20. BAGIAN YANG HILANG 2

4.7K 532 168
                                    

"Era fakta yang merajalela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Era fakta yang merajalela. Dunia dimana perkataan orang berkuasa menjadi sebuah fakta, dan perkataan orang lemah dianggap omong kosong belaka."

-Dangerous School-

***

VOTE, BACA, KOMENTAR. OKE?

HAPPY READING!!!

***

Damar menatap cemas ke arah Mahesa yang sedikit lebih tenang. Dia sekarang terdiam dengan tatapan kosong duduk di atas ranjang. Kondisinya cukup mempihatinkan. Damar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, dia harus mengetahui setidaknya fakta langsung dari mulut Mahesa sebagai saksi pembunuhan.

"Lo tau kan siapa pelakunya?" tanya Damar lagi yang langsung dianggukkan oleh Mahesa. Sontak membuat Damar semakin ingin mengetahui kebenaran yang selama ini disembunyikan oleh Mahesa. Bahkan, yang membuat kasus ini kembali terkuak juga karena Mahesa yang menyebar video penyiksaan Danu.

Mahesa menunduk cepat, dia tidak ingin menjawab pertanyaan terkait pelaku, dia cukup takut untuk membuka suara. Jujur saja, dia memang tau siapa pelakunya, tetapi ancaman terakhir kali yang dia dapatkan membuat dia bungkam untuk tidak memberitahu semua orang siapa pembunuhnya. Itu sebabnya terakhir kali Mahesa seperti orang kerusakan di ruang klub renang sambil menyebutkan 'Pembunuh ada di sekolah.'

"Di-dia bisa sangat jahat, bisa semanis permen, bisa dingin seperti air, bisa menjadi iblis seperti neraka, dan bisa setia seperti tentara. Semua tergantung pada lawannya," jawab Mahesa dengan nada bergetar menatap Damar yang berbalik menatapnya dengan kening berkerut.

"Maksud lo apa, Hesa! Lo tinggal jawab saja siapa, dia murid SMA DS kan?" hentak Damar sambil menggoyangkan tubuh Mahesa agar tersadar untuk menjawab pertanyaan mudah ini.

Mahesa dengan takut-takut langsung menggangguk cepat.

"KALAU BEGITU KATAKAN, SIAPA!" Kesabaran Damar sudah tidak bisa ditahan lagi, ini semua membuat dia muak.

"Lo-loker," ujar Mahesa kembali dengan terbata-bata, bola matanya bergerak-gerak cepat dan kini dia melepas genggaman tangan Damar, menatap sekeliling kamar rumah sakit ini.

"Loker? Maksud lo?" Untuk kesekian kalinya Damar dibuat pusing dengan perkataan Mahesa yang tidak memiliki arah tujuan.

Mahesa menggengam erat kedua tangannya, keringat dingin mulai bercucuran kembali dengan napasnya yang terasa tercekat. Suara-suara berisik perkataan psikopat itu mulai memenuhi pikirannya.

"Kita harus bekerja sama. Bukankah lo sedang mengincar kemenangan untuk turnamen minggu depan?"

"Cukup tutup mulut dan biarkan rencana ini berjalan semestinya."

DANGEROUS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang