12. Tak Di Sangka

347 55 15
                                    







Zhehan barusaja menuruni anak tangga berputar yang ada di mansionnya menuju ruangan makan, ia ingin berangkat kuliah, dan akan segera sarapan, sedangkan kedua orangtuanya telah menunggu di ruangan makan.



Zhehan sudah satu setengah bulan kuliah di fakultas hukum!



"Hanhan...sayang wajah kamu kok pucat? Kamu sakit sayang?" Nyonya Zhang langsung menghambur kepada putranya yang berada di seberangnya, terhalang oleh meja makan. Kemudian Ia duduk di samping Zhehan.



"Iya sayang...wajah kamu pucat nak, hari ini tak usah pergi kuliah saja, papah akan mengantar kamu sama mamah kerumah sakit buat periksa" tukas tuan Zhang sambil menyentuh-nyentuhkan punggung tangannya pada wajah Zhehan, takutnya mengalami demam.



Zhehan menggeleng, "gak perlu pah, Hanhan gak apa kok, papah sama mamah gak perlu khawatir sama Hanhan, Hanhan baik-baik aja, lagian papah pagi ini mau berangkat keluar negeri kan sama mamah, nanti setelah pulang kuliah, biar Hanhan pergi ke rumah sakit sendiri aja di antar sama pak Li" sebenarnya Zhehan tidak cukup baik-baik saja, ia merasa tubuhnya mulai melemas, namun bukankah jadwal transfusi darahnya masih dua minggu lagi, tapi kenapa hari ini badannya sudah mulai terasa lemas?




"Sayang...kesehatan kamu itu lebih penting bagi kami, kami gak kan tenang kalau gak pastikan bahwa kamu baik-baik saja" terang nyonya Zhang kepada Zhehan.




Zhehan membenamkan dirinya dengan manja di dalam pelukan sang mamah, biasanya kalau Zhehan melakukan ini, mamah dan papahnya takkan bisa menolak keinginan Zhehan. Nyonya Zhang membalas pelukan putranya, mengelus sayang surai rambut putra cantiknya.




"Mah...kan Hanhan udah bilang kalau Hanhan gak apa, mamah sama papah gak perlu khawatir, nanti setelah pulang kuliah, Hanhan akan langsung ke rumah sakit nyari om Gao buat periksa, jadi mamah dan papah pergi aja, karna Hanhan gak mau ngehalangin kerjaan papah sama mamah" Zhehan meyakinkan kedua orangtuanya bahwa ia sungguh baik-baik saja.




Melihat putra cantik mereka yang membujuk kedua orangtuanya dengan tingkah yang sangat manis, mereka tak bisa menolak keinginan sang putra, pada akhirnya keduanya pun mengangguk dengan berat, membuat Zhehan mengembangkan senyumnya. Karna jujur saja, ia tak ingin pergi ke rumah sakit saat ini, karna kalau ia pergi kerumah sakit, biasanya om Gao akan memintanya untuk menginap disana, paling minimal sehari semalam ia tak di bolehkan pulang, ia sungguh bosan dengan suasana rumah sakit.





"Hanhan mau papah bawakan apa dari Jerman, hmmhh?" Tanya tuan Zhang, karna hari ini ia dan istrinya akan bertolak ke Jerman untuk urusan bisnis dan juga untuk kepentingan putra mereka.





Zhehan menggeleng, "enggak pah, Hanhan gak mau apa-apa, Hanhan cuma pengen kalian berdua jaga kesehatan disana, selalu sehat dan pulang dengan selamat" ucapnya sambil melepas pelukannya pada sang ibu





Tuan Zhang tersenyum dengan sangat lembut, ia membelai surai putranya, "mendekatlah, papah juga ingin memelukmu, kau sangat curang karna hanya mamah saja yang kau peluk sedangkan papah yang tampan ini tidak" tuan Zhang mencebikkan bibirnya berpura-pura merajuk pada Zhehan, yang seketika langsung saja membuat Zhehan tergelak kala melihat tingkah papah nya itu







Zhehan menyeret kursi makan yang ia duduki ke sebelah kursi yang diduduki oleh tuan Zhang, setelahnya Zhehan langsung saja menjatuhkan dirinya kedalam hangat tubuh sang papah, tuan Zhang mengukung tubuh putra tercintanya, ia juga memberi kecupan ringan di pucuk kepala Zhehan sambil mengelus surai lembut Zhehan, tuan Zhang sangat mencintai putra cantiknya, ia tak ingin kehilangan putra cantiknya, akan ia lakukan segalanya untuk kesembuhan sang putra, ia ingin melihat putra cantiknya sembuh dan bahagia.





SEGALANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang