Page 15: Presdir And His Weird Wishes

195 41 1
                                    

[C]LOSERSeries of #Loser

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[C]LOSER
Series of #Loser

*****

Hari semakin terik, Jelita manyun, duduk di kursi tunggu loby apartemen éVApart Central—tempat dimana penthouse Veen berada. Dia lelah menunggu dua jam penuh, chat yang ia kirimkan belum juga dibalas bahkan centang satu. Terakhir dilihat kemarin.

Padahal sudah sesuai janji ia datang kesana pukul 8 pagi meski telat sedikit. Seharusnya Jelita masih rebahan di apart atau pergi ke pemandian air panas untuk menyegarkan pikiran. Haru kebetulan ada kelas pagi hingga sore. Dari tadi Jelita sudah dilirik berkali-kali oleh resepsionis, semakin malu rasanya.

"Lima menit ngga jawab chat, gue balik!" sungutnya menyalakan kembali ponsel yang sejak tadi berada di genggamannya.

Jelita sudah berencana menelepon via telepon seluler jika saja memiliki pulsa yang mencukupi. Ia mendongkak lalu menoleh kesembarang arah, baterai ponselnya sudah hampir setengahnya terkuras akibat gabut yang melanda.

Dirinya mendengus, rambutnya sudah lepek, wajah kusut dan tubuhnya yang lesu sudah sangat menunjukkan ke kesalannya.

Drrrttt drrtt

Ponselnya tiba-tiba menyala, matanya membulat saat melihat nama orang yang meneleponnya. Ia mencebik, buru-buru mengangkat telepon.

"PAK, BAPAK DIMANA? KANTOR HAH?! SAYA UDAH NUNGGU DUA JAM LOH INI, BAPAK NGGA KASIAN SAMA SAYA? SAYA BALIK NIH," ngegas Jelita sampai air liurnya muncrat. Persetan dengan resepsionis atau satpam yang sudah mendelik memperhatikannya. Di seberang Veen yang sedang duduk santai di ruangan kerjanya terperanjat kaget, hampir menjatuhkan ponsel harga jutaan miliknya.

'Astaga, calm down. Kuping saya sakit denger suara melengking kamu.'

"Au ah. Males."

Kekehan terdengar dari sebrang, Jelita merotasikan bola matanya malas. Tubuh yang semula tegang dengan rileks mulai bersandar sambil menyilangkan kakinya.

'Saya minta maaf. Saya enggak sempet buka hape dari kemarin, kamu datang aja ke kantor. Sekalian beliin nasi padang ya? Pake rendang, daun singkongnya banyakin atau kamu bilang aja ke tukangnya kalo saya yang beli nasi padang.'

"Ish, disuruhnya waktu itu datang ke penthouse bapak terus sekarang harus ke kantor. Kenapa coba minta saya bawain nasi padang segala? Enggak tau saya lagi kesel ya?"

Serius, Jelita sudah sangat kesal hari ini. Apalagi dia sedang berhemat, jika dihitung dia harus naik angkutan umum dua kali sebelum sampai ke kantor VK Corp. jika tidak memakai ojek online.

[C]LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang