Hii guys❤️
Semoga kalian dalam keadaan baik dan sehat yaaHappy reading ✨
***
Kedua remaja yang berbalut jaket dan hoodie berjalan memasuki sebuah supermarket yang ada di kota tersebut. Indy dan Karel keduanya memutuskan untuk ke supermarket. Gadis tersebut hanya menurut dan mengikuti perkataan dari lelaki tersebut. Karel mengajak Indy pergi ke supermarket untuk berbelanja. Mereka berdua menjadi sorotan karena keduanya masih mengenakan rok dan celana SMA. Indy merasa kurang nyaman akan hal tersebut, namun Karel segera menarik pergelangan tangan Indy kemudian keduanya berbelanja dengan Karel yang senantiasa mendorong troli.
"Ini belanja buat mama Lo atau kakak Lo?" Ujar Indy sembari menunggu jawaban dari Karel, gadis tersebut melihat ke sekeliling supermarket tersebut.
"Buat adik-adik gue," jawaban Karel seketika membuat Indy menatap Karel dengan tatapan heran.
"Bukannya dia anak terakhir? Kok punya adik?" Ujar Indy di dalam hatinya.
Karel menyadari hal tersebut kemudian tertawa kecil.
"Gak usah dipikirin gitu, ndy. Gue emang biasa ke panti asuhan, gua nggak ngomong dari awal takutnya Lo nggak nyaman punya temen yang sering ke panti asuhan," ujar Karel panjang lebar.
"Aduh nggak gue rekam lagi," ujar Indy menggantung membuat Karel menaikan alisnya sebelah.
"Ini kayaknya pertama kalinya Lo ngomong panjang ke gue, kok gue happy ya ngerasa diakui sebagai temen Lo," lanjut Indy yang membuat Karel tertawa kecil.
Tanpa basa-basi Indy segera memilih jajanan serta mainan untuk dibawa ke panti asuhan yang akan mereka kunjungi.
"Segini kurang nggak, kira-kira?" Ujar Indy menunjukkan jajan yang dia ambil ke lelaki di sampingnya.
"Kurang," ucap Karel, kemudian lelaki tersebut memanggil seorang pegawai supermarket di sekitar mereka. Tanpa basa-basi lelaki tersebut memesan satu dus jajanan yang dipilih oleh Indy serta susu kotak 3 dus dengan berbagai varian rasa.
Keduanya segera menuju kasir membayar serta mengambil bareng belanjaan mereka.
"Nggak kebayang kalau naik motor," celetuk Indy sembari menenteng satu keresek jajanan.
"Bagus biar ditaruh depan kan tinggi kardusnya," sahut Karel.
"Apa nggak nyungsep bawa motornya?" sahut Indy kembali sembari menatap wajah Karel yang membawa keresek belanjaan, sedangkan kardus lainnya dibawa oleh pegawai supermarket yang membantu mereka.
"Enggak, tapi mati." Keduanya tertawa kemudian memasukan barang-barang belanjaan mereka di bagasi mobil yang mereka tumpangi.
Setelah mengucapkan terimakasih kepada pegawai supermarket dsn memberikan sedikit tip, keduanya memasuki mobil dan segera melajukan mobil tersebut.***
Tak sampai tiga puluh menit keduanya sampai di tempat yang bagi Karel rumah kedua. Mereka berdua menuruni mobil yang mereka tumpangi. Indy dapat melihat Karel dikerubungi oleh anak kecil yang memeluknya. Indy membuka mobil dan mengambil jajanan yang sudah mereka beli tadi, gadis itu mengangkat satu kardus dan sisanya diangkat oleh Karel yang dibuntuti oleh anak kecil di panti asuhan tersebut. Indy tertawa melihat Karel yang sedikit kesusahan, melihat itu Karel tersenyum ke arah Indy. Keduanya bertatapan beberapa lama hingga Indy menoleh ke bawah saat ada anak kecil menarik pelan Hoodie yang ia kenakan. Gadis tersebut segera jongkok untuk menyamakan tingginya dengan anak kecil tersebut.
"Gemas sekali kunciranya cantik," ujar Indy yang membuat gadis kecil tersenyum riang.
"Terimakasih,"
"Kakak temannya Kak Karel?" Lanjutnya kepada Indy. Dengan cepat Indy mengangguk mengiyakan hal tersebut.
"Kenapa cantik?" Ujar Indy sembari membelai pelan rambut gadis kecil di sampingnya.
"Kakak baik udah mau bantuin kak Karel, biasanya yang kesini nggak mau bantuin kakak Karel," ucap gadis kecil panjang lebar kepada Indy.
Indy hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah mereka bertemu dengan ibu panti asuhan tersebut, keduanya menemani anak-anak di panti asuhan tersebut untuk bermain.
"Ternyata dia sering ke sini sama kak Sarah, yaa," gumam Indy.
"Kenapa, ndy?" Ujar Karel yang tiba-tiba ada duduk di sampingnya.
"Enggak gapapa,"Keduanya kembali bermain bersama anak-anak yang ada di panti tersebut, hingga tak terasa hari mulai petang. Karel mengajak Indy agar segera berpamitan kepada pengurus panti asuhan, dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Sepanjang perjalanan Indy tiada hentinya memandang ke arah luar mobil yang mereka tumpangi. Pasalnya, pemandangan di luar begitu indah matahari yang hampir tenggelam membuat Indy ingin berlama-lama memandangi hal tersebut.
"Sesuka itu sama sunset yah, ndy?" ujar Karel yang ternyata sedari tadi sesekali melihat raut wajah teman sekelasnya yang duduk di sampingnya.
Indy pun mengangguk dan mengiyakan ucapan Karel, gadis tersebut mengatakan bahwa dirinya menyukai suasana saat matahari terbenam. Karel menepikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian mengajak Indy untuk keluar dari mobil yang mereka tumpangi. Gadis yang duduk di samping kursi kemudi itu segera berjalan keluar mengikuti Karel. Netra indah milik Indy menangkap pemandangan di sekitarnya yang tak kalah indah dengan matanya. Senyum merekah di bibirnya yang membuatnya terlihat semakin cantik dan indah. Tanpa disadari bibir lelaki di sampingnya terangkat melihat keindahan ciptaan Tuhan yang tengah berdiri di sampingnya.
"Lo sering ke sini?" tebak Indy menatap wajah teman sekelasnya yang juga berdiri di sampingnya.
"Hm, lumayan," gumam Karel.
"Sama Kak Sarah pasti," ucap Indy pelan namun masih dapat didengar oleh Karel. Lelaki tersebut mendekatkan jari telunjuknya ke bibir Indy, kemudian lelaki tersebut menunjukkan bahwa dirinya tidak suka Indy menyebut nama gadis tersebut.
Indy meminta maaf kepada Karel, namun lelaki tersebut tidak menanggapi ucapan maaf dari teman sekelasnya itu. Indy sampai kehabisan akal bagaimana caranya meminta maaf kepada Karel, bahkan gadis tersebut tidak apa-apa apabila dirinya akan ditinggal oleh Karel di sini asalkan dirinya bisa dimaafkan oleh lelaki tersebut. Semenjak kejadian beberapa bulan yang lalu, menjadikan dirinya lebih mengutamakana orang yang menganggapnya ada tanpa memedulikan dirinya sendiri.
"Ayo pulang," ajak Karel kemudian berjalan memasuki mobilnya. Indy tetap merasa tak enak hati kepada teman sekelasnya itu, gadis tersebut diam menatap Karel memasuki mobilnya tanpa bergeming sedikitpun. Hingga suara klakson dari mobil tersebut mengejutkan dirinya, kemudian munculah Karel yang menyembulkan kepalanya dan mengajak agar dirinya segera memasuki mobil. Keduanya kembali melajukan mobilnya, suasana di dalam mobil sangat hening bahkan musik pun tak terdengar sama sekali.
Indy menyatukan kedua tangannya di pangkuannya, gadis tersebut tidak berani menatap depan sekalipun. Hingga suara deringan ponsel miliknya, memecahkan keheningan yang terjadi di dalam mobil. Indy mengambil ponselnya dari saku miliknya kemudian terteralah nama Fahri di layar ponselnya, tanpa dia sadari lelaki disebelahnya memicingkan matanya untuk melihat siapa yang menelpon gadis di sebelahnya. Kakinya segera menginjak rem, dan menatap gadis di sampingnya. Akibatnya, kepala gadis di sampingnya menabrak dashboard mobil yang mereka tumpangi. Namun, gadis itu hanya berteriak kecil dan meringis pelan saat kepalanya terbentur ke dashboard mobil.
"Sorry," ujar Karel menatap gadis di sampingnya dengan khawatir.
"Gak apa-apa, rel." ucap Indy sembari tersenyum kepada lelaki di sampingnya.
"Gue minta maaf buat semuanya, terutama hari ini," ucap Karel menatap dalam manik mata gadis di sebelahnya.
"Gak apa Karel, gue tahu lo nggak bermaksud kaya gitu, tapi keadaan yang lagi lo jalani susah buat lo bisa mengontrol diri lo sendiri." ujar Indy menatap wajah Karel dalam.
"Gue juga minta maaf soal tadi yang gue nyebutin kak...," ucap Indy yang terputus karena jari telunjuk lelaki di depannya sudah menempel di bibirnya.
"Husstt.. nggak usah nyebut nama dia lagi ya. Gue nggak suka, ndy," ujar Karel lembut, sembari menatap lekat wajah gadis di sampingnya.
Indy memegangi dadanya, rasanya ada yang aneh dengan dirinya.
"Kenapa cepet banget ya detak jantung gue!"
***
Terimakasih yang sudah membaca <3
Semoga kalian suka ya!!
With love Cici ❤️
Btw, ada yang kangen nggak sama Karel dan Indy?
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen FictionHi this is my first story ♡ "Oh iya, kalau Lo ada beban, jangan dipendem sendiri ya. Gue mau jadi temen curhat Lo," ujar Indy. "Tau apa Lo tentang hidup Gue?" ujar Karel seraya menghempaskan tangan Indy dari lengannya. Ini tentang Karel, lelaki berp...