𝐇𝐚𝐥𝐨 𝐠𝐮𝐲𝐬!! 𝐒𝐭𝐚𝐲 𝐡𝐞𝐚𝐥𝐭𝐡𝐲!! Jaga iman dan imun 🌼
Setelah berkelana menyusuri jalan, dan hari menjelang sore gue memutuskan untuk pulang ke kost. Rasanya capek, capek hidup capek kuliah. Nyerah aja boleh nggak?. Cemen banget gue! Hidup enggan matipun segan, nah peribahasa yang cocok buat gue saat ini.Bohong kalo gue bisa segampang itu ngelupain Mas Abi. Terlebih udah setengah tahun kita sama-sama. Meskipun hubungan kita biasa-biasa aja. Tapi tetep berkesan menurut gue, nggak tau kalo menurut Mas Abi gimana. Ya udah lah mau gimana lagi. Mungkin ini adalah takdir hidup gue, miris amat ya.
Gue memilih berusaha untuk melupakan hari yang membuat gue sangat lelah. Tidur istirahat besok Senin, hari yang paling malesin dari sekian hari. Nggak tau kenapa sih, ini gue yang ngerasa atau kalian juga?. Terlebih mata kuliah hari Senin itu bikin punyeng.
Mata ini kian berat dan ingin segera memejam, mengarungi alam mimpi yang indah, siapa tau abis tidur semua masalah langsung hempas. Disaat baru saja gue terlelap tidur. HP gue mengeluarkan bunyinya. Kebiasaan lupa nggak matiin data, jadi bisa aja pesan sama telpon masuk. Sekarang jamannya pake whatsapp kan bukan telpon biasa lagi, sekarang udah langka orang yang punya pulsa adanya ya kuota.
Siapa sih yang telpon disaat gue udah enak-enaknya pacaran sama my kasur?!. Ganggu tau nggak!.
"Ran." Sapa seseorang dari sebrang sana.
"Hem." Gue menjawab telpon dengan gumaman ogah-ogahan. Gue yang udah ngantuk nggak tertahan udah nggak baca nama kontak yang lagi nelpon gue, gue tebak sih si Adis yang nanyain tugas Minggu kemarin.
"Ini Mami." Ungkap dari sana.
"Hem." Mata gue udah berat banget, eh bentar-bentar barusan siapa? Mami? Mami siapa? Mamaku? Bukanlah!. Gue langsung membuka mata lebar-lebar berusaha menghalau rasa kantuk yang sebenarnya lebih dominan.
Maminya Mas Abi ternyata.
"Oh Halo Mi." Gue yang udah benar-benar sadar dari rasa katuk merasa nggak enak deh soalnya dari tadi gue menjawab telpon dengan ogah-ogahan, nggak sopan banget. Gue emang kesel sama Liodra, gue juga udah nggak punya hubungan apa-apa lagi sama Mas Abi tapi bukan berarti gue harus bersikap nggak sopan kan sama Mami mereka.
"Rania udah tidur ya?." Tebak Mami Reta, "Mami ganggu istirahat Rania?." Sambungnya. Ingin berniat hati menjawab iya tapi nggak etis.
"Hehe iya Mi, barusan Rania ketiduran, tapi sekarang udah bangun, keinget juga belum ngerjain tugas."
"Maaf ya kalo Mami ganggu, Mami mau nanya sesuatu sama Rania."
Gue penasaran Mami mau tanya apa. "Iya Mami?."
"Kamu lagi ada masalah ya sama Abi?."
Gue Mengehembus nafas pelan.
"Iya Mi, sekarang aku sama Mas Abi udah nggak ada hubungan apa-apa." Tutur gue pelan takut menyinggung perasaan Mami, eh sebenarnya nggak juga si, kan urusan hati gue sama anaknya nggak sama Mami Reta.
"Ada masalah apa Ran?, apa karena Liodra?. Atas nama Liodra Mami minta maaf ya." Lirih Mami.
"Mi, ini nggak ada sangkut pautnya sama Liodra, aku sama Mas Abi emang udah sama-sama nggak cocok kok Mi." Terang gue, ya Liodra agak nyinggung gue, terlebih dengan kata-katanya kemarin. Tapi karena omongan Liodra gue sadar kalo emang bener mau ditutup-tutupin gimana pun gue sama Mas Abi nggak cocok haha. Mulut gue ketawa batin gue menangis.
"Jangan bohong sama Mami!." Cerca Mami. Nggak anak nggak Mami sama-sama tukang paksa. Like son like mother. Iya bener buah jatuh nggak jauh dari pohonnya, elah berasa pelajaran Bahasa Indonesia dari tadi pake pribahasa terus.
"Iya Mi."
"Besok kita bisa ketemu?." Haduh males banget, mau ngomongin apaan coba? Gue sama Mas Abi, jangan deh. Mau langsung ngomong nggak bisa tapi sungkan, susah banget jadi orang yang nggak enakan apa-apa jadi ribet sendiri.
"Besok Senin aku full ada jam kuliah Mi." Gue beralasan biar nggak diajakin ketemu dong pastinya.
"Kamu bisanya kapan?." Suara Mami yang biasanya ceria saat bicara sama gue kini udah jadi datar.
"Nanti aku kabarin bisanya kapan."
"Mami tunggu ya kabar dari kamu." Tanpa salam dan basa-basi lainnya Mami Reta langsung menutup telponya. Ini baru kelihatan sifat aslinya kayak gini apa cuma pas lagi agak kesel aja nih. Jangan-jangan keluar aslinya yang galak sama judesnya kayak macan. Gue yang bayangin kok serem yah!. Gue taruh kembali HP ke meja. Melanjutkan mimpi yang tertunda.
Di jam 03.00 dini hari gue terbangun, seperti sudah kebiasaan, gue akan terbangun dengan sendirinya di jam-jam segini. Menuju kamar mandi untuk cuci muka, mengambil air wudhu melaksanakan qiyamul lail.
Selesai sholat gue bergegas ke dapur, membuat molor eh milor alias Mi telor, kayaknya udah jadi makanan pokok Mi sama telor soalnya enak. Padahal gue tau ini bukan makanan sehat, tapi ya gimana lagi selain gampang dan praktis, enak, dan nggak kalah penting murah bahasa lainnya tuh ramah kantong. Ketimbang bahan makan yang lain. Mi sama telor makanan andalan anak kost.
Berhubung rasanya gue masih ngantuk, gue memilih melanjutkan bocan gue. Biasanya gue nggak tidur lagi, tapi karena lagi banyak pikiran gue alihin pikiran itu ke tidur, nggak tau kenapa kalo banyak pikiran gue tuh gampang tidur. Kan ada tuh yang punya banyak problem nggak bisa tidur. Tapi gue malah tidur terus serasa putri tidur. Padahal gue ada tugas, udah gue kerjain sih tinggal di teliti lagi, tapi rasanya males banget, besok aja nelitinya.
Gue lihat di jam dinding masih jam 04.00 pagi ya masih cukup lah tidur nyampe jam 05.00 lumayan tidur satu jam.
Dengan bodohnya gue nggak masang alarm, tau dong akibatnya apa? Yap gue bangun kesiangan guys!. Bangun langsung ngacir ke kamar mandi buat subuhah, harusnya bangun jam lima malah bangun setengah enam. Kan beneran kalo gue punya pikiran tidur gue makin nyenyak, ya kali gue harus punya pikiran biar tiap hari tidur nyenyak terus. Eh jangan ding kalo tidurnya nyenyak nggak bangun-bangun nanti.
Halo Rania semangat memulai hari-hari yang baru!! Gue menyemangati diri gue sendiri, biasa efek nggak ada yang nyemangatin.
𝐇𝐨𝐥𝐚 𝐠𝐮𝐲𝐬 👋 𝐌𝐚𝐬 𝐀𝐛𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐑𝐚𝐧𝐢𝐚 𝐮𝐩𝐝𝐚𝐭𝐞 𝐧𝐢𝐡, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐩𝐚𝐦 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐲𝐚!!𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania (On Going)
Literatura Feminina❗PLAGIAT PERGI JAUH-JAUH❗ ❗Follow terlebih dahulu, sebagian cerita diprivate❗ //Romance//adult//comedy "Lepasin tangan aku Mas sakit!!!." Aku kian berteriak ingin segera lepas dari laki-laki di hapadapanku ini. "Ikut saya!!!." Desisnya tajam. "Kamu...