3. Sang Tuan Muda

558 60 2
                                    





Di balik kemegahan kota Beijing, gedung-gedung pencakar langit Yang berdiri dengan kokohnya menjadi Salah satu bukti betapa megahnya kota itu, dan di Salah satu gedung pencakar langit Yang menjulang sangat tinggi dengan jumlah lantainya mencapai tujuh puluh lantai itu, Seorang pemuda cantik tengah berjalan secara terburu-buru melewati semua pegawai Yang ketika melihat dirinya merekapun seketika langsung menunduk memberi hormat kepadanya seraya berkata dengan nada halus dan sopan.






"Selamat siang Tuan Muda" sapa para pegawai sambil menunduk memberi hormat kepada anak tunggal dari presedir mereka, pemilik gedung megah tempat mereka bekerja.



Namun sang tuan muda terlihat acuh dan tak menghiraukan sapaan mereka, pandangannya hanya fokus berjalan ke depan tanpa menoleh kepada siapapun barang sedikit, kakinya berjalan semakin cepat dengan wajah terlihat sedang menahan emosi, di belakangnya ada dua bodyguard Yang sedang mengikuti langkahnya dengan setia.







"Apa Yang kalian lakukan?" Tanya sang tuan muda kepada ke dua bodyguardnya saat ia melihat kedua bodyguardnya Yang ingin masuk mengikutinya di dalam lift.





"Mengikuti dan menjaga keselamatan tuan muda" jawab kedua bodyguard itu secara bersamaan kepada majikannya.







"NAIK TANGGA DAN JANGAN SESEKALI KALIAN BERANI MENGGUNAKAN LIFT, INGAT LANTAI TUJUH PULUH" perintah tuan muda mereka sambil berteriak marah kepada kedua bodyguardnya, benar-benar bodyguard Yang malang






Langsung saja lift itu menutup meninggalkan wajah kedua bodyguard Yang sekarang sedang terlihat begitu nelangsa atas perintah tuan muda mereka, naik tangga sampai kelantai tujuh puluh, batin mereka benar-benar miris. Dan tuan muda Yang sekarang tengah berada di dalam lift langsung saja menekan angka tujuh puluh menuju lantai paling atas gedung ini, tempat sang papah bersarang.







Zhang Zhehan, pemuda berumur delapan belas tahun, merupakan anak tunggal dan pewaris tunggal dari seorang konglomerat kedua Yang sangat ternama di ibu kota Beijing, tahun ini adalah tahun pertama Zhang Zhehan memasuki universitas.






Setelah sampai di lantai tujuh puluh, langsung saja Zhang Zhehan menuju ruangan milik sang papah, lantai ini di khususkan hanya untuk ruangan presider dan para pegawai khusus Yang berkepentingan untuk mengurus keperluan ayahnya saja, dan di atas gedung ini adalah tempat parkir sebuah helikopter Yang di khususkan untuk ayahnya, andai saja terjadi sesuatu atau jika ayahnya sedang malas bermacet ria di jalanan ibu kota pada jam orang berangkat kerja atau jam orang pulang kerja, hal Yang terpenting, ayahnya bisa menerbangkan sendiri helikopter miliknya dan sudah memiliki lisensi untuk menerbangkan sebuah helikopter.

Keluarganya memiliki dua buah helikopter Yang masing-masing di tempatkan di gedung utama Yang sekarang ia pijak saat ini, dan satunya lagi di tempatkan di area mansion mereka, satu buah pesawat Jet Yang di tempatkan khusus di bandara International Beijing, rumah mereka, jangan tanya pasti banyak, jumlah mobil, juga jangan tanya bahkan mansion untama keluarga Zhang memiliki ruangan khusus tempat untuk menyimpan koleksi mobil-mobil mewah maupun mobil-mobil klasik Yang berharga fantastis. Pokoknya jangan tanya tentang jumlah kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Zhang, karna hanya akan membuat sakit kepala dan membuat jari lelah ketika mengetiknya. Intinya keluarga Zhang adalah keluarga konglomerat kedua di Beijing. Haha










Brakkkkk...

Sebuah pintu di ruangan termegah dan sangat berkelas terbuka dengan kerasnya, membuat sang empunya ruangan seketika mengalihkan pandangannya dari dokumen Yang sedang di bacanya ke arah pintu Yang di buka secara kasar tersebut, ia sudah hafal perbuatan siapa yang berani membuka pintu ruangannya seperti ini, di hadapannya tengah berdiri seorang laki-laki Yang terlihat masih sangat muda dengan wajah Yang cantiknya tak ketulungan meskipun dia laki-laki, terlebih wajah itu sekarang tengah menunjukkan raut marah kepada dirinya, dengan langkah kaki cepat dan sedikit menghentak sekarang ia berdiri di hadapannya terhalang oleh meja kerja miliknya, ia, pemuda di hadapannya ini, Zhang Zhehan, anaknya, putra tunggalnya, dan di sampingnya beberapa langkah membelakangi Zhehan terlihat seorang wanita Yang memandangnya dengan raut ketakutan.










SEGALANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang