28] Hari perpisahan

182 8 0
                                    

Bacanya sambil play lagu
Pamungkas - Kenangan Manis

Teman, meski raga ini sudah tidak lagi saling berdekatan. Perbedaan cita-cita akan masa depan merentangkan jarak untuk mau tak mau jadi saling berjauhan. Semoga perpisahan ini tak membuat kita berakhir jadi saling melupakan. Ingatlah bahwa kita pernah saling berbagi cerita, canda tawa, kesedihan, makanan, minuman, atau bahkan tempat tidur. Jangan sampai kita menjadi orang asing hanya sebab jarang memiliki momen bersama lagi. Percayalah, doaku untuk kalian akan selalu di langitkan dengan setia kepada semesta.

•••

Hari perpisahan kelas dua belas telah tiba. Pihak sekolah tentu tak membuat semuanya berakhir dengan biasa-biasa saja. Tiga hari lagi acara graduasi akan segera dilaksanakan. Namun aku belum kunjung memberikan surat undangan kepada ibu. Aku sendiri pun bahkan ada niatan tak akan ikut dalam acara graduasi ini.

Nggak akan ada yang mau menerima orang yang mentalnya bermasalah kayak lo.

Ucapan Galuh di hari itu rasanya membuatku ingin menghilang dan menjauh dari orang-orang untuk selamanya. Dia benar-benar jadi lelaki paling jahat yang pernah kutemui.

Lelaki yang membuatku harus datang ke Psikolog itu kenapa bisa tetap hidup dengan tenang? Sedangkan aku, untuk mendapatkan rasa tenang saja harus datang meminta bantuan profesional. Dia bisa kembali datang padaku kapan saja tanpa rasa bersalah hanya untuk kembali membuka luka, padahal aku sudah mati-matian menjauh darinya supaya bisa menyembuhkan diri.

Suatu hari nanti, aku mungkin bisa memaafkan perbuatannya, tapi sampai detik ini aku tidak rela melihat hidupnya bisa tenang-tenang saja setelah menghancurkan hidupku dengan seenaknya. Sungguh, bertemu dengan lelaki bejat seperti dirinya menjadi takdir tersial seumur hidupku.

Perasaanku kalut. Pikiranku tidak tenang. Aku merasa malu dengan keadaanku yang sekarang. Aku merasa orang-orang bahkan akan segera menjauhiku jika mereka tahu kalau aku punya penyakit mental. Perkataan menyakitkan itu terus berputar dalam ingatanku hingga aku jadi bertanya-tanya, apakah aku memang benar tidak layak untuk dicintai? Apa benar tak akan ada orang yang mau dengan seseorang yang mentalnya tidak stabil sepertiku?

Mungkin aku sering bilang bahwa aku merasa tidak pantas untuk dicintai oleh siapapun bahkan oleh diriku sendiri. Namun, jauh di lubuk hatiku, aku selalu berharap orang-orang tak setuju dengan pernyataanku yang itu. Aku selalu berharap aku akan dapat dicintai dengan layak sebagaimana mestinya. Aku selalu berharap orang-orang tetap ada bersamaku meskipun aku seringkali sengaja menjaga jarak dengan mereka. Iya, permintaanku memang terlalu rumit untuk dimengerti, tapi ketahuilah bahwa tak ada seorang pun yang benar-benar mau dibiarkan sendirian.

Waktu yang berlalu begitu cepat ini mulai menyadarkanku tentang banyak hal terutama tentang tujuan hidupku selanjutnya. Apa yang harus kulakukan selanjutnya saat mimpi terbesarku tidak tercapai? Gagal memang hal yang wajar, tapi jika kegagalan itu hadir setelah aku mengalami kehilangan, maka rasanya hancur sekali.

Aku tak tahu bagaimana caranya menghadapi hari esok dengan baik, apa aku bisa kembali menata hidupku yang sudah terlanjur berantakan ini? Apa aku sanggup untuk kembali melanjutkan langkah? Untuk kembali menentukan tujuan hidup yang sebenarnya? Atau aku masih akan tetap terjebak dalam pertanyaan, aku harus bagaimana, ya? Apakah masih akan ada kesempatan untukku bisa menggapai mimpi-mimpi yang hampir mati itu?

"Ditha."

Aku membalikkan badan. Surat undangan yang ada dalam genggaman tanganku sengaja aku jatuhkan dan buru-buru kumasukkan ke bawah ranjang dengan ujung kaki. Sementara itu, ibu masuk sambil membawa segelas air putih dan sepiring nasi.

Surat Cinta untuk Diriku SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang