"Magnus, ... apa yang kau inginkan!!"
Begitu merah wajah Rita, sembari raut yang kesal ia tunjukan dengan maram. Yangmana hal itu dikarenakan ancaman yang kulayangkan di keadaan tertodong pisau ini, tidaklah bisa untuk Rita hiraukan begitu saja!
Aku pun bertanya-tanya pada diriku, akan kenapa aku tak memikirkan hal sesimple ini lebih awal lagi.
Tapi karena sekarang posisi sudah berubah, lebih baik aku berikan mereka pelajaran agar aku bisa lebih mereka hargai!!
"Bagaimana Rita, sebelum kalian benar-benar berpikir untuk meninggalkanku, bukankah kalian harusnya berpikir dua kali?"
Ini strategi yang cemerlang, bahkan Joe yang tadinya masih acuh pun, akhirnya mulai membalikan tubuhnya kembali sembari melipat kedua tangannya. Tatapan sinis khasnya pun ia lemparkan padaku.
"Cih, pengecut! Pada akhirnya kau menggunakan cara licik juga, Magnus!"
Pengecut? ... he he he, terserahlah kau mau berkata apa Joe. Lagi pula ini semua pertama-tama adalah salah kalian yang tak mau memperdulikan ku, kan!
Karena itu, sekarang kalian rasakan akibatnya!
Berhembus angin di tengah kesenyapan kami, seakan menjadi wasit yang hendak memandu pertandingan kami. Lalu pada waktu yang hampir bersamaan mataku dan mata Rita sama-sama tertuju pada sebuah tas yang tergeletak diam di depan pintu pemandian.
Kami saling memahami, bahwa siapapun yang bisa memperoleh tas itu terlebih dahulu, merekalah yang akan memperoleh posisi yang lebih unggul.
Maka segera kurentangkan telunjukku pada tas tersebut, sebelum Rita sempat bergerak.
"CEPAT AMBIL TAS ITU!!"
Segera pun dua anak kecil di belakang kami, melompat pagar yang membatasi jalan, dan segera berlari pada tas itu. Yangmana kemudian segera di ikuti oleh Rita yang berlari menuruni tangga untuk mengejar.
Sempat terjadi adegan perebutan, namun dua anak kecil yang sudah lama mendalami profesinya itu, tentu saja lebih gesit dengan berbagai trik yang mereka miliki. Hingga akhirnya di lempar pun tas itu pada ku dan segera di tangkap oleh pria gendut yang menawanku.
"Kalian!!!"
Hanya bisa kesal Rita, tanpa mampu berbuat banyak. Terlebih saat dua anak kecil itu mengejeknya sebelum kemudian kembali ke tempat kami.
Semuanya serasa berjalan lancar sekarang, aku tak akan mereka remehkan lagi kalau begini!
"Bagaimana Rita? Apa kau masih tak mau menyelamatkanku, sekarang? GYA HAHAHAHAHA!!!"
Dengan bangganya kami pun tertawa bersama, menikmati perubahan strata yang sekarang berpihak pada kami.
Namun, entah mengapa aku merasa ada yang salah dari semua ini!
Tapi, ... ya sudahlah, palingan itu bukanlh hal yang besar. Yang paling penting sekarang adalah, memberikan penekanan lanjutan pada gadis berambut merah yang matanya sudah mulai mendung itu!
"Huuu! Magnus, cepat kembalikan tas itu!"
"Kembalikan? ... bukannya kau yang menyerahkannya untuk ku dan memaksaku untuk membawa sertanya? Kenapa sekarang kau malah meminta untuk aku mengembalikannya?"
"M-memang benar, ... tapi barang yang ada di dalamnya kan tetap miliku!"
"Hmm ... benar juga. Tapi maaf Rita, kalau aku mengingat bagaimana perlakuan kalian padaku, bukannya sebelum itu ada yang harus kalian katakan padaku?"
Sesaat dapat ku lihat wajah Rita melunak. Mungkin itu karena dia akhirnya menyesali semua perbuatannya padaku, dan semua itu pastilah tak bisa ditentang lagi oleh Rita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnus Melawan Kiamat
HumorMagnus sang Artificial Arch-Mage dari dunia fantasi, terpaksa harus mentransfer dirinya menuju dunia asal sang gadis pahlawan yang ia panggil ke dunia fantasi. Hal itu dikarenakan, saat sang raja iblis dapat mereka kalahkan, tepat sebelum kematian s...