CAMERON'S POV
"Kau benar – benar membiarkanku untuk tinggal disini?" tanya Dani dengan mata melebar. Aku mengangguk. "Di kamar sebesar ini? Sendirian?" Aku mengangguk sekali lagi. "Ini kamar presidential dengan biaya yang sangat mahal. Kau yakin?"
Aku mengangguk menahan senyum melihat reaksi Dani yang sangat bersemangat. Aku sedikit takjub melihat seberapa cepatnya mood Dani bisa berubah. Saat kami baru sampai di lobby hotel, dia tampak marah karena beberapa wartawan berhasil memfoto dirinya yang turun dari mobil dan berteriak menanyai pertanyaan kepadanya. Lalu beberapa menit kemudian dia tampak sangat gembira dengan kamar yang kupesan.
"Kau senang dengan kamar ini?" tanyaku tersenyum.
Dani mengangguk dengan cepat. "Seandainya, Will melihat semua ini – dia pasti akan sangat.." Perkataan Dani segera berhenti dan dia tampak sangat sedih. Aku tidak terlalu terkejut melihatnya seperti ini, dilihat bagaimana cara tadi Ia berpisah dengan keluarganya – aku tidak ragu kalau dia sudah sangat rindu dengan keluarganya. "Ha! Dia pasti sangat iri denganku. Aku hanya akan tertawa dan mengejeknya," ujarnya tertawa gembira.
"Hei, aku akan mengajakmu untuk makan malam nanti. Gunakan bajumu yang paling bagus," ujarku. "Aku akan pulang sekarang. Kemungkinan, father dan mother sudah mendengar berita ini."
Dani memutar bola matanya. "Tentu saja mereka akan tahu dengan banyaknya wartawan yang berhasil mengambil fotoku," gerutunya dengan sebal.
Aku berusaha untuk tidak tertawa melihatnya bereaksi seperti itu. "Aku sudah memanggil security untuk menjaga keamanan disini. Jangan keluar dari kamar tanpa dampingan security di sampingmu dan jika kau memerlukan apapun, sudah ada nomorku di handphonemu."
"Hei, kapan kau memasukan nomormu di handphoneku?" tanya Dani dengan bingung.
*******
Aku keluar dari hotel dan mendapati sekumpulan wartawan bergerumbul di depan hotel yang sekarang sudah dijaga ketat oleh beberapa security yang kupesan. Aku tersenyum kepada mereka dan merasakan beberapa flaz yang memfoto wajahku.
"Mr LeGross. Apakah benar kalau perempuan yang tadi anda bawa adalah tunangan baru anda?" tanya seorang wartawan.
Beberapa security membantuku untuk melewati mereka semua untuk menuju mobilku. "Ya, benar. Namanya Daniella Spring dan dia adalah perempuan yang sangat menarik."
"Mr LeGross. Kapan rencana anda untuk segera meresmikan hubungan kalian? Lalu, bagaimana cara anda melamaranya?" tanya yang lainnya.
"Secepatnya. Aku hanya memerlukan persetujuaan dari beberapa pihak," ujarku tersenyum. "Aku melakukannya dengan cara yang sangat romantis. Tapi aku tidak akan membocorkannya karena kenangan itu akan kubawa sampai mati," ujarku mengedipkan mata kepada wanita wartawan yang memberiku pertanyaan.
Beberapa wartawan bersiul mendengar penjelasanku. "Menurutmu, bagiamana reaksi mantan pacar anda, Mrs Adele Taylor?"
Aku tersenyum sangat lebar mendengar pertanyaan dari wartawan pria ini. "Aku akan katakan kepada Adele – baby, maafkan aku karena hubungan kita seperti mainan jika dibandingkan hubunganku dengan Daniella. Dengan Dani – walaupun aku baru bertemu tidak lama, tapi aku merasa dia adalah untukku."
"Mr LeGross bagaimana reaksi orang tua anda tentang pertunangan kalian?" tanya seorang wartawan.
"Mr LeGross, benarkah gosip yang mengatakan kalau Daniella Spring hanyalah perlarian anda setelah hubungan dengan Adele Taylor kandas?" tanya yang lainnya.
Salah satu security telah membuka pintu mobilku dan membantuku untuk masuk kedalam mobilku. Beberapa detik kemudian, mobilku telah melaju meninggalkan pelataran hotel Ritz.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Royal Bride (FINISH)
Teen FictionCameron LeGross bertekad untuk menemukan calon istrinya sendiri, tanpa bantuan orang tuanya. Menuruti kata temannya, dia menggunakan chatting room untuk menemukan jodohnya. Pilihannya jatuh kepada Daniella Spring yang tomboy. Dengan gangguan dari pa...