Jangan lupa buat follow me hehe!
Mami mengajak gue ke taman belakang yang disampingnya terdapat kolam renang. Vibes orang kaya emang beda ya!.
"Rania Mami mohon sama kamu, jangan tinggalin Abi ya." Suara Mami membuka obrolan. Gue menatap Mami merasa nggak enak.
"Abi berubah semenjak sama kamu, tadinya Abi cuek, nggak peduli, sekarang sedikit demi sedikit dia berubah, Mami percaya itu karena kamu Ran, dulu Abi anaknya pemarah emosinya nggak kekontrol makanya pas tadi kamu telpon mami, mami buru-buru kesini takut kamu dipukul atau diapain sama Abi, tapi syukurnya enggak." Sambung Mami.
"Mi, aku nggak ngerubah apapun dari Mas Abi, dia berubah karena dirinya sendiri." Gue berusaha memberi pengertian ke Mami.
"Mami mohon Ran, apapun Mami kasih ke kamu yang penting kamu nggak pergi dari Abi, Mami tau Abi banyak kekurangan, belum bisa ngertiin kamu, tapi Mami bisa jamin dia serius sama kamu, dia bilang mau melamar kamu kalo kamu siap saat ini juga Abi lamar, tapi dia mikirin kamu yang masih kuliah, dia mau kamu lulus dulu, kejar cita cita mu baru Abi ngelamar kamu."
Gue kaget mendengar semua kata-kata Mami, Mas Abi beneran ngomong gitu?. Gue jadi berasa bersalah, apa bener gue kekanak-kanakan sama egois. Emang sih gue emosi pas Liodra ngomong gue manfaatin Mas Abi, terlebih waktu itu gue mikir masalah mama dan papa yang belum bisa transfer duit buat bayar semester, jelas pikiran gue kacau.
"Mami." Ujar gue lirih, Mami langsung memeluk gue tanpa canggung. Berasa di peluk mama, jadi kangen mama sama papa di Jakarta.
Setelah acara ngobrol sama Mami, gue menuju ruang tengah masih dengan setia Liodra dan Mas Abi duduk di tempat yang sama. Mami sedang di kamar mandi. Gue duduk disebelah Liodra yang tepat di hadapan Mas Abi.
Suasana hening, tidak ada satupun diantara kami yang mengeluarkan suara.
"Emm, Mas bisa bicara berdua?." Mas Abi langsung berdiri, berjalan menuju ruang televisi, gue butuh ngobrol berdua sama Mas Abi, meninggalkan Liodra sendirian di ruang tengah.
"Mau bicara apa?." Mas Abi to the point, basa-basi dikit lah harusnya.
"Aku minta maaf, kalo sikap aku kekanak-kanakan, aku egois."
Mas Abi melangkah maju dan berdiri dihadapkanku tanpa meminta ijin Mas Abi memeluk gue erat, seakan takut kehilangan.
"Lain kali jangan di ulangin, saya nggak suka, itu nggak lucu!." Mas Abi nggak ada ucapan maaf gitu ke gue, seakan-akan yang gue akuin bener yang gue kekanak-kanakan, gue egois, nyebelin emang.
"Iya, lepas ihh engap tau." Mas Abi pun melepaskan peluknya. Menggiring gue ke ruang tengah ada Mami juga disana.
Mami tersenyum ke arah gue "Finally clear problem nya kalian berdua baik-baik ya, buat Liodra jaga attitudenya."
Berhubung sudah jam 20.00 kita semua menuju ruang makan, sudah ada hidangan yang siap kita nikmati.
Menikmati makan malam dengan hening. Selesai makan malam gue bergegas membawa setumpuk piring kotor yang hendak gue bawa ke washtoffel.
Mas Abi berjalan ke arah gue, " Nggak usah di cuci biarin aja."
"Sekalian aja, cuma dikit kok." Gue mengeyel.
Dia menarik tangan gue menuntun gue menuju ruang televisi "Nggak usah." Katanya lagi.
"Kok sepi, loh Mami sama Liodra mana?"
"Sudah pulang."
Gue menengok ke arah jam dinding sudah hampir jam sepuluh malam, gue segera mengemas barang dan berniat untuk pulang.
"Mau kemana?."
"Pulang, udah malem."
"Nginep sini aja."
Nginep disini? Emangnya dia mau apa kalo di grebek sama warga, bukan muhrim euy.
"Pulang aja lah, lagian juga masih jam segini."
"Nginep sekali-kali nggak apa-apa, nggak bakalan di grebek, lagian pak Rt komplek teman saya jadi aman." Seolah tahu apa yang gue khawatir, sejak kapan Mas Abi temenan sama Pak RT.
"Masa sih kamu temenan sama pak RT, sejak kapan?." Tanya gue nggak percaya.
"Iya, sejak lama." Gue masih heran, tapi ya udah gue iyain aja.
"Aku tidurnya dimana?." Daripada berdebat nggak selesai-selesai padahal udah capek, akhirnya gue menanyakan kamar manakah yang harus hamba tempati.
"Dikamar saya aja, nanti saya tidur di kamar tamu." Loh ini nggak kebalik kenapa gue yang tidur di kamar dia sedangkan yang punya kamar malah tidur di kamar tamu.
"Aku tidur di kamar tamu aja."
"Nggak, kamu tidur di kamar saya." Putusnya.
Gue pun menuju kamar yang biasa di pakai Mas Abi. Dalamnya kayak di hotel bintang tujuh pemirsahhhh. Cat kamarnya berdominan warna putih tulang. Full AC jadinya adem, televisi yang segede gaban kayak bioskop. Jangan lupakan kamar mandi yang super duper bersih, kayaknya closetnya bisa buat ngaca deh. Betah gue kalo disini.
Setelah melihat-lihat isi kamar Mas Abi, gue mendudukkan tubuh ini nggak di kasur tapi di lantai. Meskipun gue udah sering ke rumah ini tapi ini pertama kali masuk kamar, ya gue harus jaga sopan-santun. Setiap orang punya privasi, jadi gue nggak mau melangkah terlalu jauh.
Gue meluruskan kaki, menyenderkan kepala ke sisi ranjang, menatap langit-langit kamar Mas Abi. Memejamkan mata yang sudah berat.
Terdengar suara pintu di buka "Kenapa malah tiduran di bawah?."
Gue kembali membuka mata gue yang tadinya sudah terpejam.
"Nggak nyaman sama kamar saya?."
Gue menggeleng, jelas nyaman banget gini "Enggak, cuma tadi lagi duduk eh malah ketiduran."
Mas Abi menghela nafas "Kenapa duduk di bawah hem? Kan dingin."
"Enak aja duduk di bawah."
"Tidur gih sudah malam." Ujarnya sambil menuntun gue ke atas kasur, setelah itu Mas Abi menyelimuti gue dan tak lupa mematikan lampu utama dan menyisakan lampu tidur.
"Good night, have a nice dream, jangan lupa mimpiin saya." Dilanjutkan mencium kening gue. Wait sejak kapan Mas Abi jadi romantis kayak gini?. Tau hal-hal kayak gini dari mana coba.
Mas Abi selama pacaran sama gue jarang banget ngelakuin hal romantis, dulu awal-awal pacaran pingin banget di romantisin, nggak munafik gue juga pingin kayak cewek-cewek yang lain yang diperhatiin sama pacarnya. Tapi pas Mas Abi ngelakuin hal romantis ke gue kayak tadi, gue kok malah ngerasa aneh. Bukan tipikal Mas Abi banget. Entahlah, siapa tau aja Mas Abi emang berubah jadi romantis.
Yeayyy, Mas Abi update nih gaess, yu serbu vote dan komen..
Gimana nih Mas Abi??
Semoga suka dan terhibur hehe
Lope yu,😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania (On Going)
ChickLit❗PLAGIAT PERGI JAUH-JAUH❗ ❗Follow terlebih dahulu, sebagian cerita diprivate❗ //Romance//adult//comedy "Lepasin tangan aku Mas sakit!!!." Aku kian berteriak ingin segera lepas dari laki-laki di hapadapanku ini. "Ikut saya!!!." Desisnya tajam. "Kamu...