CHAPTER 25

32.9K 2.5K 57
                                    

CAMERON'S POV

Aku menatap sekelilingku menjadi keberadaan perempuan berpakaian abu – abu. Aku mengrenyit ketika tidak menemukan keberadaan Dani. Tanganku memegang dua gelas air putih yang dipesannya tadi setelah kami berdua lelah berdansa.

"Apakah kau mencari seseorang?" tanya seseorang di belakangku.

Aku segera menoleh dan terkejut melihat orang itu. Mulutku membuka melihat keberadaan Aiden Blake berada di acara ini. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku secara reflek.

Aiden Blake si cowok nerd yang selalu mengenakan kacamata tebal, kemeja rapi dan cenala jins juga wajah yang selalu tertutup buku di sekolah. Malam ini dia tampak berbeda. Mengenakan tuxedo berwarna hitam mahal, rambut rapi dan tanpa kacamata. Dia benar – benar berbeda dengan orang yang kutemui di sekolah atau mungkin dia bukan Aiden Blake tapi saudara kembaranya?

"Maaf. Apakah kau Aiden Blake?" tanyaku dengan ragu – ragu.

Pria yang mirip Aiden itu segera tertawa mendengar pertanyaanku dan sekarang aku merasa sangat bodoh karena menyayakan pertanyaan itu. "Ya. Ya. Reaksimu lebih baik dibandingkan Dani. Dia mengira kalau aku adalah Nicholas Hoult yang datang ke acaramu."

Aku menyipitkan mata mendengar komentarnya. Dia benar – benar Aiden Blake yang kukenal. "Apa kau melihat Dani?"

"Ya. Tadi dia berkata akan pergi ke toilet wanita sebentar," ujar Aiden mengangkat bahunya. "Dan, aku merasa haus." Ia segera mengambil gelas air putih dari tanganku dan meminumnya.

"Bagaimana kau bisa berada disini?" tanyaku dengan penasaran.

"Kalian mengundang Grandpa untuk datang, tapi sayangnya beliau tidak bisa datang karena ada urusan bisnis di Amsterdam," ujar Aiden dengan tidak peduli. Mulutku terbuka sekali lagi dengan terkejut. Jika kakek Aiden mendapatkan undangan dari father berarti keluarga Blake termasuk keluarga yang berpengaruh di London. Aiden menatapku dengan bingung. "Kau tidak tahu kalau Grandpa adalah salah satu pengusaha besar di London?"

Aku menggelengkan kepalaku seperti orang bodoh. "Tidak tahu."

"Kau pernah mendengar Siver Enterprises?"

"Ah! Aku pernah mendengarnya Siver Enterprises. Perusahaan yang bergerak di bidang entertainment." Dahiku mengerut ketika berusaha mengingat tentang perusahaan terkenal itu. "Tapi, seingatku pemiliknya bernama Arnold Siver. Bukan Arnold Blake."

Aiden tersenyum. "Blake adalah nama belakang ibuku," ujarnya dengan singkat. Aku segera terdiam mendengar jawaban Aiden dan otakku segera berpikir untuk segera mencari topik lainnya. Sepertinya topik nama belakang merupakan topik sensitive bagi Aiden. "Kukira kau sudah mengecek biodataku? Maksudku, kau seorang anak perdana menteri," ujar Aiden.

Aku merasa lega ketika Aiden sendiri yang mengalihkan pembicaraan. "Aku tidak pernah mengecek tentang biodata temanku sendiri. Kecuali Dani, tapi itu situasi yang berbeda."

Aiden tersenyum hangat kepadaku. "Tapi, setidaknya kau bisa menebak kalau aku bukan murid biasa. Bagaimanapun, aku adalah sahabat dekat dan tetangga Emily Winter."

Mulutku membuka sekali lagi ketika mendengar jawaban Aiden. "Tidak memikirkannya."

Aiden tertawa terbahak – bahak. "Kau harusnya..." Pembicaraan kami terhenti ketika seorang perempuan cantik muda berambut pirang kemerahan mendatangi kami berdua dan segera memeluk Aiden dari belakang. "Hai, Becca. Kau sudah bertemu dengan Vin Diesel?"

Perempuan bernama Becca itu mengangguk dan meletakkan dahinya di pundak Aiden. Aku membuka mulutku sekali lagi dengan terkejut. Mata Becca menemukanku dan menatapku dengan keingintahuan. "Ah, Becca. Perkenalkan pemilik pesta ini, Cameron LeGross."

His Royal Bride (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang