"Ku pikir kau pergi ke akhirat" Jun mendengus sinis, penuh dengan penekanan dengan senyum miring meremehkan, sementara Zhehan tetap terdiam membeku, ia tak tahu bagaimana harus memulai.
'Aku berjuang hidup untukmu Jun' hanya batin itu berkata dengan nada yang pahit.
Alih-alih Jun memperhatikan keadaan Zhehan sekarang, pemuda itu bahkan tak menyadari bahwa Zhehan tampak lebih kurus di banding dengan pertemuan terakhir mereka.
Jun melanjutkan kemarahannya. Tanpa ingin perduli apapun mengenai Zhehan.
"Apa di tempat baru yang kau tinggali sekarang memiliki perbedaan kurun waktu selama empat puluh satu hari dari waktu yang ada di dunia ini?" Jun menyeru dengan nada sinis sambil menatap Zhehan dengan tatapan pedang menghunus tajam. Zhehan sangat tahu akan kesalahannya, "Kenapa tidak sekalian saja kau kemari seribu tahun yang akan datang, atau tak usah datang untuk selamanya"
Zhehan bergeming, membiarkan Jun untuk mengeluarkan semua amarah yang ada dalam dirinya.
"Apa kau tahu, saat itu aku menunggu mu sepanjang waktu, dengan semua keyakinan bahwa kau pasti akan datang, tetapi nyatanya?..." dengan deru pernafasan yang mulai memburu, Jun berjalan mendekat pada Zhehan, dengan marah langsung mencengkram kerah baju Zhehan dengan sebelah tangannya, ia menatap tajam pada wajah tirus di depannya.
Berteriak tepat di depan wajah pemuda yang sedikit lebih kecil darinya.
"KAU MENIPU KU BRENGSEK, KAU MEMBOHINGIKU, KAU MEMPERMAIN KAN KU, MEMPERMAINKAN KU HINGGA SAMPAI PADA TITIK DIMANA AKU SADAR, BAHWA ORANG SEPERTI KU MEMANG AKAN SELALU DI PANDANG TAK ADA ARTINYA DI MATAMU...BAGAIMANA PERASAANKU, KAU TAKKAN MENGANGGAP ITU MEMILIKI ARTI DI MATAMU" semakin menguatkan cengkraman, hingga membuat Zhehan hampir tercekik.
"Kau dengan mudahnya melakukan apapun yang kau inginkan semaumu, tanpa memikirkan akan bagaimana perasaanku nantinya" dengan kasar Jun melepas kerah pakaian Zhehan sampai membuat tubuh pemuda cantik itu sedikit terdorong ke belakang.
"Benar-benar he.bat" Jun sangat menekan kata-katanya, raut wajah itu sangat dingin dan tak bersahabat.
Zhehan meneguk salivanya dengan kasar, ingin sekali ia meraih untuk memeluk sambil mengucapkan maaf pada Jun, tetapi pada kenyataannya, Jun sangat marah padanya. Bahkan Jun mungkin telah sangat kecewa pada dirinya, tak ingin memaafkannya lagi.
Tetapi Zhehan tak boleh menyerah akan Jun dengan begitu saja!
"Jun...maafkan aku" akhirnya mulut cantik itu terbuka untuk mengeluarkan sebuah perkataan. "Kau pasti sangat marah dan kecewa padaku" Zhehan menatap Jun yang juga tengah menatapnya dengan aura gelap. "Aku tak pernah bermaksud melakukan semua ini, aku tak bermaksud mempermainkanmu, aku tak ada sedikit pun niat untuk membohongi mu" di lihatnya Jun mengalihkan pandangan dari wajah Zhehan, enggan untuk melihat, wajah itu masih dengan raut dingin. "maafkan aku Jun"
Zhehan hanya memiliki maaf sebagai alasan, bahkan jika Jun meminta sebuah penjelasan, Zhehan takkan bisa menjelaskannya.
Sementara Jun, saat ia mendengar perkataan Zhehan, entah mengapa ada sebuah perasaan menyayat dari dalam hatinya, dan perasaan itu secara perlahan mulai mampu meluluhkan benteng kuat yang selama ini telah Jun bangun jika nanti bertemu kembali dengan Zhehan.Jun tak boleh lemah, jika ia lemah, maka pemuda tak berperasaan ini akan semakin menginjaknya, dan menertawakan kelemahannya. Ia harus tetap kokoh dengan benteng yang telah ia bangun selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGALANYA
Roman d'amour"Zhehan, kau adalah segalanya bagiku, ku mohon jangan pergi, jangan tinggalkan aku, ku mohon bertahanlah, hiks" tangis Gong Jun seraya menggenggam erat dan meletakkan punggung tangan sang pujaan hati Yang sedang terbaring tak berdaya di pipinya Yan...