18. MANIPULASI LANGKAH

3.8K 488 145
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


VOTE+KOMMENT
THANKS

Guys, please tinggalkan jejak kalian. Apapun itu, mau teori, mau kalian curiga sama siapa, setidaknya aku bisa baca-baca komentar kalian. Aku triple update hari ini, karena baca satu komentar, dia berteori sepanjang jalan harapan :) jadi aku kesenangan.

Atau kalian mau nyemangatin author juga gpp deh kalau memang pusing mikirin teori.

~Happy Reading~

***

Rafka membuka kasar pintu koridor lantai satu dengan napas memburu, dia berlari cepat dengan perasaan kacau. Apalagi setelah mendengar suara kaca pecah yang membuat dia berpikir buruk terjadi sesuatu kepada Damar dan Reno yang belum kembali ke gudang.

Dengan keringat bercucuran di wajah serta rasa perih yang menjalar di lengannya, membuat dia perlahan meringis di sepanjang langkah. Dia tidak memperdulikan apapun meski harus mengorbankan nyawa, bahkan lengannya yang terbalut perban dan sudah basah oleh darah itu membuat matanya meremang menatap ke arah depan. Dia harus bertahan untuk melihat kondisi kedua sahabatnya itu.

Tiba dibelokan koridor, Rafka memelankan langkah saat melihat seseorang tergeletak di lantai, membuat kedua bola mata Rafka melebar dan segera mendekat. Di samping, terdapat Damar yang duduk mematung dengan wajah pucat pasi. Tiba di sana, dia melihat Reno dengan kepala berdarah tergeletak tidak berdaya di lantai.

"Ren, Reno! Reno bangun!" jerit Rafka sambil menggoyangkan tubuh Reno.

Dengan wajah panik Rafka berbalik ke arah samping, menatap Damar yang sedang ketakutan duduk diam dengan tangan bergetar.

"Damar, apa yang terjadi?" tanya Rafka cepat sambil memukul pipi Damar yang menatap ke arah jendela kelas, dia terlihat seperti orang kerasukan dengan mata tidak berkedip sedikitpun. Rafka pun mengikuti sudut pandang sahabatnya itu. Tenyata suara pecahan kaca berasa dari kelas inti yang sudah hancur berantakan.

"Psi-psipkopat itu memecahkan kaca," jawab Damar terbata-bata sambil menunjuk ke arah jendela kelas dengan tangan bergetar, dengan cepat Rafka menggenggam erat, tidak tahan melihat sahabatnya ini ketakutan seperti itu.

Dengan berlinang air mata, Rafka terduduk lemas melihat kondisi kedua sahabatnya, dia tidak membayangkan jika sosok bertopeng itu cukup menakutkan bagi mereka berdua. Andai dia bisa bertemu dengannya, ingin sekali merobek mulut dan tangannya yang sudah membuat Reno terluka seperti ini.

"Rafka! Kita harus pergi, satpam sekolah menuju kemari!" jeritan Detektif Lenan yang baru tiba langsung menyadarkan mereka.

Dengan cepat Detektif Lenan mengangkat tubuh Reno yang tidak sadarkan diri dan Rafka merangkul Damar yang tidak bisa menyeimbangkan langkahnya. Mereka berempat segera pergi dari sana.

DANGEROUS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang