Titus malah memasang ekspresi lempeng. Otaknya sedikit lemot. Ternyata memang benar, kalau memikirkan sesuatu sedikit di paksakan sangatlah menguras tenaga."Yang mana Bang?" Titus kembali bertanya. Semua orang menatapnya gemas tapi tak ada satupun dari mereka mengangkat suara.
"Yang lo gandeng elah." Greget Deni melihatnya.
"Oh, dia?" Tunjuk Titus tepat di depan mata orangnya.
Tigra dan semua orang menganggukkan kepala. "Gatau."
Semua orang langsung speechless mendengar jawaban Titus.
"Apanya yang gatau, jelas-jelas lo gandeng tangan dia!" Suara Tigra meninggi. Deni masih menahan sahabatnya agar tidak hilang kendali.
"Abang nanyain namanya apa gimana?" Jujur Titus masih bingung, emangnya ada apa sih?
"Lo deket sama dia dari kapan? Kenal dia dari mana? Terus lo gandengan tangan mau kemana?"
Titus bahkan tak di beri kesempatan bicara saat Abangnya memberi pertanyaan bertubi-tubi.
"Baru aja kenal, Oh, dia gandeng tangan gue ya karena gue mager buat jalan. Tadinya gue mau ke kelas lo, bekal makan siang gue ketinggalan di tas lo, nah kebetulan dia lewat pas gue belum copot nih sepatu beroda," jelas Titus.
"Lo minta tolong ke dia gitu intinya?" Celetuk Deni, sedangkan Tigra masih senantiasa mengawasi gerak-gerik cowok jangkung di samping Adiknya.
"Iyalah," Titus akhirnya mengerti inti permasalahan ini.
"Yaudah lepasin tangan Adek gue," Tigra menyerobot keduanya sehingga tautan tangan Barex dan Titus terlepas.
Semua orang bernapas lega, ternyata tak ada hubungan sepesial apapun diantara keduanya. Ya ... mau bagaimana lagi? Di sekolah ini yang tak mau bergaul dengan semua orang cuma Titus seorang terkecuali Abangnya, lah sekarang dia digandeng tangan cowok ganteng tanpa ada pemberitahuan publik atau tak ada gosip tentangnya akhir-akhir ini, tentu semuanya juga terlonjak kaget.
"Udah, udah sekarang kalian semua bubar! Ayo bubar!" teriak Deni menggema.
Hanya tersisa empat orang. Sampai Barex membuka suara. "Nama lo Titus' kan?" Titus mengangguk. "Semoga bantuan gue bisa buat lo seneng."
"Maaf buat lo berdua, sebenarnya gue bukan murid sini, makanya gue mau aja buat nolongin orang yang gak di kenal," ujar Barex menjelaskan.
"Oh, pantesan seragam lo beda," Titus mengamati dari kaki hingga ujung kepala.
"Btw, makasih lo udah bantuin Adek gue. Maaf kalo dia bikin lo kesusahan. Tapi inget, gue belum maafin soal gandengan tangan tadi." Tigra menuding Barex di depan matanya.
"Iya." Sebelum Barex melangkah jauh tiba-tiba seketika berhenti, menengok sedikit kearahnya mengundang rasa penasaran Titus. Mata mereka saling menumbuk. Deni memerhatikan sejenak, tau akan kondisi keadaan, Tigra diajaknya menjauh terlebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITUS
Teen FictionIni cerita tentang gadis yang malas mengenal dunia. Tak pernah mau dipaksa atau memaksa. Sebab ia tahu kalau terluka bisa karena ucapan tanpa pikir panjang. Manusia sekarang bercanda kelewatan di bilang wajar, sedangkan pembullyan dianggap benar. He...