Hi <3
Semoga yang lagi puasa, lancar ya :)
Semangatt!
and
Happy Reading <3
***
Gadis dengan balutan seragam SMA, baru saja turun dari sebuah angkutan umum. Dia berjalan menuju kepolisian, tempat di mana cinta pertamanya menunggu kehadirannya. Setelah selesai sekolah, gadis tersebut menolak ajakan untuk pulang bersama teman-temannya. Kaki jenjangnya berjalan memasuki ruangan di mana di sana sudah terdapat seorang pria paruh baya yang berdiri menyambutnya dan segera memeluknya.
"Aku kangen yah," ucap gadis tersebut sembari memeluk pria di depannya.
"Ayah juga kangen kamu ndy,Bunda, Dea sama Tia juga" ujar lelaki tersebut seraya mengelus kepala putrinya.
Keduanya mengobrol untuk melepas rindu antar anak dan Ayahnya, antara putri dengan cinta pertama di dalam hidupnya. Seperti biasanya, Ayah Indy akan menanyakan bagaimana dengan keadaan Bunda dan kedua adiknya, serta menanyakan bagaimana sekolah Indy. Gadis tersebut menjawab dan menceritakan semua pertanyaan dari Ayahnya dengan penuh antusias.
"Vioni nggak ikut?"
"Sibuk pacaran yah," ujar Indy seraya tertawa menertawakan sahabatnya yang bucin.
"Putri sulung ayah enggak nih?"
Indy hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan saat mendengarkan ucapan dari Ayahnya, oh lebih tepatnya candaan dari Ayahnya.
"Kalau temen baru di SMA baru gimana? Ayah jadi penasaran sama temen-temen baru putri ayah," ucap Ayah Indy random, yang mampu membuat Indy terkejut.
"Sabar ya ayah, Aku janji bakal bantu Ayah agar segera terbebas dari sini. Biar Aku bisa kenalin temen-temen di sekolah baru ke Ayah," ucap Indy menggenggam tangan pria paruh baya di depannya.
"Ayah percaya, kebenaran cepat atau lambat akan terbongkar, ndy." Ujar Ayah Indy yang membuat Indy hanya menganggukan kepalanya menyetujui pernyataan Ayahnya.
"Irham udah nggak gangguin kamu lagi kan?"
"Kemarin waktu nonton tournament bola volley di SMA Galaxy, sempat diganggu yah, tapi untungnya ada Karel," jelas Indy kepada Ayahnya apa adanya.
"Putri ayah ditolong sama pangerannya ya," Ayah Indy meledek putrinya.
"Apa sih Ayahhh," ucap Indy lalu mengerucutkan bibirnya di depan Ayahnya yang tengah tertawa.
"Jatuh cinta itu hal biasa, ndy."
Indy mendengarkan perkataan Ayahnya dengan seksama, dia diam dan menunggu kalimat selanjutnya yang akan Ayahnya katakan.
"Tapi, jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama itu baru luar biasa."
Indy menganggukan keoalanya pelan, dan berkata, "kaya Ayah sama Bunda, dong.".
"Duh jadi kangen Bunda,"
"Bunda selalu kangen Ayah,"
***
Seorang lelaki tengah duduk di tepi kasur yang ada di dalam kamarnya sembari memangku gitar. Lelaki tersebut mulai memetik gitar yang dipangkunya dan mulutnya mulai mengalunkan lagu pelan. Lelaki tersebut dikagetkan oleh kehadiran Ayahnya yang sudah ada di dalam kamarnya. Ayahnya melepas paksa earphone yang tengah dia gunakan, kemudian meletakkan tiga buku tebal di meja belajar lelaki tersebut.
"Gunakan waktu luang untuk belajar, ini buku harus kamu baca untuk persiapan masuk kuliah," ujar Ayahnya kemudian meninggalkan kamar putranya.
Lelaki tersebut, meletakkan gitarnya dan berjalan ke meja belajarnya di mana sudah terdapat setumpukkan buku yang tebal dan tertulis semua persiapan untuk ujian memasuki perguruan tinggi negeri. Dia hanya menghela nafas lelah, rasanya tidak boleh bersantai sebentar saja.
"Padahal masuk kampus masih lama, Pa." ujar lelaki tersebut pelan dan menghembuskan nafasnya lelah.
Lelaki tersebut bisa mendengar keributan dari bawah, sudah jelas suara yang berasal dari Ayah dan Ibunya. Lelaki tersebut memilih berjalan ke arah pintu kamarnya yang terbuka, niatnya untuk menutup pintu kamarnya, malah dikagetkan dengan kehadiran sosok wanita yang tiba-tiba muncul di depan kamarnya dan memasuki kamarnya tanpa izin.
"Jangan terlalu dipikirin ya dek," ujar wanita tersebut yang sudah mendudukan dirinya di kasur sang pemilik kamar.
"Papa sama Mama kan udah biasa kaya gini," lanjut wanita tersebut sembari mengambil bantal dan dia letakkan di pahanya.
"Tapi semenjak Lo hamil, Mereka makin menjadi-jadi kak," ucap lelaki tersebut yang juga mendudukan dirinya di kasur tersebut setelah menutup pintu kamarnya.
Wanita tersebut menundukkan kepalanya, matanya terlihat sayu. Kemudian dia berkata, "Kalau bisa milih, Gue juga nggak mau kaya gini, rel." wanita tersebut memandang adiknya dengan perasaan bersalah.
"Kak, nggak gitu maksud gue,"
"Gue minta maaf ya rel, gara-gara kondisi gue, semuanya jadi rumit." Ucap wanita tersebut dengan suara yang sedikit parau.
"Nggak kak, lo Kakak terbaik buat gue," ujar lelaki tersebut dramatis berusaha untuk menghibur kakanya.
"Lah kakak lo kan Cuma gue," ucap wanita tersebut yang belum sadar sepenuhnya atas ucapan tersebut.
"Iya, makanya lo yang terbaik Alana!" ucap lelaki tersebut kemudian segera berjalan meninggalkan kasur tersebut.
"Karel, kurangajar Lo!" Wanita bernama Alana yang biasa disapa Lana segera melempar Karel dengan bantal yang sudah ada di atas pahanya.
"Kak, jangan benci Gue kak. Kasian Bang Arlan," ujar Karel sembari berlari kecil menghindar dari Kakaknya.
Lana diam dan berkata,"Lah kenapa jadi kasian Arlan?"
"Nanti anak kalian mukanya mirip gue banget kalau lo benci sama Gue," tepat saat Karel menyelesaikan kalimatnya, bantal mendarat di mukanya yang mulus.
***
Terimakasih yang sudah membaca :*
Semoga Kalian senantiasa dalam perlindungan Tuhan yaa
With love Cici ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen FictionHi this is my first story ♡ "Oh iya, kalau Lo ada beban, jangan dipendem sendiri ya. Gue mau jadi temen curhat Lo," ujar Indy. "Tau apa Lo tentang hidup Gue?" ujar Karel seraya menghempaskan tangan Indy dari lengannya. Ini tentang Karel, lelaki berp...