CAMERON LEGROSS>>
...................................................................................................
CAMERON'S POV
Aku memegang perut dan menahan tawaku ketika membaca balasan chatting dari Dani. Well. Well. Well. Seumur hidup, aku tidak akan pernah menyangka akan merasa tertarik dengan seorang yang tidak pernah kutemui. Aku bukan pria kesepian, semua orang merasa terhormat dan mengantri untuk kuajak pergi. Tapi, hanya beberapa orang saja yang kuanggap sebagai teman baikku yang tidak melihatku sebagai tambang emas mereka atau mencari popularitas melewatiku.
Terima kasih kepada Grandmotherku yang nyentrik - menyarankanku untuk chatting dengan orang - orang yang tidak mengenal siapa diriku yang sesungguhnya. Walaupun, awalnya aku menolak untuk menjalankan saran yang dilontarkannya.
LG_Ben: Cameron tidak bisa berpacaran dengan sembarangan orang seenaknya sendiri. Dan, sebenarnya dia juga bosan dengan para wanita yang melemparkan diri mereka kepada Cameron. (hapus.. hapus... hapus). Mungkin saja?
d.spring: Apa kau sudah melihatnya? Lagu baru Coldplay?
Oh.. ya Coldplay. Bahkan, aku masih takjub dengan kecocokan kami berdua. Kami menyukai musik yang sama, bacaan yang sama, pandangan politik yang sama. Walaupun dia sangat membenci anak perdana mentri, yang sayangnya adalah aku.
LG_Ben: Tentu saja. Atlas sangat keren. Walaupun The Scientist masih menjadi favoritku.
d.spring: Duhh. The Scientist terlalu cengeng?
LG_Ben: Auhh. Kau tidak menyukainya hanya karena setiap mendengarkan liriknya kau akan selalu menangis.
d.spring: Terima kasih telah mengingatkanku salah satu hal yang paling memalukan dalam hidupku. Urgent. Aku harus segera turun, Mom memanggil untuk makan. Kalau tidak aku akan melanggar peraturan rumah nomer 15.
LG_Ben: Selamat bersenang - senang.
Aku mematikan laptopku, menjatuhkan diriku di kasur berukuran king size. Mungkin saja semua orang akan terkejut kalau anak perdana menteri yang dibilang playboy hanya pernah berpacran dengan seorang perempuan. Semua majalah selalu meliput kalau aku selalu bersama dengan wanita berbeda setiap minggunya, dan mengasumsikan kalau Cameron LeGross adalah seorang playboy. Padahal, pada kenyataannya aku tidak mengenal sedikitpun siapa wanita - wanita itu sebenarnya. Mereka yang selalu menempel kepadaku, dan mengikuti kemanapun aku pergi.
Masih ingat pertanyaan Dani mengapa aku memilih untuk liburan di Swiss? Karena father selalu mengancamku untuk mencari pasangangku. Tapi, aku tidak ingin gegabah memilih siapa pendampingku di masa depan. Daripada pusing mendengar ancaman father, aku memutuskan untuk kabur ke luar negeri dengan alasan ingin merilekskan pikiranku.
Walaupun Dani tidak tahu, tapi aku harus berterima kasih kepadanya. Karena perkataannya, aku tidak jadi memilih Bianca Grimms untuk menjadi pasanganku. Aku masih ingat membaca profil Bianca yang disodorkan oleh Grandmother sebagai salah satu calon terkuat untuk menjadi pasanganku. Terima kasih Dani, aku bisa lepas dari lubang harimau berjudul "Berpacaran dengan Bianca."
Ya. Ya. Walaupun, aku baru pulang tadi pagi, tapi topik tentang perjodohanku sudah dibuka kembali. Tapi, kali ini aku sudah tidak khawatir karena aku sudah menemukan calon yang cocok. Dan karena masalah inilah aku memutuskan untuk pulang dari tempat persembunyianku. Karena calon istriku berada di dekat kota London.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Royal Bride (FINISH)
Teen FictionCameron LeGross bertekad untuk menemukan calon istrinya sendiri, tanpa bantuan orang tuanya. Menuruti kata temannya, dia menggunakan chatting room untuk menemukan jodohnya. Pilihannya jatuh kepada Daniella Spring yang tomboy. Dengan gangguan dari pa...