DANIELLA'S POV
Satu
Dua
Tiga
"DANIELLA SPRING!" teriakan seorang pria membuat semua orang yang sadang berada di lorong menoleh mencari sumber teriakan tersebut.
Aku tertawa terpingkal - pingkal, memegang perutku. Aku melihat Mr Bourg keluar dari ruangan kepala sekolah dengan kursi yang digeret melengket di pantatnya. Waow, aku tidak menyangka ternyata iklan lem perekat yang kubeli ternyata benar - benar manjur.
Aku segera berlari menjauhi si kepala api Mr Bourg yang sekarang pasti sedang mencariku. Dalam pelarianku, aku mendengar gelak tawa beberapa orang yang pasti melihat kejadian tadi. Beberapa orang berteriak memuji ulahku kali ini.
Angin sejuk musim semi segera mengenai wajahku, ketika aku keluar dari gedung sekolah dan melewati taman sekolah untuk menuju cafetaria.
"Kau melihatnya? Cameron LeGross terlihat semakin tampan sejak pulang dari liburan musim dinginnya di Swiss?" bisik seseorang kepada salah satu temannya. Mereka berdua terlihat sempurna dengan tubuh sexy mereka, wajah cantik, dan juga pakaian ketat yang menempel semua di tubuh mereka berdua. Aku menggerutu pelan ketika memikirkan udara dingin yang harus dilewati untuk menju kemari - membiarkan mereka lewat terlebih dahulu memasuki cafetaria yang sudah dipenuhi dengan segerumbulan manusia.
Aku mengantri dan dengan susah payah membawa nampanku. "Dia tidak menyukai wortel," ujar seseorang di belakangku, membuatku menoleh ke arah suara itu. Seorang laki - laki dengan wajah sangat manis tersenyum kepadaku. Well, semua orang akan tergeletak di lantai hanya dengan senyumannya kecuali aku. Semua pesonanya tidak akan mempan kepadaku.
Wanita cafetaria yang memberikanku wortel mengambil kembali sayuran menjijikan itu dan tampak menggerutu. Aku memutar mataku dan sepenuhnya bukan salahku kalau akhirnya makanan itu berakhir di tempat sampah.
"Apa yang kau inginkan?" tanyaku kepada laki - laki di belakangku, yang sekarang sedang menunggu makanannya.
"Aku tidak menginginkan apapun. Aku hanya membantumu,"ujarnya dengan senyuman mautnya. Aku mendesah pelan mendengar suaranya yang terima kasih kepada sahabatku dia mengingatkanku setiap detiknya kalau suara laki - laki di depanku terdengar sangat sexy. "Mengapa kamu selalu memikirkan hal yang terburuk, little sister?"
Ingatkan mengapa aku imun terhadap senyumannya maupun suaranya yang omong - omong sama sekali tidak sexy. Bahkan, menurutku suaranya terlalu tinggi hingga terdengar seperti suara seorang wanita. Apa mereka tidak menyadari betapa menjijikannya suara laki - laki ini ketika baru bangun tidur? Sebentar, bagaimana aku tahu keadaan laki - laki ini ketika baru bangun tidur?!
Karena aku adalah adiknya?! Well, masih kurang? William Spring adalah kembaranku yang hanya lahir beberapa menit terlebih dahulu. Bayangkan, betapa sengsaranya diriku harus melihatnya dua puluh empat jam sehari selama enam belas tahun hidupku. Di sekolah maupun di rumah. Dia sangat menyebalkan dan sering membuat hidupku serasa di neraka. Contohnya dua minggu yang lalu. Saat aku tidak melihatnya, Will memasukkan udang ke dalam mangkukku. Akhirnya, selama tiga hari aku berakhir di kamar merenungi nasib karena harus memiliki saudara kembar seperti Will dan juga menahan diri untuk tidak menggaruk seluruh badanku yang memerah setelah memakan udang. Jadi, aku tidak salah kan kalau mencurigai dirinya?
"Well, kau selalu mengusiliku dan aku tidak ingin terjebak lagi karena keusilanmu."
"Ingatkan aku lima hari yang lalu - siapa orang bodoh yang memasukkan foto tidurku dalam facebook?"
Aku menyeringai mendengar nada kekesalannya. "Well, kurasa itu setimpal dengan yang kau lakukan dengan 'binatang bernama Mr Udang.'".
"Sudah kuduga kau masih dendam dengan kejadiaan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Royal Bride (FINISH)
Teen FictionCameron LeGross bertekad untuk menemukan calon istrinya sendiri, tanpa bantuan orang tuanya. Menuruti kata temannya, dia menggunakan chatting room untuk menemukan jodohnya. Pilihannya jatuh kepada Daniella Spring yang tomboy. Dengan gangguan dari pa...