12| Cut off

530 28 1
                                    

Blokir, hapus nomor, atau unfriend bukan sesuatu yang salah dan kekanak-kanakan. Tidak ada tindakan yang berlebihan bila itu dilakukan demi kenyamanan dan ketenangan. Hidup terlalu singkat bila hanya dihabiskan untuk berada di lingkungan yang tidak sehat. Pandangan orang mengenai baik buruknya tindakan yang kita ambil biarlah jadi urusan mereka, sebaiknya kita lebih fokus dalam mengurusi kenyamanan diri sendiri.

•••

"Dhar, lo kenapa kayak lagi banyak pikiran gitu deh? Ada masalah?"

Pertanyaan Tamara sukses membuat kami semua langsung menatap Dhara secara bersamaan. Sejak tadi pagi, Dhara memang terlihat jadi lebih banyak diam bahkan di waktu istirahat seperti ini, dia tak heboh untuk memesan dessert box by Nazla seperti biasanya. Pantas saja mie ayam yang sudah ia pesan pun belum kunjung dimakan padahal biasanya ia akan jadi orang pertama yang menghabiskan makanannya.

Dhara menghela napas berat. "Gue kemarin dituduh jadi PHO sama orang sampe disindir di semua sosmed dia."

"Hah?! Kok bisa?"

"Anjir jijik banget sampe bawa-bawa ke sosmed gitu kek bocah!" Tamara memaki penuh emosi.

"Siapa orangnya, Dhar? Ngomong sama gue sekarang!"

"Kir, kamu tenang dulu. Jangan langsung emosi kayak gini nggak baik tahu. Mending kita dengerin dulu cerita lengkapnya kayak gimana,"

"Lo pada tahu si Mahil temen SMP gue, kan?"

Kami semua mengangguk. Tentu saja kami tahu dengan Mahil, dia adalah anak kelas 12 IPA 2─tetangga kelas kami. Apa jangan-jangan orang yang dimaksud Dhara adalah Dina?Kekasih Mahil yang berbeda jurusan dengan kami, karena dia adalah anak IPS.

"Kalian juga tahu kan gue sama si Mahil temenan udah lama banget dan sedeket apa. Tapi meski begitu, semenjak dia punya pacar yaitu si Dina, gue mulai jaga jarak sama dia kan? Yang tadinya sering main bareng atau berangkat sekolah bareng, jadi nggak sama sekali. Karena sebagai cewek gue juga tahu batasan." Dhara mengambil jeda beberapa saat. "Terus dua hari yang lalu, si Mahil tiba-tiba chat gue curhat soal si Dina."

"Soal?"

"Soal dia yang akhir-akhir ini katanya jadi sering berantem sama si Dina cuma karena masalah sepele, Lum. Trus dia juga bilang lagi cape banget sama hubungannya. Ceweknya jadi terkesan egois dan moody-an parah. Dia udah kepikiran mau putus karena udah nggak tahan. Tapi gue coba nasehatin dia buat lebih memaklumi sifat ceweknya itu dengan bilang cewek kalo udah sayang emang jadi gampang ngambekan."

Ini yang tak kusuka dari sebuah hubungan. Ketika sebuah masalah yang harusnya dihadapi berdua malah merembet ke segala aspek─entah pertemanan atau bahkan kondisi hati diri sendiri. Karena mau bagaimanapun, baik buruknya sebuah hubungan selalu punya pengaruh yang besar bagi kehidupan yang sedang dijalani.

Dhara kembali melanjutkan ceritanya. "Tapi dia keukeuh pengen udahin hubungannya. Terus gue kasih saran buat ambil jeda aja daripada ambil keputusan itu. Karena gue juga tahu, si Mahil sesayang apa sama si Dina. Dan dia akhirnya setuju." Dhara kembali mengambil jeda beberapa saat. "Terus pas sesi curhat itu selesai, dia nawarin dessert kesukaan gue sebagai bentuk balas budi karena udah mau dengerin curhatannya sekaligus kasih saran buat dia. Awalnya gue nolak, tapi dia maksa buat ngirimin pake gofood."

"Terus akhirnya lo terima?" tanya Tamara.

"Iya, mau nggak mau gue terima. Nah, ini dia titik masalahnya. Terjadilah si Dina yang tiba-tiba ngelabrak gue lewat chat," Dhara menyerahkan ponselnya ke tengah-tengah meja, "tuh, baca aja isi chat-nya. Gue males liatnya."

Surat Cinta untuk Diriku SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang