Ketika dirimu menatap ke atas, apa yang akan kau lihat?
Ketika dirimu menatap ke bawah, apa juga akan yang kau lihat?
Kemanapun kau menatap, dan sejauh apa kau memandang, yang akan kau lihat, itu tetaplah di namai dengan jalan kehidupan.
Masa!
Itu adalah sebuah kata untuk merangkai hidup yang kau jalani di dunia ini. Itu adalah waktu!
Saat kau menatap ke atas, maka pikiran mu akan langsung di tuntun untuk membentuk sebuah cita yang kadang berkhianat menjadi asa. Berangan tanpa menggapai. Membandingkan diri pada orang lain yang dapat melampaui mu, Berada dalam ketidakpuasan hati!
Saat kau menatap ke bawah, maka pikiran mu akan langsung di tuntun untuk melihat diri sendiri. Membandingkan diri pada orang lain yang tak dapat sebanding denganmu, berada dalam rasa syukur di hati, jika kejam, penuh dengan ejekan dan meninggikan diri sendiri.
Rasa syukur!
Itu sudah cukup untuk hidupmu!
Krieeett...
Seorang pemuda dengan perawakan tubuh tinggi berwajah tampan memasuki kamar tidurnya, dua tongkat di sisinya setia mengayun dalam setiap langkah. Di iringi seorang pemuda dengan perawakan lebih kecil berwajah sangat tampan cenderung terlampau cantik, mengikuti langkah pemuda di depannya masuk ke dalam kamar. Pintu di tutup dengan santai.
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak kemari" Zhehan melepas ransel sambil mendudukkan pantatnya di atas permukaan tempat tidur Gong Jun. Sedangkan pemuda yang lain melepas ransel untuk kemudian mencantolkan nya pada sebuah gantungan tiang yang ada di sudut ruang, bersebelahan dengan meja belajar miliknya. Sebelumnya terlebih dahulu mengeluarkan buku catatannya, kemudian mengambil tas ransel milik yang lain untuk di cantolkan di tempat yang sama.
Gong Jun memilih mengabaikan perkataan Zhehan, mendudukkan diri di kursi belajar, berhadapan dengan pemuda terlampau manis, ia menatap sejenak sebelum berkata, "keluarkan buku catatanmu tadi, kita kerjakan tugas dari Pak James"
Mendengar itu, wajah yang manis langsung terasa kecut, bibir semerah cherry matang itu hanya berbeda tipis dari paruh bebek, "kan di kumpulnya minggu depan, kenapa buru-buru sekali mengerjakannya?"
Hari ini adalah hari pertama mereka kembali memasuki kelas setelah libur panjang kenaikan semester. Betapa menyebalkan, di hari pertama masuk, langsung di bekali tugas oleh dosen yang bahkan hanya mendudukkan dirinya selama lima belas menit di dalam kelas. Kenapa sekalian tidak masuk saja?
"Lebih cepat di kerjakan, itu lebih baik" tukas Jun tanpa ingin di bantah, pemuda tampan itu sudah mendapatkan buku catatannya untuk melihat tugas yang di berikan padanya.
Sambil mendengus, si cantik bangkit untuk mengambil buku catatannya, membawa kembali tas ransel miliknya, segera mencari keberadaan buku yang bersangkutan.
"Pulpen ku hilang, sepertinya ketinggalan di kelas" jemari itu menjelajah ke dalam tas lebih dalam hanya untuk di hadapkan pada kekosongan dari apa yang di carinya, "pinjam pulpenmu" akhirnya kemudian.
Jun menggeleng dengan pelan, benar-benar tak habis pikir, "Ambil dalam laci nakas itu" tunjuknya pada laci di meja nakas samping tempat tidur.
Begitu mudahnya Zhehan berkata pulpen miliknya hilang, sedangkan Jun tahu bahwa harga satu pulpen itu hampir setara sebulan gaji orang kantoran. Ribuan yuan hanya untuk satu pulpen saja. Buang-buang uang saja, pikir Jun. Tapi mau bagaimana lagi, uang segitu tak ada artinya di mata Zhehan. Bahkan pemuda cantik itu pernah memberinya satu buah pulpen bermerk.
Merasa penasaran oleh karna kemewahan wadah pulpen tersebut, Jun mencari tahu harga pulpen tersebut, hampir jantungan saat mengetahui berapa harga sebenarnya. Setelahnya, Jun ingin mengembalikan pulpen itu karna di nilai berlebihan baginya, namun Zhehan tentu saja menolak dan takkan mengambil apa yang sudah ia berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGALANYA
Roman d'amour"Zhehan, kau adalah segalanya bagiku, ku mohon jangan pergi, jangan tinggalkan aku, ku mohon bertahanlah, hiks" tangis Gong Jun seraya menggenggam erat dan meletakkan punggung tangan sang pujaan hati Yang sedang terbaring tak berdaya di pipinya Yan...