah lanjutin kerjanya, aku selesaiin tugasku."

"Nanti kamu saya jemput ya!." Ini pertanyaan apa perintah sih?.

"Nggak usah Mas nanti aku pulang sendiri aja." Jawabku.

"Kenapa nggak mau saya jemput?!, kamu nggak lagi sama cowok kan?." Astaga mulai deh.

"Aku nggak mau kamu jemput bukan karena lagi sama cowok, kamu kan baru pulang kerja pasti capek, belum lagi harus anterin aku ke kost." Tuturku panjang sepanjang jalan kenangan.

"Aku tutup dulu ya Mas, belum selesai tugasku, assalamu'alaikum."

Tanpa menunggu jawaban dari Mas Abi gue sudah menutup telponnya, dan mematikan ponsel, karena Mas Abi nggak bakalan diam aja, nanti ujung-ujungnya debat, males gue yang pasti minta maaf. Mas Abi mana mau ngalah, huh ngalah terossss!!.

Adis meringis saat gue menatapnya.
"Noh yang lo tanyain."

"Ribet juga ya Ran, bentar-bentar di telpon, ditanyain."

"Berasa kaya tawanan tau gak!." Jelasku keki. Adis terkekeh.

"Eh udah jam 4 Ran, gue pulang ya." Pamit Adis. Karena tadi ada janji dengan mamanya katanya mau ada acara.

Rania (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang