HAVE YOU EVER SEEN THE RAIN BY (COVER BY MANGO) >>
.......................................................................................
DANIELLA'S POV
Aku terbangun dari tidurku ketika merasakan sinar matahari menyinari wajahku. Aku membuka mataku dan menemukan diriku pada sebuah tempat asing. Aku buru – buru duduk dan menatap sekelilingku. Aku memegang sisi Cam yang kemarin tidur di sampingku – dingin. Berarti, dia sudah bangun dari tadi.
Tanganku menyentuh sebuah benda di sisi tempat yang tiduri oleh Cam. Aku segera menoleh dan mendapati sebuket bunga lili dengan pita berwarna biru muda. Dibawah pita tersebut terdapat sebuah kartu kecil. Aku mengambilnya dan segera membuka kartu tersebut.
Ketika kamu terbangun, aku tidak berada disana untuk memberimu ciuman selamat pagi, dan itu merupakan hal yang paling kusesali sekarang. Tapi, aku melakukannya karena aku menyiapkan berbagi kejutan untukmu, I promise.
Happy white day, Sweetheart
I love you
Forever and always,
Love,
Cam
Aku tersenyum dan segera membaui bunga tersebut. Aku mengingat kembali kalau Cam mengajakku berlibur ke Edinburgh. God. Perempuan mana yang tidak akan meleleh ketika pasangannya membawa berlibur menggunakan pesawat pribadi. Menginap di sebuah rumah pantai dengan pantai pribadi. Ini sepeti liburan impian yang penah kukalami seumur hidupku. Mungkin juga impian semua perempuan.
Senyumanku menghilang ketika merasakan perasaan sedih yang mulai menghampiriku. Apakah ini juga akan menjadi liburan terakhirku bersama dengan Cam? Aku tahu Cam bukan tipe pria yang akan membiarkan keluarganya terluka. Dia akan melakukan segala cara untuk membuat keluarganya bahagia, walaupun dia harus mengorbankan dirinya sendiri.
Aku segera menggelengkan kepalaku berusaha untuk tidak memikirkan segala masalah yang menunggu kami di luar sana. Tiga hari ini adalah waktu kami berdua dan aku tidak akan membiarkan apapun merusak liburan kami.
Aku besiul dengan gembira dan menuju ke kamar mandi. Tiga puluh menit kemudian aku keluar dari kamar dengan rambut kuncir satu, kemeja, celana jins dan sepatu boots.
Aku kembali tersenyum ketika melihat berbagai makanan sudah tersedia di atas meja. Pancake, bacon, telur, mapple syrups dan jus jeruk. Semuanya tersusun rapi di atas meja. Aku memegang perutku yang segera berbunyi nyaring untuk diisi. Aku tidak merasakan lapar saat bangun tidur tadi, tapi saat melihat makanan di atas meja aku mulai merasakan lapar.
Aku segera berjalan menengok dapur dan menemukan Cam sedang memasak sesuatu. Aku segera berjalan ke arahnya dan memeluknya dari belakang. Awalnya tubuh Cam tampak menegang, tapi setelah aku mencium sisi lehernya tubuhnya menjadi lebih rileks. Aku meletakkan daguku pada pundaknya. "Chef Cameron. Apa yang sedang kau buat?" tanyaku sambil terus menciumi lehernya. Aku berusaha menahan senyum ketika merasakan nafas Cam yang berubah menjadi lebih berat.
"Hmm..." Cam seperti tidak bisa membentuk sebuah kalimat karena perbuatan yang sedang kulakukan kepadanya. "Sosis. Dan nona muda. Apa yang menyebabkanmu berperilaku nakal pagi ini?"
Aku segera melepaskan ciumanku dari lehernya dan menatapnya dengan senyum lebar. "Karena. Kau. Mister Cameron telah membuat liburan impianku jadi kenyataan," ujarku
Cam mematikan kompor dan menatapku. Ia meletakkan kedua tangannya di pinggangku dan memandangi wajahku. Lalu, dia mulai menciumi bibirku membuatku dengan reflek mengalungkan tanganku pada lehernya menariknya untuk semakin mendekatiku. Aku merasakan panas. Sangat panas. Aku dapat merasakan jantung Cam berdebar dengan kencang. Tanganku memegangi wajahnya untuk memperdalam ciuman kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Royal Bride (FINISH)
Teen FictionCameron LeGross bertekad untuk menemukan calon istrinya sendiri, tanpa bantuan orang tuanya. Menuruti kata temannya, dia menggunakan chatting room untuk menemukan jodohnya. Pilihannya jatuh kepada Daniella Spring yang tomboy. Dengan gangguan dari pa...