Special Page: Malibu Nights

222 46 5
                                    

MALIBU NIGHTSCloser series

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALIBU NIGHTS
Closer series

- - × - -


Aku menyarankan kalian untuk memutar lagu Malibu Nights - LANY atau silahkan putar lagu di mulmed.

*****


Jeka masuk kedalam rumah dalam keadaan kacau; ia mabuk, wajah memerah, rambut tidak beraturan, dasi yang dilonggarkan, hingga pakaiannya yang berantakan. Rumah sangat sepi, Bunda sedang keluar kota mengurus toko butiknya di Semarang sedangkan kakak perempuannya bekerja di luar negeri.

Ia berjalan sempoyongan, sambil tertawa lalu bergumam tidak jelas, digenggamannya ada botol alkohol yang tersisa setengah, di dapatkan entah dari mana. Jeka mengusap wajahnya kasar, berjalan menuju kamarnya. Tidak peduli pada padamnya lampu.

Sunyi mengitarinya, memberikan afeksi kesepian yang mendalam. Jeka ambruk disudut ruangan lalu beringsut duduk menghadap pintu kamar, disampingnya ada jendela menghadap bulan yang perkasa gagahnya sangat terang benderang. Ia menunduk, menekuk salah satu kakinya untuk menopang bobot tangan.

There's no reason, there's no rhyme.

I found myself blindsided by.

A feeling that I've never known.

I'm dealing with it on my own.

"Hh," kekeh kering Jeka. Menyandarkan kepalanya ditembok, mengangkat botol whiskey.

Ia menenguknya dengan santai. Melupakan fakta bahwa ia tidak akan mabuk jika dalam keadaan tertekan.

"Kita pisah aja ya? Maaf, aku berpaling."

Oh Aruna, apa yang kurang dari seorang Jeremy Kafka hingga dirimu memilih untuk meninggalkan. Bukan kah disini harusnya Jeka yang kecewa? Ia di hianati, dikecewakan begitu dalam hingga rasanya air matapun tidak mampu untuk menjabarkannya.

Lelaki itu bahkan tidak bisa menitihkan air mata, semuanya terlihat transparan sangat samar. Pria ini ... sangat lemah. Kesedihan mendalam yang ia sudah dikecupi pun sampai tidak mampu mengorek kelenjar air matanya.

Phone is quiet, walls are bare.

I drink myself to sleep, who cares?

No one even has to know.

Masih ingat dimana Aruna bercumbu bersama orang lain, meninggalkan sayatan semu, disana, tepat dihati. Ia disaat itu juga merasa ditinggalkan, di campakan bagai seonggok sampah tidak berguna. Sesak. Jeka sulit bernapas untuk sekedar menghirup udara lega. Namun Ia memaafkan. Membiarkan semuanya berlalu tanpa ia ungkit kepermukaan.

[C]LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang