1] Jatuh pada senyummu yang teduh

3.3K 131 17
                                    

Atas hadirnya senyummu yang teduh, tatapku tak bisa menolak untuk tetap jatuh.


***

Kata orang, dunia ini penuh sekali dengan tipu daya. Semua yang tampak di permukaan belum tentu selalu sama dengan apa yang sekuat tenaga disimpan dalam ruang rahasia pemiliknya. Maka dari itu, tak setiap orang akan sama selamanya. Jadi, peringatan perlu berhati-hati bukan hanya sekadar kata saja.

Apa kau tak percaya? Aku punya ceritanya. Jadi begini, sekitar tujuh bulan yang lalu, aku menjalin hubungan dengan seseorang. Di awal-awal hubungan mulai dari masa pendekatan sampai ke tahap sudah jadian─dia masih begitu baik, perhatian, menjadikanku prioritas dan selalu menunjukkan kepedulian. Namun, memasukki bulan keempat─dia tiba-tiba berubah drastis. Hingga rasa-rasanya aku tak lagi mengenal sosoknya yang kukagumi pada awal-awal kenal. Dia tiba-tiba saja menuntutku harus melakukan ini dan itu. Aku dilarang melakukan hal-hal yang kusuka. Ruang gerakku dibatasi dengan seenaknya. Lebih parahnya lagi, dia jadi gampang main tangan.

"Ditha Aquila!"

Pekikan itu sontak membuatku berdiri tegak. "Ha-hadir, Bu,"

"Lo ngapain berdiri anjir? Mau fashion show?" bisik Kira─teman sebangkuku.

Astaga hampir saja aku tertawa.

"Kamu udah Ibu panggil berapa kali kenapa nggak nyaut-nyaut? Sudah berapa bulan kamu nggak bersihin kotoran di telingamu itu?"

Semua teman kelasku tertawa. Aku hanya menunjukkan deretan gigi rataku seraya menggaruk tengkuk kepala yang tak gatal. Kesal dan malu berpadu menjadi satu. Tapi ya sudahlah. Salahku juga yang tak bisa fokus.

"Pergi ambilkan buku paket di perpus," tegasnya.

"Baik, Bu...,"

"Kira anter...," rengekku pelan seraya menarik lengannya.

"Ditha!" Bu Atik memanggilku dengan lengkingan suaranya lagi. "Kamu ini kenapa, sih? Dipanggil nggak nyaut, disuruh nggak nurut. Nggak kayak biasanya."

"Ini Bu, aku ngajak Kira dulu buat nemenin ngam-"

"Nggak boleh dianter. Ini hukuman buat kamu. Sana cepat ambil!"

Aku kemudian berlalu meninggalkan kelas sendirian.

"Ditha, tungguin gue!"

Suara cemprengnya yang khas membuatku menghentikan langkah. Aku membalikkan badan. "Tamara? Kamu ngapain ke sini"

"Mau nemenin elo."

Aku mendesis. "Astaga Taaam... nanti kalau Bu Atik marah gimana? Kamu mending balik ke kelas aja gih,"

Dia merangkul pundakku yang hampir setara dengannya. "Tenang, gue marahin balik," jawabnya enteng membuatku langsung terkekeh pelan.

"Tapi sekalinya nyoba buat marahin Bu Atik kamu bakal langsung menghadap...," ucapku
menggantung.

"Siapa? BK?"

Aku menggeleng.

"Kepsek Pak Hazar?"

Lagi-lagi aku menggeleng.

Surat Cinta untuk Diriku SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang