Dengan gerakan cepat namun hati-hati, Damar menutup loker dan menghindari sinar lampu yang masuk ke ruangannya. Dia bergerak ke tempat yang lebih tersembunyi di sudut ruangan, bersembunyi di balik tumpukan handuk dan perlengkapan renang yang menumpuk di sana. Hatinya berdegup kencang, setiap suara dari luar terasa seperti ancaman.
Akan tetapi, saat Damar baru saja hendak menyelinap, sebuah kepala yang muncul dari balik pintu membuatnya terdiam.
"Rafka?"
Bahu Damar naik turun menatap Rafka yang berdiri di depan pintu ruang ganti klub renang, wajahnya yang semula menegang kini merasa lega, dia menyangka jika orang lain yang akan memergoki dirinya.
"Sudah gue duga lo ingin menyelidiki sesuatu tanpa sepengetahuan kita," tukas Rafka sambil menutup pintu dan berjalan mendekat ke arah Damar.
"Bukan begitu, gue hanya ingin memastikan sendiri terlebih dahulu. Apalagi setelah kamar kita dan papan penyelidikan di hancurkan, kita harus cari tau siapa yang melakukan itu. Makanya, untuk menambah petunjuk lain gue akhirnya memutuskan kemari," jawab Damar dengan napasnya yang masih memburu serta bahu naik turun akibat panik.
"Bagaimana lo tau kalau gue di sini?" tandas Damar lagi sambil duduk di kursi panjang yang tersedia di ruangan tersebut untuk mengatur napasnya.
"Wajah lo gak bohong kalau sejak pulang sekolah tadi lo gelisah, bahkan setelah nasehatin gue dan Reno yang masih marah lo gak terlalu banyak bicara," tunjuk Rafka ke arah wajah Damar yang langsung tertunduk.
"Saat lo keluar kamar gue ikutin lo sampai kemari."
Damar memejamkan bola matanya sejenak, ternyata dia ceroboh tidak memastikan Rafka benar-benar sudah tertidur atau belum. Dia yang sudah dipergoki seperti ini entah merasa tenang atau khawatir.
"Apa yang lo temukan?" tanya Rafka sambil duduk di samping Damar, menatap wajah sahabatnya itu yang tampaknya gelisah.
"Gue rasa pembunuh Danu bukan psikopat," jawab Damar pelan, mengingat kembali perkataan Mahesa saat di rumah sakit.
Jika dia menyebut pembunuh Danu sebagai psikopat, namun melihat isi surat yang baru Damar termukan menampikkan itu semua.
"Maksud lo?" Damar langsung menyerahkan surat yang bernoda darah tersebut kepada Rafka. Terlihat jelas jika kening sahabatnya itu langsung berkerut.
"Kalau benar apa yang dikatakan Detektif pembunuhnya seumuran dengan Danu dan dia ada di kelas kita, tidak menutup kemungkinan alasan Danu dibunuh karena dokumen yang disebutkan di dalam surat itu," jelas Damar sambil menghapus keringat dingin yang bercucuran di keningnya, lamat-lamat dia melepas topi yang dia pakai akibat kepanasan.
Rafka mengernyitkan dahi membaca surat tersebut. "Dokumen penggelapan Dana?" tanya Rafka dengan wajah bingung, dia merasa isi surat ini tidak memberikan petunjuk apapun yang bisa mengarah ke kasus Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS SCHOOL
Mystery / Thriller"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang bernama Danu yang dinyatakan polisi sebagai kasus bunuh diri. Ternyata, beberapa hari setelah kematiannya, muncul rekaman video dari saksi mata...