31. NILAI JUAL

3.5K 455 168
                                    

"Seorang pemimpin memimpin dengan memberi contoh, bukan dengan kekerasan."

-Dangerous School-

***

Rezeki bisa saja berbentuk vote kok  dan semoga kalian bisa setia dengan cerita sederhana ini ;)

SELAMAT MEMBACA

***

"Seharusnya Anda perlu mendiskusikan kepada saya, tindakan yang Bapak lakukan akan berpengaruh besar dengan yang terjadi sekarang. Ternyata kalian menganggap remeh Putra semata wayang saya?" Danil menunjuk ke arah Nandu yang merupakan kepala sekolah SMA DS, beliau duduk tepat di sofa depannya.

Tujuh orang yang berkumpul di ruang rapat itu sedikit menunduk melihat kemarahan Pak Danil. Terlebih Pak Woyo yang juga ikut membantu Pak Nandu untuk menutupi kebenaran ini. Rapat dadakan ini harus berakhir dengan rasa pelampiasan Danil karena kasus Putranya sendiri. Dia tidak punya tenaga beberapa minggu saat mendengar kabar jika Danu ditemukan bunuh diri di gudang. Danil mengunci diri sendiri di kamar dan hanya meratapi kesedihan.

"Lihat anak-anak itu! Mereka tidak akan diam sebelum mengetahui kebenaran yang sebenarnya. Setega itu Bapak menutup paksa dan menyuap polisi? Hak Putra saya tentu saja dipertanyakan di sini!"

Nandu yang semula menunduk kini mengangkat wajahnya, menatap Danil dengan angkuh. "Pak, saya bertindak seperti itu guna untuk mempertahankan nama baik sekolah. Reputasi kita akan buruk jika orang luar mengatahui yang sebenarnya. SMA DS akan masuk daftar hitam." Tandasnya dengan tenang dan tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Benar, Pak. Turnamen olahrga digelar dua hari lagi, mengingat murid-murid yang akan ikut dalam kompetisi akan susah. Mereka juga akan ikut masuk penilaian buruk. Semua pihak akan memandang sekolah kita buruk," sahut Pak Woyo ikut membela.

Pria tua itu bangkit cepat sambil mengacak-acak rambut frustasi. Dia tidak menyangka dengan berita yang tersebar di media sosial tadi pagi. Foto mayat Danu bahkan terpampang jelas di sana, membuatnya merasa marah mengetahui berita jika selama ini sekolah menyuap polisi. Itu sebabnya Detektif Lenan datang kepadanya tempo lalu dan mengatakan untuk melakukan penyelidikan tertutup kepada kasus ini.

Masih belum sembuh luka tersiksa batinnya, kini harus menghadapi murid-murid yang memberontak, serta bagaimana pandangan orang luar terhadap sekolahnya sekarang. Dengan segera, Danil beranjak pergi keluar ruangan dan menuju gedung depan. Tiba di sana, dia melihat sekelompok murid-murid berkumpul. Suara mereka yang terus berteriak keadilan langsung terhenti tepat saat Danil keluar.

Suasana jadi lebih menegangkan disaat melihat wajah tegas Pak Danil beserta Pak Nandu dan Pak Woyo yang ada di belakang beliau.

"Pak, kami butuh keadilan di sini! Usut tuntas kasus Danu!" Jerit Nola dengan suara seraknya menatap Pak Danil.

"Ya! Usut tuntas kasus Danu!" Sahut mereka serentak.

Danil memandang seluruh murid-muridnya dengan tatapan terharu, tatapan terakhir jatuh ke arah Rafka. Dia mengingat jika keponakannya itu sempat singgah ke rumah dan mengatakan untuk menyelidiki kembali kasus Danu. Namun, saat itu Danil tidak punya tenaga karena masih dalam keadaan berduka.

"Bapak mengetahui keresahan kalian semua terkait kasus Danu dan juga berita yang tersebar di media sosial, tindakan sekolah tentu saja salah dengan menutupi kasus ini-"

"Apakah benar Pak jika pihak sekolah menyuap polisi untuk menutupi kasus Danu?" tanya Nola tiba-tiba memotong pembicaraan Pak Danil. Gadis berambut panjang itu melipat kedua tangannya di dada dengan tatapan angkuh. Dia ingin lebih memastikan lagi terkait ucapan Rafka tadi di dalam kelas.

DANGEROUS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang