5.

135 32 13
                                    

𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙤𝙨𝙚𝙣 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙠𝙪 𝙮𝙖 ^^
𝙆𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙗𝙤𝙣𝙪𝙨 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣 𝙙𝙤𝙣𝙜 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙝𝙞𝙝𝙞 :)

𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙤𝙨𝙚𝙣 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙠𝙪 𝙮𝙖 ^^𝙆𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙗𝙤𝙣𝙪𝙨 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣 𝙙𝙤𝙣𝙜 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙝𝙞𝙝𝙞 :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini gue berangkat kuliah lebih awal karena gue nggak pake motor, jadi gue naik angkutan umum. Perlu 10 menitan jalan kaki dari kost menuju terminal.

Gue harus pinter-pinter putar otak supaya bisa bertahan hidup. Rencana gue hari ini mau pergi ke toko-toko siapa tau ada lowongan kerja. Mau nanya ke Mas Abi nggak enak ntar gue dikira manfaatin dia. Bisa pacaran sama dia aja gue ngerasa matre banget!. Banyak anak kampus yang tau gue pacaran sama CEO muda dan pewaris keluarga Prakarsa, nggak sedikit yang madang remeh gue. Yang katanya gue numpang hiduplah, numpang tenar lah dan segala macem, tapi gue diem, nggak ada gunanya juga gue ngomong, nggak ada yang percaya.

Gue juga bingung sebenernya apa gue cinta sama Mas Abi, atau hanya perasaan apa?.

Tak terasa bis yang gue naiki berhenti didepan kampus, segera gue keluar. Tadi gue sempet janjian sama Adis buat ketemu, tepatnya di kantin.

"Dis." Panggil gue.

"Oy."

"Gimana ada loker?." Tanya gue.

"Eits ya santai dong, baru dateng udah ditodong loker, pesen makan dulu gih." Perintah Adis.

"Gue puasa." Jawab gue lugas. Adis malah tertawa.

"Nggak percaya gue." Ejeknya.

"Terserah lo." Mau dijelasin sampe mulutku berbusa juga nggak bakal percaya.

"Lo butuh loker?."

"Iya, banget."

"Loh kenapa?." Tanya Adis penasaran.

Gue menceritakan semuanya dan Adis memahami kondisi gue, Adis pun nggak segan buat nyariin gue lowongan kerja.

"Tapi lo jangan bilang ke Mas Abi ya Dis." Pinta gue.

"Iya gue janji, gue juga ngerti  kok posisi lo yang nggak mau ngerepotin atau bahkan manfaatin dia."

"Gue tahu Dis banyak yang nggak suka sama hubungan gue dan Mas Abi, bahkan adiknya Mas Abi juga nggak suka." Cerita gue ke Adis tanpa diminta.

"Loh bukannya keluarga doi udah pada setuju, kan kalian sering ketemu."

"Gue nggak tau mereka bener-bener setuju atau cuma pura-pura doang, gue sadar gue siapa. Kayaknya gue juga mau ngakhiri hubungan ini." Jelas gue.

"Hah kenapa?." Tanya Adis penasaran.

Gue hanya mengangkat bahu acuh.

"Udah yuk ke kelas, nggak bakalan selesai ngomongin ginian." Aja gue.

Rania (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang