Diriku yang harus berjaga diluar pemandian, terpaku pun pandanganku melihat dua anak kecil berpakaian lusuh. Yangmana mereka hanya berdiri diam di sebrang jalan sembari menatap ku.
... hmmm?
Apa mereka tersesat? ... tapi kenapa mereka hanya diam dan tak menangis? ... apa mereka takut ketahuan zombie dan di kejar bila menangis?
Terdiam sesaat pun aku, sebelum kemudian ku putuskan untuk melambai menyapa mereka. Tetapi bukannya membalas sapaan ku mereka malah lari dari tempat mereka.
Geh, dasar anak-anak yang tidak sopan!
Kalau saja di dunia ini ada manna yang bisa kugunakan, aku pasti sudah menyihir mereka dengan mantra kesialan selama sehari penuh!
Kusandarkan kembali pun punggungku pada tembok pemandian di samping pintu yang ditutup dari dalam oleh Joe dan Rita.
Hmm? ... kedua anak kecil itu kembali.
Terdiam kembali mereka menatapku, masih tak berkata satu kata pun dan hanya menatap ku dari seberang jalan. Lalu kembali mereka berlari ...
Eh? ... apa maksudnya?
Apa ini semacam permainan anak-anak di dunia ini?
... dan mereka pun kembali ke sebrang jalan itu, sembari terhenti lagi menatapku. Sebelum kemudian berlari lagi menjauh menuju balik rumah-rumah dan mengulang hal itu hingga beberapa kali.
Serius, apa yang mereka inginkan? ...
Maka aku pun memutuskan untuk mengacuhkan mereka. Tetapi tanpa kusangka, dua anak berpakaian lusuh itu kembali lagi dan malah melemparkan batu pada ku, sembari marah.
"Kejarlah kami, bodoh!!"
Mereka, ... mereka benar-benar ingin mencari masalah dengan ku, ya!!
Baiklah kalau itu mau kalian!! Jangan menyesal saat kuberi pelajaran, kalian bocah!!
Sembari berdiri meletakan tongkat kayu ku, aku pun segera mengejar kedua anak itu. Sembari, terpaksa kutinggalkan Joe dan Rita bersama barang-barang kami untuk sementara.
Berlari pun mereka ke balik suatu perumahan, dan aku pun mengikutinya sembari menyempatkan diri mengambil sebuah dahan tipis. Yangmana kutemukan di pinggir jalan, untuk dapat ku gunakan menghempas bokong mereka nantinya.
Namun perhitunganku meleset, dimana tepat saat aku melewati jalan yang berada di balik perumahan. Ternyata yang menungguku disana bukanlah dua anak kecil yang menggangguku tadi. Melainkan ...
.
.
.
"Magnus, giliranmu mandi, sekarang!"
"Eh, ... Joe, kemana Magnus?"
"Joe, Rita, ... tolong~"
Berdiri aku tertodong sebuah bilah tajam dileherku, oleh beberapa bandit yang bersama dengan dua anak sialan barusan. Aku pun menatap mengharap pertolongan dari seberang jalan pada Joe dan Rita. Yangmana baru saja keluar dari pemandian dan menyadari kalau aku sudah tak berjaga disana.
"Anu ..., apa yang sedang kau lakukan, Magnus?"
Geh, ... bagaimana bisa Rita malah menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya, seperti ini!! Maksudku apa kau tak melihat pisau tajam yang bertengger di leherku ini?
"Berhentilah bermain dengan orang asing, Magnus!!
Cepat kembali kesini dan mandilah!! Aku tak ingin kita terkejar EM-COP dan harus berurusan dengan mereka lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnus Melawan Kiamat
HumorMagnus sang Artificial Arch-Mage dari dunia fantasi, terpaksa harus mentransfer dirinya menuju dunia asal sang gadis pahlawan yang ia panggil ke dunia fantasi. Hal itu dikarenakan, saat sang raja iblis dapat mereka kalahkan, tepat sebelum kematian s...