05. Rasa Sakit

88 19 2
                                    

"Lo masih marah gara-gara kejadian tadi malem?" tanya Tigra hanya ingin memastikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo masih marah gara-gara kejadian tadi malem?" tanya Tigra hanya ingin memastikan.

"Cih," Titus membuang muka mengambil ponselnya di atas nakas, memesan ojek online. Kejadian malam itu membuatnya semakin ingin membunuh Abangnya.

Baru dua langkah Titus keluar kamarnya. "Masih sakit buat dipake jalan, ya?"

Titus mendengus, "Pikir aja sendiri."

"Tapi cara jalan lo ngegang," ucap Tigra.

"Ulah lo nih tadi malem," sungut Titus tidak terima.

"Padahal kan, gue cuma bercanda elahh."

"Bercanda pale lo, liat nih." Titus menunjukkan bagaimana cara jalannya. "Malah perih tau gak?"

"Maaf, Tus." Tigra menyesal.

Bagaimana bisa berujung begini. Padahal niat Tigra hanya menjahili tapi kenapa juga dia sampe kebablasan? Entahlah, rasanya sangat menyenangkan.

"Sini gue kompresin sebelum ke sekolah. Nanti bekas cakaran gue tambah bengkak di kaki sama pinggul lo."

Titus mengambil seblakan bapaknya yang biasa digunakan bagi pelanggar aturan rumah. Memukul Tigra sekuat tenaga, sementara yang di pukul mengaduh kesakitan sampai meminta ampun.

Keduanya sama-sama berpeluh, saling duduk berhadapan di lantai. Lima menit gebukin Abangnya berasa kurang puas gimana-gimana gitu.

Titus mendekat, memukul dada Tigra yang lebih tinggi daripada ukuran badannya. Ia duduk menselonjorkan kaki, menyorot Tigra layu. Matanya berembun hingga satu tetes cairan bening lolos dari dalam safir coklat terangnya.

Tigra tertawa renyah, "Gitu doang nangis, dasar cengeng."

Tangisan Titus semakin menjadi. Tigra semakin terbahak-bahak. "Yang nangis berarti masih bocah! Hayolo masih bocah," ledek Tigra bangkit dari duduknya, mengulurkan tangan.

Titus menyeka air mata bercampur peluh di wajahnya. "Potong kukunya atau duit jajannya? Titus bilangin Ibu awas lo! Masalahnya kalo Abang becanda maennya kasar, bukan gelitikan, tapi cakar-cakaran." Titus bicara sesekali sesenggukan.

Tigra menuju motor, berbalik badan. "Aduuuuh, aku takut sekali! Ampun jagoan cengeng." Di akhir kata Tigra terbahak sampai memegangi perutnya yang sakit.

Ojek pesanan Titus datang. Hari ini sangatlah menyebalkan. Ruam akibat cakaran Tigra belum juga mengering, jika terkena keringat tubuh rasa perih sekaligus nyeri seolah menusuk.

Keterlaluan. Tigra terlalu keterlaluan. Sepertinya agak cukup dalam dan butuh waktu penyembuhan sedikit lama.

****

Titus berhenti di ambang pintu. Saat mejanya penuh dengan tempelan kertas memo kecil berwarna-warni. Tulisan jelas terpampang , ia menoleh kanan-kiri tapi tak mendapati siapapun. Masih sepi, hanya ada dirinya di kelas.

TITUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang