Happy reading<3
***
"Mau kemana Kamu hari minggu pakai baju kayak gitu?" ujar seorang lelaki paruh baya dari tempat duduknya di ruang makan.
"Mau lomba mewakili Sekolah, Pa," ujar lelaki berbalut jersey SMA nya yang baru saja turun dari lantai atas.
"Nggak ada hubungannya untuk akademik kamu. Nggak usah berangkat," ujar lelaki paruh baya sembari bersiap berdiri dari kursi yang diduduki.
"Pah, nggak apa-apa yah. Karel pasti juga butuh hiburan Pa," ujar wanita paruh baya mengusap punggung tangan suaminya yang bertumpu di atas meja makan.
"Tapi, Papa bisa ngasih Kamu tiket ke luar negeri kalau memang butuh refreshing," ujar lelaki paruh baya.
"Pah, " sela Karel menahan amarahnya.
"Udah sana Lo mau voli kan? Berangkat sana. Lo pasti udah ditungguin sama temen-temen Lo, jangan lupa bawa piala pulangnya," ujar wanita dewasa yang baru saja turun dari tangga.
"Lana, tidak usah ikut campur Kamu!" tegas lelaki paruh baya.
"Kenapa, Pa? Dengan Papa mengekang Karel nggak akan bikin Karel menjadi yang terbaik. Papa mau kejadian Lana terulang, lagi?"
Lelaki dengan balutan jersey di tubuhnya, tidak menghiraukan pertengkaran Kakak dan Papanya. Dia memilih pergi meninggalan ruang makan tanpa sepatah kata apapun, hanya mencium tangan Mamanya.
***
Keempat gadis berpakaian senada, turun dari mobil audi putih milik seorang gadis yang menumpangi mobil tersebut. Mereka berniat untuk menonton pertandingan bola voli yang akan di adakan di SMA Galaxy. Gadis dengan jaket jeans bermotif tengkorak, menuruni mobil tersebut dan disambut oleh para lelaki perwakilan dari SMA mereka yang sudah memakai jersey maupun masih memakai jakat ataupun hoddie, yang tak lain ada Akbar kekasihnya. Begitupun dengan ketiga gadis yang lain. Gadis dengan bandana mocca, membawa satu botol air mineral kepada Lelaki yang sedari tadi menatap layar ponselnya.
"Serius banget," ujar gadis berbandana mocca sembari menjulurkan botol bergambar bunga daisy yang berisi air mineral kepada lelaki di depannya.
Lelaki tersebut menoleh ke sumber suara. "Buat gue?" tanyanya. Gadis dengan bandana mocca mengangguk, "Iya buat Lo,". Lelaki tersebut mengangguk, "Thanks,".
"Ciee, si kulkas udah move on nih ye," celetuk lelaki berbalut jersey yang bertuliskan nama Arsya Herlangga.
"Akhirnya Indy ikut juga, kan jadi semangat gue" ucap lelaki dengan jersey Zaky.
"Paling juga mau bikin masalah di sini," ujar Reza sembari memegang bola volley. Semua menatap Reza apa maksud dari omongannya.
"Udah-udah ayo masuk bentar lagi mulai, cepet!" tegas Fahri kepada semua teman-temannya agar tidak memikirkan perkataan Reza.
Keempat gadis berjalan ke tribun untuk mendukung sekolah mereka. Gadis bercardigan berjalan beriringan dengan gadis pembawa totebag putih bermotif banteng, di belakangnya di ikuti gadis berbalut jaket jeans dengan motif tengkorak dan gadis berbandana mocca. Tepat di tengah tribun, saat mereka tengah berjalan mencari tempat duduk, gadis berbandana mocca merasakan dingin di bahunya. Hal yang sebenarnya dia takutkan terjadi. Namun dia berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum.
"Ups, sorry." Ujar gadis yang diketahui bukan dari SMA Vanhellta melainkan dari SMA Galaxy yang sekarang sebagai tuan rumah.
"Liat-liat dong Lo, punya mata kok ga dipake," sarkas Vioni gadis berjaket tengkorak membela Indy sahabatnya.
Kedua gadis di depannya menoleh ke belakang, dan mendapati Indy yang tengah berusaha membersihkan bajunya dari noda jus yang tumpah.
"Atau jangan-jangan mata Lo ga berfungsi ya?" lanjut gadis berjaket jeans kepada gadis di depannya.
"Mau gue anterin ke dokter?" ujar gadis dengan totebag putih kesayangannya.
"Udah enggak apa-apa," ujar Indy memegang tangan Vioni dan Zia si pemilik totebag banteng.
"Orang gue nggak sengaja juga," bela gadis SMA Galaxy tersebut kemudian berlalu begitu saja menuju tribun tempat pendukung SMA Galaxy.
"Yaudah, mendingan Lo bersihin dulu itu nodanya, yuk gue temenin," ujar gadis bercardigan kepada Indy.
"Gue sama Zia aja ya, gak apa-apa nanti takutnya Kalian dicariin pujaan hati kalian," ujar Indy sembari terkekeh, lalu berlalu menggandeng Zia menuju kamar mandi untuk membersihkan bajunya.
"Sialan lo, ndy," ujar Sisil sembari memukul pelan bahu Indy.
Indy berjalan beriringan dengan Zia, tidak perlu bertanya di mana letak toiletnya. Indy sudah mengetahui letak toilet SMA nya yang dulu. Indy memasuki salah satu bilik toilet wanita, Zia tadi ditarik oleh Genta jadilah Dia seorang diri di toilet. Indy berusaha membersihkan noda di baju yang dikenakan, namun sulit untuk dibersihkan. Tidak apa-apa setidaknya sudah bisa dibersihkan sedikit walaupun tidak hilang sepenuhnya. Dia berjalan keluar bilik toilet, tiba-tiba ada seseorang yang mencengkeram tangannya dan menarik dirinya dengan kasar dan membawanya ke suatu lorong yang terbilang gelap.
"Masih berani juga lo nampakin diri ke sini, anak koruptor," ujar seseorang tersebut senantiasa mencengkeram pergelangan tangan Indy.
Indy hanya diam tanpa menjawab dan membalas perbuatan seseorang yang ada di depannya. Dia menundukkan kepalanya dengan keringat dingin yang senantiasa mengalir.
"Gue tau lo butuh duit," ujar seseorang tersebut mencengkeram leher Indy agar mendongakkan kepalanya.
"Padahal, kalo dulu Lo nggak putusin gue bisa ngasih apapun buat Lo sekarang,"ujarnya membelai pipi Indy. Raut wajah Indy memucat. Bayangan satu tahun lalu terputar di kepalanya.
"Ngomong jangan diem aja." Sarkas seseorang tersebut mencengkeraam kuat leher Indy membuat Indy sulit bernafas, sebelah tangannya mencengkeram pergelangan tangan Indy sampai mengeluarkan darah.
"Irham, gue mohon le-pas," ujar Indy lemah sembari berusaha melepaskan cengkeraman lelaki di depannya yang bernama Irham.
Indy hampir saja meneteskan air matanya. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan lelaki brengsek seperti Irham, namun rasanya dia takut kehabisan nafas, dia belum menepati janjinya kepada Ayahnya untuk menjaga Bunda dan kedua Adiknya serta berjanji akan membebaskan Ayahnya.
"Yuk," ujar seorang lelaki tiba-tiba saja dengan mudahnya melepas cengkraman Irham dari leher dan lengan Indy.
Lelaki dengan hoddie dipundaknya tersebut merangkul pinggang Indy, lalu mengajaknya menjauhi Irham yang masih menyumpah serapahi mereka.
"Kenapa Lo diem aja?" Lelaki tersebut melepas rangkulannya dari pinggang Indy.
Indy tidak menjawab hanya diam dan meggelengkan kepalanya saja. Indy berusaha menetralkan suasana hatinya. Lalu memandang lelaki di depannya yang juga tengah memandang dirinya.
"Makasih banget rel, Gue nggak apa-apa. Cuma males ladenin orang gila kaya dia," ujar Indy lalu tertawa.
"Ceria banget nih, anak," batin lelaki tersebut.
Belum sempat menanyakan lebih jauh, suara dari lapangan sudah terdengar pertandingan akan segera dimulai. Lelaki tersebut, memberikan hoddie yang dia bawa serta sebuah botol minuman bermotif bunga daisy kepada Indy, lalu berlari meninggalkan Indy yang masih berdiri.
"Dipake kalo lo gamau temen lo khawatir, btw makasih minumnya ya. Gue nitip dulu."
Indy hanya diam dan menerima pemberian lelaki tersebut, lalu tersadar dan berteriak, "Makasih Karel,"
***
Terimakasih yang sudah membaca :*
Semoga Kalian senantiasa dalam perlindungan Tuhan yaa
With love Cici ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Подростковая литератураHi this is my first story ♡ "Oh iya, kalau Lo ada beban, jangan dipendem sendiri ya. Gue mau jadi temen curhat Lo," ujar Indy. "Tau apa Lo tentang hidup Gue?" ujar Karel seraya menghempaskan tangan Indy dari lengannya. Ini tentang Karel, lelaki berp...