Hi this is my first story :)
Happy reading :*
***
"Tidak semua orang mampu mengerti keadaan Kita. Bahkan Sahabat dan Orangtua Kita."
-INEFFABLE-
***
"Ngapain sih Lo sekolah di sini!"
"Nggak punya muka banget, masih mau sekolah!"
"Harusnya Lo kerja cari uang buat keluarga Lo!"
"Emang ada yang mau nerima Dia kerja?"
"Dasar anak koruptor!"
Teriakan tersebut terdengar jelas di pendengaran gadis berbandana mocca yang tengah terduduk di lantai dan menerima banyak sampah yang dilemparkan dari beberapa siswa yang berdiri mengelilinginya serta mencaci maki dirinya. Dia tidak marah dengan keadaan yang sedang menimpa dirinya. Setiap kali ingin mengeluh, Dia melihat masih banyak orang yang hidupnya lebih keras dari dirinya. Dia berusaha untuk menerima keadaan. Semenjak Ayahnya ditangkap atas tuduhan telah melakukan korupsi, Dia berusaha tegar untuk menguatkan Bunda dan kedua adiknya yang masih kecil.
Dari lorong utama, terlihat tiga siswi yang baru saja menapakkan kakinya ke Sekolah. Satu di antaranya berlari ke sumber keramaian, gadis bercardigan navy itu menerobos masuk ke kerumunan untuk melihat siapa yang tengah dibully. Dia seperti pernah melihat gadis di depannya. Perlahan Dia menarik tangan gadis yang tengah terduduk lemah di lantai. Kedua siswi yang baru saja datang berusaha menerobos dan membubarkan kerumunan yang sangat menggangu menurut mereka.
"Lo nggak papa?" ucap seorang gadis bercardigan navy kepada gadis yang masih terduduk lemah di lantai. Dia berusaha membantu gadis tersebut untuk berdiri.
"Harusnya tadi Gue timpuk mereka semua pake totebag sakti gue!" ujar seorang siswi yang memakai totebag putih bermotif banteng. Dia ikut membantu gadis tersebut berdiri.
Gadis yang terduduk di lantai, perlahan berdiri dan membenarkan raambutnya yang berantakan. Perlahan wajah cantiknya pun terlihat. Gadis berjaket jeans dengan corak tengkorak yang sedari diam, terkejut melihat wajah gadis di depannya.
"Lo kemana aja, Ndy? Gue khawatir banget sama Lo. Dari kemarin-kemarin, Gue chat Lo, nggak pernah dibuka chat dari Gue," ujar Gadis berjaket jeans dengan nada yang tidak santai.
"Jadi beneran Lo Indy?" Gadis bercardigan navy bertanya kepada gadis yang baru saja mereka temui.
"Lo anak baru ya di sini?" ujar seorang gadis yang tengah menenteng totebag putih kebanggannya.
"Diam!" pekik kedua gadis berjaket jeans dan bercardigan navy menatap tajam sahabatnya.
Akibatnya, siswa siswi yang berlalu lalang ikut memperhatikan mereka. Jangan salahkan mereka. Bagaimana mereka tidak kesal, sudah tau kalau gadis di depannya adalah anak baru. Dari logo sekolahnya saja sudah jelas terlihat beda. Pakai ditanya segala, Sahabatnya yang satu ini memang menguras kesabaran mereka.
"Baiklah, Zia akan diam." Ucap gadis dengan totebag kebanggannya.
Kini pandangan mereka beralih ke gadis di depannya yang notabenya anak baru di Sekolahanya. Gadis yang dipandang hanya tersenyum menampilkan wajah cantiknya walaupun badannya penuh dengan sampah. Gadis dengan jaket jeans menahan amarahnya. Bukan amarah karena gadis di depannya tidak menjelaskan apapun, Dia marah dengan dirinya sendiri yang tidak membantu Sahabatnya sedari awal.
"Gue nggak papa, thanks ya Kalian udah nolongin Gue," ujar gadis tersebut dengan senyum ramahnya.
"Kenapa Lo nggak bilang, Kalau Lo pindah ke sini sih, Ndy?" ucap gadis bercardigan menarik lembut tangan gadis di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen FictionHi this is my first story ♡ "Oh iya, kalau Lo ada beban, jangan dipendem sendiri ya. Gue mau jadi temen curhat Lo," ujar Indy. "Tau apa Lo tentang hidup Gue?" ujar Karel seraya menghempaskan tangan Indy dari lengannya. Ini tentang Karel, lelaki berp...