😇 15

179 50 3
                                    

Jungkook melihat Yerim mengunjungi apartement temannya. Tzuyu. Jungkook tau karena pernah ke sana. Beberapa menit di dalam, Yerim dan Tzuyu keluar. Mereka tertawa bersama.

"Syukurlah..."

Jungkook merasa lega karena Yerim baik-baik saja. Ia lalu mengekori Yerim yang menuju ke salon. Mungkin akan merapikan potongan rambutnya yang masih berantakan. Jungkook juga menungguinya.

Yerim keluar dengan rambutnya yang pendek, Jungkook tau. Ia tersenyum melihat Yerim yang terlihat lebih segar setelah rambutnya dirapikan. Jungkook kemudian mengikuti Yerim lagi dan entah akan sampai kapan dia begiti. Sepertinya ,itu akan menjadi kebiasannya yang baru, ck.

'Seperti ada yang menguntitku? Tapi... siapa?'

*

*

*

Kesedihan tidak serta merta menghilang begitu saja. Terhitung sudah seminggu lebih berlalu namun Ratu Bae tak kunjung menyudahi kesedihannya. Masih terasa segar diingatan mata berapi-api yang putrinta tunjukkan. Merasa dibodohi, merasa menjadi korban.

Ratu Bae hanya bisa menangisinya sendiri dari kamar yang dulu sempat menjadi kamar milik Kim Yerim. Rasa sesal sesekali menyeruak. Andaikan ia menyempatkan waktu menemui Yerim, memantau perkembangannya, apa akan ada kesempatan untuknya?

Brak

Sebuah batu berbungkus kertas masuk ke balkon kamar Yerim. Ratu Bae mengambil batu tersebut dan membaca tulisan yang ada di dalamnya.

Menangisi Yerim?

Darimana batu dan tulisan tersebut berasal? Ratu Bae melihat ke sekililing. Tak ada siapapun. Lalu, ia melihat ke sebuah bangku yang ada di bawah kamar Yerim.

Seokjin...

Tanpa berpikir panjang, Ratu Bae membentangkan sayap dan tebang turun menghampiri Seokjin.

"Kau di sini?" Lirih Ratu Bae.

Aneh bagi mata Kim Seokjin. Wujud wanita yang ia cinta memudar. Hampir semu. Ia hanya bisa melihat siluet yang bercahaya. Begitupun saat ia melihat Jungkook. Apa karena Yerim?

"Iya. Aku di sini untuk melihat keadaanmu," Seokjin mengaku tanpa perlu menyebut apa yang dilihathya sekarang.

"Aku bisa menemukan keberadaanmu, dari Jungkook," Seokjin menambahkan. Memang ketika ia datang di saat malam sudah tiba membuatnya sedikit merinding. Rumah bangunan lama yang masih kokoh tanpa penyinaran. Pantas saja saat itu Yerim ketakutan. Dengan bantuan Jungkook, akhirnya Seokjin mampu menemukan kamar yang sempat Yerim gunakan.

"Bagaimana keadaan Yerim?"

"Dia sudah menjalani harinya seperti biasa."

Jawaban Seokjin membuat hatinya lega sekaligus sakit.

"Syukurlah. Aku minta, jaga dia baik-baik..."

Seokjin tersenyum. "Dia putriku. Tentu aku jaga sebaik mungkin. Begitupun denganmu."

"Aku?"

"Jangan bersedih lagi. Aku akan menjaga Yerim sebaik mungkin. Maka dari itu, hiduplah dengan baik. Menikahlah dengan cupidmu yang terbaik agar kau memiliki penerus."

Ratu Bae tersenyum tipis. Rasanya ia tak bisa melanjutkan obrolan itu.

"Sudah malam. Kau sebaiknya pergi dari sini."

Seokjin berdiri. Ia menatap Ratu Bae dengan tatapan sendu. "Aku Kim Seokjin. Pria yang dulu tergila-gila padamu. Pria yang sejak dulu menunggumu. Selalu yakin kau akan kembali pada kami. Hidup bahagia seperti di dongeng-dongeng. Tapi sekarang... aku sadar aku maupun kau tak akan mampu mewujudkan itu."

STUPID CUPID √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang